DIAMOND CANDY
( S030714 | 0932 )
Kim Jongin
Do Kyungsoo
( Yaoi Romance-Fluff )
Rate : T
Lenght : 2shoot
By. DeNok/Lien
.
.
.
.
Summary
Gadis berambut pendek yang mengenakan hanbok merah, bernyanyi diatas panggung kecil dibawah gugurnya kelopak bunga sakura.
.
.
Lampion merah menggantung menghiasi malam festival tahunan sekolah, benang yang diikat dari pohon ke pohon dan menggantung diudara dipenuhi bendera-bendera kecil berwarna warni, alunan musik upbeat dimainkan dengan keras, berbagai wangi makanan tercium menyeruak, pernak-pernik aksesoris dijual dibeberapa stan. Terdapat juga beberapa tempat permainan yang juga menarik, diantaranya berhadiah boneka beruang besar jika memenangkan permainan. tak kalah meriah dengan festival tahunan chuseok.
Halaman sekolah disesaki oleh orang-orang yang diundang oleh murid-murid. Jongin adalah salah satunya, ia diundang oleh sepupu yang berasal dari pihak ibunya untuk datang mewakili orang tua yang tak bisa datang pada acara sekolah puteranya karena berada diluar negeri. Ia berjalan ditengah kerumunan orang-orang sembari melihat sekeliling, mencari panggung musik dimana sepupunya sedang menunggu. Jongin bisa mendengar suara musik dari kejauhan dan ia mengikuti dari mana suara itu berasal, hingga akhirnya ia bisa melihat sebuah panggung kecil dibawah pohon sakura yang dikerumuni banyak sekali murid-murid sekolah. Jongin mendekat dan mencari laki-laki yang bertubuh kecil berambut merah, namun ia tidak menemukannya, kemudian ia berbaur diantara kerumunan yang entah mengapa semakin menyemuti panggung kecil itu. Jongin merasa semakin sulit bergerak, ia memutuskan untuk berhenti mencari dan mengeluarkan ponselnya, karena melakukan panggilan telpon tidak memungkinkan, ia mengetik pesan singkat untuk sepupunya, namun belum selesai ia dikagetkan oleh suara teriakan antusias dan siulan sekumpulan murid-murid disekitarnya. Jongin kebingungan dan melihat semua orang berteriak girang kearah panggung, ia pun melihat kearah yang sama dan saat itu waktu terasa berhenti, ia mematung.
Layaknya dalam drama-drama yang sering ibunya lihat, dibawah kelopak bunga sakura yang gugur satu persatu—disana berdiri seorang gadis yang rupanya tak bisa dideskripsikan hanya dengan kata cantik, tubuh kurus dan pendek, kulit putih cerah, mata yang menatap polos berbinar bagai permata, bibir indah yang terukir sempurna. Dia menggunakan hanbok berwarna merah, rambut pendek diatas bahu dengan poni menutupi alisnya.
Jongin mengerjapkan mata saat gadis itu memejamkan matanya sembari memegang mikrofon yang berada di microphone stand. Musik mulai mengalun diikuti suara merdu, gadis itu membuka mata menatap langsung pada penontonnya, All of me dari John legend dilantunkan. Beberapa dari mereka memejamkan mata, beberapa menatap takjub padanya selagi mendengarkan suara yang begitu menyentuh hati siapapun yang mendengarnya.
'Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections
Give your all to me
I'll give my all to you
You're my end and my beginning
Even when I lose I'm winning
'Cause I give you all, all of me
And you give me all, all of you,
Dengan malam dihiasi bulan sabit, bunga sakura beterbangan, dan angin membelai lembut ditengah lagu dilantunkan, semakin membuat semua terbawa suasana. Seperti dalam komik, seperti dalam drama, seperti dalam kisah romansa yang menceritakan bagaimana pemeran utama jatuh cinta pada pandangan pertama pada sang pujaan—suasana, perasaan—Jongin mengalaminya secara nyata untuk pertama kali.
Lagu berakhir, semua orang bersorak sorai, beberapa murid laki-laki paling depan sepertinya meneriakkan nama si gadis, namun Jongin tak mendengar dengan jelas. Tiba-tiba gadis itu tersenyum, kembali mengejutkan Jongin saat bibirnya membentuk garis hati—sangat manis. Dia kembali bernyanyi, Lonely tonight dari Blake shelton feat. Ashley monroe yang mengalun. Saat itulah ia melihat laki-laki berambut merah naik keatas panggung diiringi teriakan riang dari penonton, dan si rambut merah membalas dengan mengerling centil sebelum bergabung dan bernyanyi bersama dengan gadis berambut pendek. Si rambut merah itu adalah sepupu Jongin yang bernama Baekhyun. Jongin menggeleng kepala melihat tingkah sepupunya, dan ia merasa lega setidaknya tidak harus berkeliling lagi untuk mencarinya.
Jongin menyadari bahwa laki-laki berambut merah itu sedang mencari dirinya saat Baekhyun mulai menatap setiap wajah penonton. Ia menyalakan ponsel ditangannya dan melambaikan diudara. Baekhyun terlihat tidak menyadari namun tak lama ia balas melambaikan tangan dengan senang saat melihat Jongin berada diantara teman sekolahnya.
We don't have to be lonely tonight
Need you, want you, I'm right here
We don't have to be lonely tonight
I know we shouldn't, but I don't care
I don't wanna be right, I don't wanna be strong
I just wanna hold you till the heart breaks stone
When the sun comes up, we can both move on
But we don't have to be lonely tonight
Mereka bernyanyi sampai bait terakhir, dan kembali mendapat sambutan yang meriah ketika keduanya membungkuk dan mengakhiri penampilan mereka. Jongin masih menatap setiap gerik gadis berambut pendek itu, gerakannya anggun dan gemulai ketika berjalan, meski dia tidak tersenyum seperti saat bernyanyi, wajahnya pun tetap indah dan menarik. Jongin bahkan hampir lupa pada Baekhyun jika sepupunya itu tidak meneriakkan namanya diatas panggung sebelum dia turun. Membuat semua orang mencari-cari siapa gerangan yang dipanggil Baekhyun.
"Dasar berisik." Jongin menggerutu selagi keluar dari kerumunan dan menghampiri Baekhyun yang menunggu disamping panggung.
"Aku senang kau benar-benar datang." Baekhyun memukul pantat Jongin dengan girang saat laki-laki yang lebih tinggi darinya itu berdiri dihadapannya, menatap kesal atas apa yang baru saja dilakukan Baekhyun.
"Lebih baik aku mengorbankan waktu bermainku dengan Tao dari pada harus mendengar ocehanmu selama tujuh hari karena aku tidak datang." Balas Jongin dengan malas.
"Baguslah, jika kau mengerti. Ayo, kutunjukkan hal-hal menarik di festival sekolah kami." Ajak Baekhyun antusias, namun raut mukanya berubah tidak senang saat melihat sepupunya justru mengabaikan dirinya dengan melihat kesegalah arah.
Baekhyun mengikuti setiap arah yang dilihat Jongin, namun ia tidak mendapatkan apapun. "Kau menunggu seseorang?"
Jongin menatap Baekhyun sekilas sebelum kembali melihat-lihat dan mencari-cari. "Tidak. Baru saja diatas panggung—Baekhyun, gadis itu siapa?"
Jongin menunjuk pada satu arah namun Baekhyun tidak yakin apa yang ditunjukkan Jongin. "Gadis? Gadis yang man—"
Baekhyun terpaku, kebingungan saat Jongin tiba-tiba berlari meninggalkan dirinya. Ia menatap kepergian Jongin dan saat itu ia melihat seseorang menggunakan hanbok merah berlari kecil beberapa jarak didepan Jongin.
"Oh sial, jangan katakan Jongin sudah—dasar anak itu." Baekhyun mengumpat sembari mengikuti Jongin yang semakin berlari menjauh.
.
.
.
Mata itu melotot lebar dengan bingung, mencoba melepaskan tangannya saat tiba-tiba ditarik dan digenggam erat oleh orang asing. Laki-laki yang jauh lebih tinggi dengan tubuh lebih besar, mata tajam yang seakan menelanjanginya saat melihat dirinya dari atas ke bawah, tidak bisa dipungkiri bahwa laki-laki itu sangat tampan dengan tulang rahang yang tegas. Ia kembali berusaha menarik tangannya, namun kesulitan karena satu tangannya yang lain memegang bagian bawah hanbok yang menyentuh tanah jika tidak dipegang. Orang-orang yang melihat seakan tak peduli dan menganggap mereka adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar.
"Namaku Jongin." Orang asing itu melepaskan genggamannya saat menyebutkan namanya. "Aku tidak bermaksud berbuat tidak sopan, aku hanya bingung karena kau terus berlari. Aku pasti membuatmu terkejut."
Ia terdiam, tidak mengerti harus merespon seperti apa. Ia menatap dengan perasaan takut pada laki-laki jangkung itu, dan mundur beberapa langkah sebelum akhirnya kembali berlari meninggalkan orang asing itu.
Jongin hendak mengejar gadis berambut pendek itu sebelum ia merasakan kepalanya dipukul oleh seseorang dari belakang. Ia menoleh dan hendak memaki sebelum melihat Baekhyun menatap tajam pada dirinya.
.
.
.
Jongin menghampiri Baekhyun yang menunggunya disalah satu bangku yang berada didekat panggung, ia memberikan permen kapas yang baru saja diminta Baekhyun untuk membayar kekesalan atas apa yang Jongin lakukan.
Jongin duduk disamping Baekhyun setelah sepupunya itu menerima permen kapas yang ia berikan. "Kenapa kau melarangku mendekatinya? Tidak masalah sekalipun dia laki-laki."
"Tapi dia tidak gay sepertimu Jongin." Dengan sisa-sisa kekesalannya, Baekhyun menatap Jongin. "Dia baru saja berpisah dengan kekasihnya. Apa masih tidak masalah?"
"Bukankah itu hal yang bagus?"
"Kekasihnya adalah seorang perempuan."
"Kekasihnya? Baru saja kau mengatakan mereka sudah berpisah."
"Ugh, menyebalkan." Baekhyun memberenggut dan memakan permen kapasnya dengan kesal disamping Jongin yang tertawa keras.
"Katakan padaku segalanya tentang dia Baek." Jongin kembali berbicara dengan serius setelah tawanya reda.
"Aku tidak tahu banyak tentang Kyungsoo, kami dikelas yang berbeda." Jawab Baekhyun dengan sikap tidak peduli.
"Bukan berarti kau tidak tahu apa-apa bukan?" Jongin tersenyum menggoda atas sifat sepupunya yang mempunyai banyak telinga.
Baekhyun menatap Jongin sembari menggeleng kepala. "Kau benar-benar dibutakan olehnya dalam sekejap mata."
Jongin hanya mengangkat bahu bersamaan dengan kedua alisnya yang terangkat acuh.
Baekhyun menghela nafas. "Yang ku tahu, kekasih Kyungsoo adalah salah satu perempuan dikelasku. Dia pendiam dan tidak mempunyai banyak teman, penampilan dan sikapnya juga sangat kaku. Dia berbeda dengan orang-orang seperti kita yang dimanjakan oleh harta orang tua, Jongin. Kyungsoo sangat sederhana, aku yakin kau mengerti apa maksudku." Baekhyun menatap Jongin dan Jongin mengangukkan kepala.
Baekhyun tersenyum, memakan permen kapasnya dan tiba-tiba terkekeh setelahnya. Ia kembali menatap Jongin. "Karena dia pemimpin paduan suara, dia ditantang untuk memakai hanbok di acara festival ini, karena itulah banyak yang antusias untuk melihatnya. Aku yakin dia berlari karena malu dengan pakaian yang dikenakannya."
Baekhyun kembali tertawa terbahak saat mengingat penampilan laki-laki dengan hanbok merah yang berlari hendak menyembunyikan diri. Sebenarnya Baekhyun pun tidak menampik bahwa dia terlihat sangat cantik dan ia sendiri pun sejujurnya ingin mencoba memakai hanbok itu.
"Berhenti menertawakannya Baek, kau akan tersedak." Sela Jongin, ia memasukkan kedua tangan kedalam jaket sebelum berdiri dari duduknya.
Baekhyun mencibir kesal menanggapi sindiran sepupunya. "Apa kau sudah menjadi kekasihnya? Kenapa kau tersinggung?"
"Aku adalah calon kekasihnya." Jongin berjalan dengan senyum dibibirnya.
"Kau percaya diri sekali." Baekhyun mengikuti Jongin dari belakang.
Pertemuan pertama dengan Kyungsoo.
.
.
.
.
.
Sore hari hujan turun dengan lebat, bulu roma berdiri sebab angin yang menyergap, sepatu menjadi lembap kala menginjakkan kaki diruang tak beratap—Jongin melewati itu, ia juga melewati gerbang sekolah dengan senyum yang melekat diwajahnya, menyapa penjaga gerbang dengan sopan. Ia semakin memasuki lingkungan sekolah yang untuk kedua kali ia datangi, diluar gedung sudah mulai ramai, karena ia datang bersamaan dengan berakhirnya jam sekolah. Perbedaan warna seragam yang masih Jongin kenakan telah menjadi pusat perhatian murid disekolah itu, bahkan beberapa siswi berbisik antusias melihat perawakan Jongin yang bak selebritis.
Ketika berada dibawah atap gedung sekolah, Jongin menutup payung kuning yang ia gunakan, dan seolah ia mengenal dengan baik sekolah itu, Jongin berjalan menyusuri koridor sekolah sembari bersiul-siul kecil selagi membaca tanda disetiap pintu kelas yang ia lewati. Ia berhenti tepat didepan ruang kelas musik dan tanpa ragu membuka pintu ruangan, beberapa murid yang berada didalam menatapnya dengan bingung saat Jongin melihat keseluruh sudut ruangan. Alisnya bertaut saat ia tidak melihat orang yang dicarinya.
"Apa Kyungsoo tidak disini?" Akhirnya Jongin bertanya.
"Baru saja...pulang." Satu diantara mereka menjawab ragu.
"Terimakasih." Jongin tersenyum meski kekecewaan tampak diwajahnya.
Ia menghela nafas dan kembali berjalan kearah pintu utama gedung sekolah, tak ada siulan atau senyuman riang. Ia melewati pintu utama dan berhenti disana, ia mematung, walaupun hanya terlihat dari belakang, namun ia yakin laki-laki dengan tubuh kecil yang kini berdiri diberanda pintu utama gedung sekolah sembari menatap langit adalah orang yang ia cari.
"Kyungsoo." Gumamnya. Jongin tersenyum, ia mendekati Kyungsoo dan berdiri disamping laki-laki kecil itu, kemudian membuka payung warna kuning yang dibawanya tepat diatas kepala mereka.
Dengan wajah terkejut Kyungsoo menatap Jongin. Tawa renyah menjadi respon Jongin ketika untuk kedua kalinya ia melihat mata bulat itu melotot lebar padanya—sangat menggemaskan.
Kyungsoo mundur selangkah, dan satu alis Jongin terangkat melihat Kyungsoo membuat jarak dengannya. Namun kemudian ia kembali tersenyum.
"Mungkin kau terkejut aku mengenalimu?" Lebih pada pertanyaan retoris karena jawabannya terlihat jelas dalam situasi yang terjadi diantara mereka.
Kyungsoo diam tak menjawab dan hanya terus menatap Jongin dengan mata bulatnya.
"Aku tahu kau seorang laki-laki. Dan aku datang kesini karena ingin mengantarmu pulang kerumah." Jongin menjawab pertanyaan yang diterka ada dibenak Kyungsoo.
Laki-laki kecil itu hanya mengerutkan kening semakin bingung. Untuk kesekian Jongin terkekeh, menemukan kenyataan bahwa Kyungsoo benar-benar sangat menarik dan berbeda dari sekian banyak orang yang ia kenal.
"Baiklah. Ayo kita pulang." Ia menarik lengan Kyungsoo dan merangkulkan tangannya dibahu Kyungsoo saat memaksa laki-laki manis itu untuk berjalan bersamanya.
Dengan mulut terbuka dan semakin heran, Kyungsoo berjalan dengan gontai karena ia berusaha melepaskan diri dari rangkulan tangan Jongin yang terasa semakin erat setiap kali ia mencoba lepas.
"Apa yang kau lakukan?" Suara pertama yang Kyungsoo ucapkan dalam dua kali pertemuan mereka.
Senyum Jongin semakin lebar. "Akhirnya bicara juga."
"Tunggu. Apa yang—"
"Bukankah sudah kukatakan aku akan mengantarmu." Jongin memotong pertanyaan sama yang akan dilontarkan Kyungsoo dan terus menariknya menyamakan langkah.
"Tapi aku tidak mengenalmu."
"Aku mengenalmu, dan kau akan mengenalku." Jongin menghentikan langkahnya yang secara otomatis menghentikan langkah Kyungsoo, kemudian ia menatap mata Kyungsoo dengan tatapan sungguh-sungguh dan tulus. "Dengar, aku tidak bermaksud menyakitimu. Hanya biarkan aku mengantarmu pulang. Oke?"
Kyungsoo tidak menjawab, ia tampak terlalu bingung dengan situasi yang dihadapinya. Dan untuk tidak adanya jawaban yang diucapkan, Jongin menganggap itu adalah sebuah persetujuan, karena itu ia kembali mengeratkan rangkulannya dibahu Kyungsoo dan menariknya untuk kembali berjalan.
Keduanya berjalan beriringan, tubuh mereka bersentuhan lemah setiap melangkah, tak ada satupun yang berbicara dan hanya suara hujan yang terdengar. Sesekali Jongin menatap Kyungsoo seraya tersenyum walaupun laki-laki kecil itu hanya menatap lurus kedepan—benar-benar kaku seperti yang dikatakan Baekhyun. Tapi hatinya sangat bahagia, berdekatan seperti ini dengan Kyungsoo membuat Jongin selalu ingin tersenyum, ia tidak ingat pernah tersenyum sesering ini sebelumnya.
Mencari Kyungsoo.
.
.
.
.
.
Tidak lembab, tidak basah dan tidak ada hujan, hari benar-benar cerah. Dihari cerah yang seharusnya dihabiskan untuk latihan menari dengan sahabat-sahabatnya, Jongin memilih datang ke sekolah yang jaraknya memakan waktu lima belas menit dari sekolahnya sendiri. Kali ini ia menunggu digerbang sekolah saat jam pulang sudah tiba, namun yang ditungguinya belum juga terlihat.
Jongin melihat jam tangannya dan melihat setiap orang yang keluar dari gerbang sekolah, hingga ia dikagetkan oleh seseorang yang menepuk punggungnya.
"Kau datang menjemputku?"
Jongin menoleh dan helaan nafas ia lepaskan saat melihat cengiran sepupunya. "Kau membawa sopirmu kemana-mana, untuk apa aku menjemputmu."
"Aku tidak membawa sopirku hari ini." Baekhyun memberenggut mendengar jawaban dingin sepupunya sendiri. "Lalu apa yang kau lakukan disini?"
"Menjemput Kyungsoo." Jawab Jongin singkat, ia kembali melihat jauh kedalam sekolah dan memperhatikan setiap orang yang keluar dari gerbang.
Baekhyun memandangi sekitar lalu kembali melihat Jongin yang terlihat serius memicingkan mata. "Berjalan kaki?" Tebaknya setelah memastikan ia tidak melihat mobil Jongin.
"Kau memberitahuku bahwa Kyungsoo sangat sederhana dan tidak suka kemewahan." Jongin menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya.
"Kau mengikuti saranku?" Mata sipit Baekhyun membulat takjub. "Jongin, aku hanya bercanda. Kesederhanaan Kyungsoo tidak sampai pada level seperti yang kau pikirkan." Baekhyun tertawa keras melihat apa yang dilakukan Jongin yang tampak bodoh dimatanya.
"Sialan. Kau pikir apa yang akan kupikirkan saat kau mengatakannya dengan wajah sungguh-sungguh?!" Jongin membentak kesal, ia sendiri merasa bodoh melakukan hal-hal yang tidak biasa ia lalukan. Jongin tidak hanya meninggalkan mobil kesayangannya dirumah, ia bahkan merubah penampilannya menjadi lebih rapi. Dan Jongin mengerti alasan Baekhyun menertawakannya.
Baekhyun menepuk bahu Jongin berulang. "Yang kumaksud adalah jangan mencoba untuk mengambil hati Kyungsoo dengan kemewahanmu. Kau tidak harus merubah dirimu atau kebiasaanmu." Wajah Baekhyun tiba-tiba berubah serius ketika ia terlihat mengingat sesuatu. "Tapi Jongin, aku mendengar Kyungsoo dan kekasihnya akan kembali bersama. Apa yang akan kau lakukan?"
Jongin menoleh pada Baekhyun sesaat, tatapannya datar dan tak terbaca, kemudian ia kembali melihat kedalam sekolah. "Akan kupikirkan itu nanti." Ia kembali menatap Baekhyun dengan menyelidik. "Lalu apa yang kau lakukan disini?"
Saat bersamaan seseorang dengan motor besarnya berhenti tepat dihadapan Baekhyun. Dan Jongin dapat melihat dengan jelas mata sipit Baekhyun berbinar-binar senang melihat laki-laki diatas motor membuka helm yang dipakainya.
"Chanyeol," Baekhyun bergumam tanpa melepas senyumnya.
"Hai, Baek. Mau pulang bersama?" Suara bariton itu menyapa, ia tersenyum lebar pada Baekhyun.
"Tentu saja." Baekhyun menjawab dengan sangat girang.
Baekhyun mendekati Chanyeol, tanpa ragu naik keatas motor dan berpegangan pada pinggang pemilik motor. Baekhyun menatap Jongin dan mengerling padanya sebelum keduanya pergi. Respon yang seperti biasanya, Jongin hanya bisa menggelengkan kepala.
Sudah terlalu lama, Jongin memasuki lingkungan sekolah untuk menemui Kyungsoo seperti yang ia lakukan sebelumnya. Namun hanya beberapa langkah ia berhenti saat melihat sosok yang dinanti berjalan kearahnya. Jongin tersenyum saat Kyungsoo menatap terkejut menyadari kedatangannya.
.
.
.
Ini pertama kali Jongin menggunakan bus umum, rasanya tidak buruk, karena ia berada disamping Kyungsoo. Ia mengikuti arah pandang Kyungsoo yang menatap langit melalui jendela kaca, Jongin dapat menyimpulkan bahwa Kyungsoo menyukai langit karena sebelumnya ia pun pernah melihat Kyungsoo melakukan hal yang sama. Dan seperti yang dikatakan Baekhyun, Kyungsoo sangat pendiam, dia tidak berbicara sepatah kata pun bahkan ketika sesaat lalu Jongin menarik tangannya untuk pulang bersama. Dia tidak memberontak ataupun menolak, Kyungsoo hanya diam. Akan tetapi sifat pendiam Kyungsoo bukan sebuah kekurangan bagi Jongin, namun menjadi sebuah daya tarik dari seorang Do Kyungsoo.
"Kau lebih suka menggunakan bus umum atau mobil?" Jongin bertanya tiba-tiba.
"Bus."
Kaku dan dingin, Baekhyun benar. Jongin tersenyum, sekali lagi membuat hal ini menjadi menarik bagi Jongin.
"Bagaimana dengan gunung dan pantai?" Jongin kembali bertanya sembari melihat Kyungsoo yang masih menatap langit.
"Pantai."
"Warna yang kau suka?" Jongin tidak berhenti.
Tidak ada jawaban beberapa saat sebelum Kyungsoo menoleh dan menatap Jongin.
"Kenapa kau peduli dengan hal itu?" Kali ini Kyungsoo yang bertanya, wajahnya datar tanpa ekspresi menatap Jongin.
"Aku datang padamu bukan tanpa maksud, Kyungsoo. Aku mengejarmu karena aku menginginkanmu." Mata tajamnya menatap langsung pada manik mata Kyungsoo, menunjukkan ketegasan dan keseriusan padanya.
Untuk beberapa detik Kyungsoo terdiam, ia menahan nafas, kemudian mengalihkan tatapannya dari Jongin dan kembali menatap langit sembari menjawab..
"Hitam."
Jongin melipat tangan didada, garis bibirnya kembali merekah, ia melirik Kyungsoo karena ia melihat pipi pria kecil itu memerah samar dibawah sinar matahari yang menembus jendela.
"Makanan yang kau suka?"
"Spaghetti."
"Hobimu?"
"Memasak."
"Bagus. Kau bisa membuatkanku spageti."
Kyungsoo menoleh dengan cepat, menatap Jongin tak percaya. Jongin tertawa keras mengagetkan penumpan yang lain, ia sendiri pun terkejut dengan kata-katanya. Jongin akui ia memang selalu percaya diri dalam segala hal, meski Kyungsoo saat ini mungkin menganggap dirinya aneh, namun ia sangat yakin dengan apa yang baru saja ia katakan akan menjadi hal yang nyata.
Waktu, Jongin habiskan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan paling mendasar hingga hal-hal besar tentang Kyungsoo. Ada kalanya Kyungsoo tidak menjawab namun jawaban lebih banyak Jongin dapatkan walau dengan wajah datar Kyungsoo yang seperti biasa.
Mengenal Kyungsoo.
.
.
.
.
.
Waktu tak pernah berhenti, bergerak maju melalui dimensi setiap yang dilewati dalam detik. Perubahan dan pergantian terjadi, musim dingin berganti musim semi, kepompong menjadi kupu-kupu, Kyungsoo tersenyum pada Jongin.
Terbiasa, Jongin membuat Kyungsoo terbiasa dengan kehadirannya. Meski ia masih bisa melihat kecanggungan pada perangai Kyungsoo tetapi ia selalu melihat senyum manisnya ketika ia datang menjemput Kyungsoo. Hari ini pun begitu,
Kyungsoo tersenyum ketika melihat Jongin melambaikan tangan diambang pintu kelasnya. Setelah membereskan buku-buku, dia menghampiri Jongin yang menunggu.
"Tunggu sebentar." Kyungsoo memberikan tasnya pada Jongin, ia tersenyum melihat Jongin terlihat bingung, dan tanpa mengatakan apapun lagi Kyungsoo meninggalkan Jongin.
Jongin menunggu dikoridor, melihat klub sepak bola berlatih dilapangan melalui jendela. Sudah sekitar lima belas menit berlalu, tapi Kyungsoo belum juga kembali, ia mulai menerka-nerka akan apa yang sedang dilakukan oleh Kyungsoo. Jongin menoleh ke arah lorong koridor, ia baru merasakan kelegaan setelah melihat Kyungsoo berjalan kearahnya dengan membawa sesuatu ditangannya.
Kotak makanan, tanpa mengatakan apapun Kyungsoo menyodorkan apa yang ada ditangannya. "Aku membuat spageti saat kelas memasak, tapi karena sudah dingin, aku menghangatkannya sebentar."
Kali ini rona merah diwajah Kyungsoo tidak tampak samar, namun sangat jelas, Jongin terkekeh, menyenangkan melihatnya. Ia menerima kotak makanan itu dan membukanya, ia mencium wangi hangat dan renyah dari spageti yang dibuat Kyungsoo.
"Kau membuatkannya untukku? Untukku?" Jongin bertanya seakan tak percaya, menatap Kyungsoo yang bergerak gelisah.
Jongin tertawa. Bukannya menjawab pertanyaannya, Kyungsoo justru mengambil tasnya dari tangan Jongin dan berjalan cepat meninggalkan Jongin. Ia mengejarnya sembari menggoda wajah Kyungsoo yang memerah, Jongin baru berhenti setelah mendapat tatapan datar dan dingin wajah Kyungsoo.
Kyungsoo membuka hatinya.
.
.
.
.
.
Jongin sudah tahu cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Namun ia tidak ingin menganggapnya sebagai kerikil yang menghalangi jalannya. Tidak untuk saat ini.
"Menyingkir, Baek." Ia memperingati Baekhyun yang menghalangi jalannya untuk masuk ke ruang musik. Ia tahu, Kyungsoo berada disana, bersama dengan seorang perempuan yang dulu pernah menjadi kekasih Kyungsoo.
"Aku sudah mengatakan padamu Jongin, dia tidak sama sepertimu, seperti kita. Aku juga sudah memastikan bahwa mereka kembali bersama. Jadi kumohon, ayo kita pergi." Baekhyun menarik lengan Jongin yang tak bergerak sedikitpun.
"Kalau aku berhenti, semua selesai begini saja Baekhyun." Jongin melepaskan tangan Baekhyun dari lengannya. "Jika memang harus berhenti, maka aku harus menemukan sendiri alasannya." Jongin tersenyum menenangkan pada Baekhyun dan ia membuka pintu kelas musik dengan perlahan.
Dia tersenyum, menyanyikan sebuah lagu disamping seorang gadis yang memainkan piano. Lagu mengalun, suaranya seindah suara air mengalir dipegunungan, tentram dan menyejukkan. Jongin pun tersenyum, bukan senyum pahit atau kekecewaan, ia senang melihat senyum cerah itu. Jongin ingin merebut Kyungsoo dari siapapun yang memilikinya, namun bagaimana jika hanya kebencian yang ia terima. Tidak, Kyungsoo lebih cocok bersama dengan kebahagiaan. Jongin sudah menemukan alasannya, dengan perlahan ia menutup kembali pintu kelas.
"Mereka benar-benar kembali bersama?" Jongin bertanya, memastikan apa yang dilihatnya pada Baekhyun yang saat ini menunjukkan ekspresi yang benar-benar kesal.
"Lupakan Kyungsoo. Akan kucarikan seseorang yang jauh lebih baik dari dia!" Baekhyun setengah membentak kemudian ia meninggalkan Jongin dengan langkah cepat.
"Baiklah." Jongin terkekeh selagi menyusul Baekhyun.
Kerikil kecil membuat Jongin tersandung.
.
.
.
