WINTER SOULMATE
inspiring from Frozen and Rise of The Guardians
Attention!
A story with different plot
QUEEN ELSA X JACK FROST
HAPPY READING
.

.

.

Author PoV

Malam hari di sebuah kerajaan Arendelle, dengan sekitar kota yang bertajuk "winter storm" seorang gadis berambut platinum menghirup nafas dalam dalam dan menghempaskannya dengan kasar

"Jangan dirasakan, ayolah.. jangan dirasakan"

Dengan belaian tangan merapihkan poninya yang sesekali turun menutupi matanya, gelisah. Ya gelisah, gadis itu sedang gelisah.

Ia berkacak pinggang, menunduk menatap kedua tangannya, kemudian menghadap kembali didepan cermin.

Tersenyum tipis, kemudian sedikit yakin, dan berjalan pergi sambil menyibak jubahnya pelan.

Gadis itu kemudian berjalan ke arah pintu, berdiri dengan memegang gagang pintu, dan menghela nafasnya lagi.

"Baiklah, ini saatnya…"

"Ratu Elsa! Ratu Elsa! Ratu Elsa!" teriakan menggelegar terdengar begitu ia memasuki ruang aula itu.

Elsa tertegun, menatap semua rakyatnya yang begitu percaya kepadanya

Menatap semua rakyatnya yang berharap penuh kepadanya

Dan menatap semua rakyatnya yang ingin menyaksikannya di acara terpenting ini.

Tapi, hal itu lah yang membuat Elsa tertegun. Bukan tertegun kecewa, melainkan tertegun takut. Ya benar, takut.

Takut jika rakyatnya akan membencinya

Takut jika ia melukai rakyatnya

Dan takut bahwa ia tidak akan dipercayai.

Dengan menahan rasa tegangnya itu, ia tetap berjalan dengan anggun di atas karpet merah yang menuju mimbar penobatan. Hari ini adalah hari terpenting bagi kerajaan Arendelle karena sekaranglah saatnya penobatan Elsa menjadi seorang ratu yang akan memimpin Arendelle kelak.

Elsa menginjakkan kaki diatas mimbar, saat itu juga suasana aula pun menjadi hening.

Glup. Elsa menelan ludahnya kemudian memejamkan matanya sejenak dan kembali menatap rakyat arendelle yang berada didepannya.

"Untuk para rakyat Arendelle, aku berdiri disini, di acara penting untuk kita semua ini, dengan bangga dan dengan senang hati, dan penuh tanggung jawab.."

Ia berbalik, melepaskan sarung tangan yang ia gunakan, dan mengambil tongkat dan mahkota takhta kerajaan

"Aku, Elsa Winter Snowy dengan ini resmi menjadi Ratu dari kerajaan Arendelle"

Sorak sorak bahagia dirasakan oleh semua Rakyat Arendelle, mereka memuji Elsa, menghormati Elsa, dan mencintai Elsa yang telah resmi menjadi Ratu mereka.

Elsa merasakan hawa dingin menjalar dikedua tangannya. Dengan terburu-buru, ia meletakkan kembali tongkat dan mahkota takhta kerajaan itu.

"Woaw Elsa, kau sungguh luar biasa!"

Suara itu terdengar di belakang telinga Elsa, lantas ia berbalik dan memutar badannya

"Kau sungguh sungguh luar biasa! Dan…. Cantik!"

Ia tersenyum menatap gadis yang lebih muda 1 tahun darinya itu

"Terimakasih Anna, kau juga sangat cantik"

"El, mau menikmati pesta dengan ku?"

"Tidak terimakasih, kau saja"

"Apa kau tidak mau melakukan hal lain dengan ku?"

"Tidak Anna, aku tidak…"

"Tapi kau bahkan tidak pernah bertemu dengan ku sejak 10 tahun yang lalu! Dan sekarang untuk menghabiskan waktu bersama ku saja tau tak mau"

"Sudah ku bilang aku tidak mau!" dengan nafas terengah-engah, Elsa menatap adiknya dengan menyesal dan memegangi kepalanya yang terasa pusing

"El… k-kenapa k-kau.."

"Sudah cukup Anna, aku ingin sendiri!" Ia meninggalkan Anna dan pergi menuju kamarnya.

Dikamar, Elsa kembali merasakan hawa ketakutannya. Mengenai kejadian dengan Anna tadi membuatnya gila. Jika bukan karena hal ini, ia pasti tidak akan meninggalkan Anna dan akan selalu bersama Anna, adik tercintanya.

Tapi takdir berkata lain, entah apa yang harus di rasakan Elsa saat mendapatkan anugerah ini. Senang, takjub, sedih, kesal… ah tidak, yang dirasakannya adalah Gelisah, gila, stress, dan apapun itu yang membuat orang bisa sinting.

Elsa berganti pakaian dari formal ke piyama tidurnya, rambutnya yang dikepang kini tergerai sepunggung yang memperlihatkan kilaunya. Gadis itu terlihat seperti seorang rakyat yang sederhana dibandingkan dengan seorang ratu saat mengenai piyama itu.

Ia menghempaskan diri diatas tempat tidur empuknya, mengambil iPhone 6 dan menggunakan Earphonenya tak lupa untuk listening lagu yang berada di playlistnya.

The snow glows white on the mountain tonight,
Not a footprint to be seen.
A kingdom of isolation and it looks like I'm the queen

Suara nyanyiannya menggema diruangan kamar. Entah kenapa, saat menyanyikan lagu itu Elsa merasakan kebebasan yang sangat lepas. Lagu itu ringan, ia bisa menjadi dirinya sendiri saat mendengar lagu itu.

The wind is howling like the swirling storm inside.
Couldn't keep it in, heaven knows I tried.

Don't let them in, don't let them see,
be the good girl you always had to be.
Conceal, don't feel, don't let them know.
Well now they know.

Elsa bernyanyi sambil melepaskannya, melepaskan keistimewaan yang berada di dalam dirinya

Let it go, let it go
Can't hold it back anymore
Let it go, let it go
Turn my back and slam the door
And here I stand and here I'll stay
Let it go, let it go
The cold never bothered me anyway

Butiran salju menghiasi seluruh sudut ruangan dikamarnya, dengan bahagianya Elsa melepaskan semuanya. Es yang dipancarkannya kini mendinginkan ruangan, taka da lagi ketakutan, taka da lagi ke gelisahan, dan taka da lagi kekhawatiran. Kini, Elsa Winter Snowy bisa menikmatinya dengan sesuka hati.

Dengan masih mendengarkan musik, ia berjalan menuju balkon kamarnya menatap sang bulan dimalam hari. Sesekali ia mengeluarkan pancaran es yang berasal dari tangannya. Dengan wajah tersenyum, Elsa bermain dengan pancaran es dan butiran saljuyang dia hasilkan.

Tak sengaja, dipandang olehnya pemuda berambut cokelat gelap melihatnya. Pemuda itu menggunakan tudung, namun sayang tudung yang digunakan terlepas saat Elsa menatapnya. Menyadari akan hal itu, membuat Elsa terkejut. Tidak hanya Elsa, pemuda yang ditatap juga terkejut. Terkejut dalam hal apa? Atau jangan jangan ia melihat Elsa sedang bermain main dengan butiran saljunya?

Elsa terbelalak, terengah-engah, bingung, kaget, gelisah, takut, dan pikirannya pun buntu untuk menemukan solusinya. Kini, di Arendelle ada seseorang yang mengetahui kekuatannya.

Elsa PoV

Bodoh. Bodoh. Bodoh sekali Elsa! Aku bergumam dengan memukul kepalaku pelan

Dari tadi, yang ku lakukan hanyalah menatap pria berambut cokelat itu. Butuh waktu cukup lama untuk kita berdua saling tatap.

Tidak! Tunggu! Ku mohon jangan pergi! Gumamku

"Bodohhh! Kenapa mengucapkan itu saja rasanya lidah ku kelu sekali sih?"

"Ayolah.. ayo.. berpikir Elsa! Berpik.. ah! Aku tau! Aku tau! Baiklah baiklah… dimana benda itu… ah!dapat!" aku mengambil mantel ku yang berada di tempat gantiku.

Aku mengenakannya rapat rapat, piyama yang ku pakai sangat tipis jadi tidak mungkin kan aku mengenakan pakaian tipis untuk keluar di cuaca yang sedingin ini?

Tak lupa, aku menggunakan topi, sarung tangan, dan sepatu musim dingin ku. Arendelle akhir akhir ini memang dingin, entah lah apa yang aku perbuat dengan kota ini. Mengingat itu saja membuatku ingin menangis, dan sekarang ditambah satu orang yang mengetahui rahasiaku dengan satu tindakan cerobohku, bodoh!

Aku menarik nafas dalam dalam dan menghempaskannya, aku menaiki balkon ku dan mengambil ancang ancang.

"Baiklah… ayo, rasakan.. rasakan lagi… oke, kita mulai.."

Aku mengulurkan kedua tangan ku, menghempaskannya dengan lembut dan merentangkannya menyusun, membentuk dan membuat sebuah tangga yang simetris. Aku menoleh, memastikan orang orang tidak menaruh curiga kepada ku dan tidak menemukan bahwa Ratunya tidak ada didalam kamarnya. Lagi pula, hal bodoh apa yang akan terjadi disini bila mengetahui ratunya menghilang dalam satu malam musim dingin ini?

Aku menuruni anak tangga yang telah ku buat. Di pastikan aman, aku mengikuti jejak pemuda berambut cokelat itu.

Aku yakin dia belum terlalu jauh..

Jejak itu membawa ku menyusuri hutan pohon pinus dan berhenti disebuah danau beku yang biasa digunakan oleh penduduk kota untuk bermain ice skate. Aku mengendap-endap dan mendapatkan sebuah… entahlah… mendapatkan sebuah suara gesekan… gesekan tongkat? Demi apapun! Tongkat? Ah bukan, itu batang pohon dengan ujung yang sedikit menekuk. Apa yang ia lakukan disini hanya untuk gesekan sebuah batang pohon? Sangat tidak berguna.

Mataku terbelalak kaget, menunjukan sebuah ketidak percayaan dari apa yang kulihat. Sebuah ketidak mustahilan. Pria itu membawaku ke sebuah.. sebuah hal yang menakjubkan!

Ia bermain Ice Skatenya dengan atau tanpa alas kaki apapun. Membiarkan hawa dingin membekukan telapak kakinya, kaki itu terlihat pucat, semua kulit yang aku rasa itu semua sama pucat warnanya. Ia melompat tinggi, dengan tangan kanan memegang sebuah batang pohon unik itu dan tak lupa, butiran Es terpancar dari batang pohon itu. Sebuah ke mustahilan, ayah ku bilang hanya satu dari sepuluh orang di Arendelle yang memiliki kekuatan khusus, yaitu aku.

Tapi pria ini… yang ku lihat ini memang benar adanya, pria ini memang benar benar memancarkan Es dari batang pohonitu. Ia mengayunkan tongkat itu, dan benar! Aku benar benar takjub! Caranya menguasai kekuatan itu yang bahkan aku sendiri saja kewelahan mengendalikannya sangatlah enteng baginya melakukan itu semua.

Aku mengamatinya dari dekat, entahlah bisa dibilang pertama kalinya aku benar benar takjub akan suatu hal. Dan orang ini lah yang membuat ku takjub untuk pertama kalinya.

Suara gesekan mantelku dengan rumput liar dihutan menyadarkannya. Aku terbelalak kaget saat kedua mata berwarna biru itu kembali menatapku. Aku bisa merasakan arti tatapan itu, tatapan tidak percaya yang ia pancarkan. Seperti tatapan sebelumnya. Aku memundurkan langkah ku sedikit demi sedikit dan berniat untuk membalikan badan dan..

"H-hei! Tunggu!"

"Tunggu! Ku mohon berbaliklah dan jangan pergi"

Suara itu semakin mendekat, tapi membuatku takut. Entahlah, aku takut jika aku berada disampingnya dan aku tidak dapat mengendalikannya lagi. Hanya untuk sekali, menyakiti orang orang yang berada disampingku, karena kesalahanku. Aku tetap berjalan pergi berniat meninggalkannya tapi tangan dingin itu menggenggam sebelah tangan kanan ku.

Ku kenakan topiku sedikit dalam dan tudungku ku pasang dengan tangan sebelah kiri yang tidak tergenggam.

"A-aku tau, a-aku tau kau melihatnya!" pria itu gugup. Aku pernah merasakannya, lidahku kelu sekali dan aku tau itu sulit.

"A-aku.. aku tidak tau apa.. apa yang harus aku…"

Aku membalikan tubuhku, membuat genggaman tangannya terlepas dan memberi sedikit suara untuk membantunya.

Kini, kami kembali bertatap. Dan mata biru menyala itu kembali menatapku dalam.

"Aku tau, dan aku yakin kau juga melihatku. Hanya saja aku…"

"Aku juga tidak menyangka bahwa… " putusnya

"Bukan aku satu-satunya orang yang memiliki kemampuan itu" mataku terbelalak begitu mendengar ucapan yang keluar dari mulut kami.

"W-wohoo…" Pria itu menyeringai, membuat segi ketampanannya terlihat 50%

Aku hanya mengangkat sebelah alisku yang tak mengerti oleh ucapan wohooo nya itu.

"Jadi, dari mana kau mendapatkan kekuatan itu?"

Baru ingin membuka suara, dia sudah lebih dulu melanjutkan

"Oh ya, maaf aku lancang sekali. Sebelumnya kenalan, namaku adalah Jack Overland Frost. Kau bisa memanggilku Jack Frost jika kau mau, tapi aku lebih sering mendapatkan Jack dari teman-teman ku"

"Namaku Elsa Winter Snowy. Orang orang memanggilku…"

"Oh tunggu, apa?! Kau.. kau Elsa? Bukankah kau Ratu di kerajaan Arendelle ini?"

Aku hanya mengangguk

"Baiklah, karena semua orang memanggilmu Elsa atau Ratu Elsa maka biarkanlah aku menjadi orang pertama yang memanggil mu my Queen (baca Quin)"

"kalau begitu, izinkan aku memanggilmu Frost. Mr. Frost?" aku tersenyum tipis.

"Apapun itu untukmu, my Queen" Ia mengecup lembut pergelangan tanganku.

Dibawah cahaya bulan, kami bercerita. Entah kenapa rasanya aku sangat senang bisa membicarakan ini dengan orang yang… sepertimu. Rasanya bebas! Dan aku sangat menyukainya. Menyukai hal ini, bisa lepas dari semua keputus asaan yang melandaku.

"Dengan hentakan lembut my Queen, dan rasakan sensasinya. Rasakan saja kebebasan yang ingin kau wujudkan, kau tidak perlu mencemaskannya, hanya melepaskannya saja seperti ini.."

Jack berada tepat dibelakangku. Tangan kanannya menggerakan tangan kananku, dan tangan kirinya memegang erat pinggangku, membawaku meluncur anggun di atas permukaan es yang licin. Aku merasakan kebebasan berada didalam diriku, dan kehangatan menjalar di dalam diriku. Tanganku mulai menghempaskan butiran salju dengan lembut, membuang semua pikiran frustasiku dan ku ganti dengan kebebasan. Jack benar, tidak ada salahnya sesekali mengendalikan emosi diri, membuang semua keburukan yang kau punya, dan menggantikannya dengan yang lebih baik.

"Sudah ku bilang, kau bisa mengendalikannya.." Ia menyeringai menatapku

Senyuman itu kini menghiasi wajah tampannya, dan mata itu.. mata itu sudah tidak memancarkan ke khawatiran dan kegelisahan didalam dirinya. Kedua bola mata itu kini tepat berada didepan kedua bola mataku hanya berjarak 20 cm dari mataku.

"Ya, terimakasih Mr. Frost" aku tersenyum kecil

"Apapun itu untuk My Queen"

To Be Continued…

.

.

.

Jangan lupa letakan komentar!

Sampai sini dulu yaa