voca (c) crypton, yamaha.
peringatan: full dialog. serius. dialog semua. yang italic itu dialognya dell. tulisan orang stres. saya gatau saya nulis apa. sekali lagi: ini tulisan orang stres. itu tombol back bisa diklik sebelum terlambat.


"Hei, gimana cuaca di sana?"

"Buruk. Berawan. Mendung. Gelap. Dingin. Mau hujan petir. Dingin."

"Ketus amat."

"Iya."

"..."

"..."

"Lagi marah?"

"Nggak."

"Oh."

"..."

"..."

"Kenapa telepon?"

"Hm. Nggak papa."

"Ada yang mau diomongin nggak?"

"Ada."

"Apa."

"Tapi nggak penting."

"Apa."

"Gimana kabar lo?"

"Berawan. Mendung. Gelap. Dingin. Mau hujan petir. Dingin."

"Mirip sama cuaca, ya."

"Ya."

"Cerita sesuatu."

"Lo kira gue sejenis pendongeng otomatis apa gimana."

"Mungkin. Biasanya lo ceriwis ngomong sampe kuping gue panas."

"Itu namanya speaking-skill."

"Yaudah, praktikkin sekarang. Gue kasih kesempatan."

"Lagi males."

"Lha."

"Biarin."

"Gue beliin cokelat, deh."

"Ogah."

"Es krim?"

"Ogah."

"Pempek?"

"Ogah."

"Gado-gado?"

"Dell."

"Lo mau laptop merek Dell? Mana gue punya duit."

"Dell. Serius. Gue lagi nggak butuh sogokan."

"Well ... oke."

"Hmm."

"..."

"..."

"Mo?"

"Ya."

"Jangan lupa senyum."

"... Uh."

"Jangan lupa bahagia."

"Lo kenapa coba. Biasanya juga gue yang ngomong gitu ke elo, Muka-Datar."

"Soalnya lo terdengar lagi bad mood?"

"Hm. Ya. Ya. Emang. Terserah."

"Gue besok pulang."

"... Serius?"

"Bercanda."

"Tau nggak kalo lo kayak kotoran?"

"Seriuslah. Ngapain gue bohong."

"Pulang dalam rangka apa?"

"Libur habis kelar UAS. Dan lagi nggak ada proyek."

"Hooh."

"Jemput gue dong. Di stasiun."

"Boleh. Tanggal berapa."

"Pertengahan bulan. Mungkin tanggal tujuh belas."

"Oke."

"Sip."

"..."

"..."

"Gue tutup, ya."

"Jangan."

"Apa lagi?"

"Gue kangen suara lo."

"... Jijik abis."

"Haha."

"Kok gue takut lo kesambet."

"Masa."

"Atau lo salah makan?"

"Apa gue salah ngangenin sohib gue sendiri."

"Nggak, sih. Gue tahu gue emang ngangenin."

"Apa gue perlu tersipu malu dengan pernyataan barusan?"

"Mendingan lo nungging di depan halte bus dan menyanyikan lagu kebangsaan."

"Gue belum pengen ganti profesi dari mahasiswa ke badut halte."

"Kalo lo sebegitu kangen sama suara gue ..."

"Ya ..."

"Apa perlu gue bernyanyi nina bobok buat lo."

"Nggak usah. Kuping gue masih ingin hidup."

"Apa lo barusan menghina suara merdu gue."

"Merdu? Merusak dunia sih iya."

"Siapa yang tadi bilang kangen suara gue, hah."

"Haha."

"Nggak ikhlas banget ketawanya."

"Karena nggak lucu?"

"Oke cukup."

"Ya. Maaf, ya."

"NGAPAIN LO TETIBA MINTA MAAF."

"Nggak usah teriak."

"Oh. Maap."

"Tuh, lo yang minta maaf sekarang."

"Bisakah kita menghentikan percakapan nggak berguna dan tidak berfaedah ini."

"Bisa."

"Oke mari hentikan saja."

"Berhenti dalam tiga ... dua ... satu."

Tuut.

"... Sialan diputus beneran."


a/n
1) apa ini? gatau juga. saya cuma butuh nulis dan pablis sesuatu. maaf nyampah
2) efek kangen dellmomo
3) mungkin bakal jadi tempat nampung dialog-dialog random doang idk
4) makasih buat siapapun yang sudah rela membuang waktu untuk membaca tulisan ini