Ide untuk membuat fic ini udah ada lamaaaaa banget, tetapi saia baru berani menulisny sekarang. Plus saia juga baru memiliki materialny sekarang aka saia mendapatkan ide setelah menonton episode 2. Sumpalah episode itu tearbending abis!

This fic is dedicate to Tsuki Onna, yang selalu menjadi sumber saia dalam urusan Hannigram. Maaf banget saia baru bisa bikin fic ini sekarang. Dan tentuny untuk para penggemar Murder Family dan Murder Husbands di luar sana.

Hannibal belong to Thomas Harris; Bryan Fuller; and NBC


In Some Other World

Terkadang kamu membayangkan bagaimana kehidupan kalian di dunia yang lain...


Kamu terbangun ketika mendengar lantunan musik opera, kelopak matamu terbuka dengan cepat. Sebab bagimana mungkin ada orang yang menyetel musik opera di rumah sakit? Tetapi pemandangan yang menyambutmu bukanlah pemandangan di dalam kamar rumah sakit yang sedang kamu tempati.

Kamu mengeritkan kening. Tempat ini terlihat sangat familier, tetapi kamu sangat yakin kalau kamu belum pernah melihat ruangan ini sebelumnya. Ada dua kursi yang diapit meja bundar, di atas meja tersebut terdapat papan catur. Jendela besar di ruangan ini belum dibuka, tetapi cahaya matahari sudah berusaha untuk menerobos masuk ke dalam. Kamu masih bisa mencium bau kayu yang dibakar, tanda kalau perapian belum lama dimatikan. Napasmu tertahan ketika kamu melihat hiasan tanduk rusa tergantung dengan indah di atas perapian.

Semenjak semua yang terjadi antara dirimu dengan Hannibal, kamu tidak bisa melihat hiasan tanduk rusa tanpa membayangkan tubuh perempuan itu tertusuk di atas hiasan tanduk rusa.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatianmu, sekali lagi napasmu seolah ditarik secara paksa dari dalam paru-parumu. Sosok Abigail–Abigail mungil yang berusaha kamu lindungi dari segala mara bahaya–itu masuk dengan wajah bahagia dan senyum yang lebar. Kamu belum pernah melihat tersenyum selebar ini, sebahagia ini. Kamu pernah sekali berpikir, dulu sekali, ketika Abigail belum memalsukan kematiannya sendiri (kamu yakin, tidak, tahu, kalau Hannibal yang menyuruh Abigail melakukannya) apakah kamu bisa membuat gadis itu tersenyum. Apakah kamu bisa memberikan kehidupan normal layaknya seorang remaja perempuan pada umumnya.

Tetapi saat kamu memuntahkan telinga Abigail, kamu berhenti memikirkan cara untuk membuat Abigail bahagia dan memiliki kehidupan normal.

"Aku sudah memaksa Hannibal untuk berhenti menyetel lagu opera itu, tapi kau tahu bagaimana dia kan?" ucap Abigail sambil berjalan menuju ke jendela besar yang masih tertutup gorden biru tua. Sedetik kemudian gorden tersebut dibuka oleh Abigail, membuatmu terpaksa melindungi matamu yang belum beradaptasi dengan cahaya.

"Ayo sarapan, Hanni sudah membuat sarapan untuk kita." Abigail tersenyum. Mungkin ini karena faktor cahaya matahari, tetapi dia terlihat sangat bahagia dan...hidup.

Tanpa kamu sadari bibirmu sudah membentuk sebuah senyuman sebelum berkata. "Hannibal tidak akan memaafkanmu kalau dia mendengarmu memanggilnya 'Hanni'."

Abigail tertawa pelan. "Paling dia hanya akan menyuruhku menemaninya mencari 'mangsa'. Kulkas khusus Hannibal sudah kosong. Untung untuk kita, sebab pagi ini kita tidak makan daging manusia."

Kamu mengeritkan kening. "Aku kira daging manusia hanya untuk acara-acara tertentu."

Abigail mendengus. "Itulah kenapa aku selalu menyuruhmu untuk mengawasi Hannibal jika dia masak. Tapi hei, aku jadi bisa masak karena diajari olehnya." Kamu tidak tahu bagaimana ekspresi wajahmu saat mendengar ucapan Abigail, tetapi nampaknya ekspresi wajahmu cukup lucu sebab Abigail tertawa. "Tenang, aku tidak akan menjadikan temanku sebagai makanan."

"Paling tidak, jika kamu ingin memakan seseorang, tolong kabari aku dan Hannibal terlebih dahulu." ucapmu sambil memakai kaca mata yang kamu taruh malam sebelumnya di meja kecil di dekat tempat tidur.


Kamu tidak sempat mendengar balasan Abigail, atau bahkan mencicipi masakan Hannibal. Sebab kau terbangun, dan orang yang menyambutmu adalah Chilton.

Dr. Frederick Chilton.

Kamu menelan ludah sebelum menyapa Chilton. "Halo, Frederick."


Tadiny saia ingin membuat fic ini menjadi one-shot, tetapi berhubung saia belum selesai menonton Hannibal, alhasil fic ini akan saia jadikan multi-chap. Selain itu saia juga ingin mengeksplor 'other world' yang diucapkan oleh Abigail. Dan mungkin saia akan bikin jadi cross-over, atau mungkin cuma menyinggung satu lagi pembunuh favorit saia.

Karena ini adalah fic Hannibal saia yang pertama (dan semoga bukan yang terakhir) kritik dan saran amat sangat saia harapkan