Senja
Gintama belongs to the saikyou Sorachi Hideaki-san
PS : I do not own the cover. I put Zerochan mark there. Thankyou.
this fic ©Furuchisa
Kagura—yang sebelumnya bersekolah di asrama putri, baru pindah sekolah ke Kabuki Koukou, berteman baik dengan Shimura Tae dan menikmati waktu yang menyenangkan dengan Papi, Mami, dan kakaknya. Happy end? Tidak. Ini baru permulaan. Kamui siscon sekali yuhu.
Matahari enggan terbenam, masih ingin menyisipkan hangat sinarnya pada celah dedaunan. Sedikit-sedikit angin sore berhembus melalui sela tirai jendela ruang kelas 2-3, seakan tidak menyesal sudah berkeliaran, lantaran tak ada seorangpun di ruang kelas itu. Tak lama kemudian, seorang siswi bercepol dua masuk, mukanya lebam di sana-sini. Buru-buru tangan putih pucatnya meraih tas di bangku, lalu berlari pergi.
Tidak tahu. Dia tidak tahu, apa yang salah dari dirinya. Dikutuk siapa sebenarnya?
Sekitar satu jam yang lalu, bayang-bayang bergerak menjauh dari hadapannya, semua orang sudah usai dengan urusan sekolah hari ini, pun juga dirinya. Tapi ada orang lain yang sudah menunggu, di toilet. Ia akan mencuci tangan seusai melaksanakan piket harian pertamanya, saat tangan sialan itu menghadangnya.
"Dasar sok baik" ujar orang itu ketus.
"Aku sedang piket"
"Makanya kubilang sok baik, kamu mau cari muka?"
Diam saja. Ia tidak mau membuat orang di hadapannya murka. Tapi justru dengan diamnya itu malah semakin membuat orang itu tidak suka, ah, serba salah sih sebenarnya. Ini kali ketiga ia dipojokkan seperti ini.
'Bugh'
'Bruakh'
"Ukh," ia menyeka peluh di dahi, sementara orang di hadapannya melirik sinis.
"Kamu akan menyesal karena sudah menyakitiku!" jerit orang itu.
"Oi, oi, Kagura?" Tae mengayunkan jemarinya di depan muka Kagura.
"Ah, ya, Anego, ada apa?"
"Kamu dari tadi tidak mengindahkanku, tidak mengatakan apapun padaku, tidak merespon omonganku, ada apa denganmu?"
"Umm, ya, tadi Anego cerita sampai mana? Adikmu mengirimkan pesan padamu, dan, ya, lalu?" Kagura berusaha merespon.
"Tidak, Kagura, kamu aneh sekali, aku tidak bercerita tentang adikku"
"Jadi, apa?" Kagura nyengir kuda.
"Kamu tidak bisa lihat wajahmu apa? Memar semua, hilang sudah kecantikanmu!" Tae geleng-geleng kepala.
"Anego, kamu yang gila" Kagura terkikik.
"Hei, apa yang terjadi? Apa iya kamu piket dan tertimpa benda-benda dari atas lemari?"
"Aku tahu, sebenarnya kamu kesal menungguku kan? Jadi kamu berkata seperti itu" Kagura mencebikkan bibir pada Tae, yang diajak bicara menaikkan alis.
"Oho, aku tahu kamu bakal lama, tapi aku tidak marah, hei, kamu mengalihkan pertanyaanku! Baik, kamu dipukuli kan? Oleh siapa, jawablah"
"Asumsimu benar, aku kejatuhan barang-barang dari atas lemari, aku berusaha mengelap mereka saat tiba-tiba kursi yang kugunakan sebagai tumpuan goyang, dan, aku menubruk lemari, dan, ya, berjatuhan"
"Bodoh sekali ceritamu, Kagura, jadi ada apa?" Tae menyipitkan mata dan mengamati Kagura. Matanya terbelalak saat melihat sehelai rambut berwarna cokelat di pundak Kagura. "Kagura, siapa yang memukulmu?" mendadak wajah Tae berubah, air mukanya menegang. "Ada bukti fisik, di pundakmu" Tae buru-buru menarik rambut itu dan meletakkannya di telapak tangan. "Cokelat. Kagura, rambutmu vermillion, ini cokelat"
"Ah, benarkah? Haha, kau tahu itu serat bow biola, aku tadi bertemu Kyubey-chan, dia kan pemain biola, haha"
"Mana ada pemain biola yang memotong serat bow nya sendiri, Kagura, berhentilah berbohong"
"Anego, uhm, Tae-chan, kamu tidak usah khawatir, aku baik-baik saja kok! Nah, tanpa kamu sadari, kita sudah tiba di depan rumahku, kamu mau mampir?" Kagura menawarkan.
Tae menggeleng. "Istirahatlah Kagura,"
"Hn" Kagura mengangguk.
"Telfon aku nanti malam kalau kamu ingin menceritakannya" raut muka Tae berubah serius.
"Apa yang dipikirkan Kagura, aku tahu kalau seseorang menerornya. Ini tidak bisa dibiarkan." Gumam Tae setelah mengantar Kagura sampai pintu depan rumah. Ia mengernyitkan dahi. "Tunggu, siapa yang berambut cokelat di Kabuki Koukou?"
