Cast:
Kyosuke Hamao
Watanabe Daisuke
Baba Ryoma

Author's POV
Pagi itu salju memenuhi jalanan kota Osaka, Jepang. Seorang murid Akatsuki Senior High School sedang berjalan lambat-lambat dibawah guyuran salju. Wajahnya tampan dan tubuhnya tegap. Dia juga tinggi untuk ukuran pria jepang. Ditangannya tergenggam telepon genggam mungil yang lumayan mahal.

Drrt.. Drrt..

"Moshi-moshi! Nii-san?! Ah, hai! Demo, aku hampir telat.. Pulang sekolah, hai? Arigato gozaimasu! Mata ashite!"

Daisuke'S POV

Deg.. Deg.. Deg..

Apa?! Okaa-san pingsan lagi? Bagaimana bisa? Bukankah kemarin okaa-san baik-baik saja? Apa karena aku pagi tadi memarahi okaa-san? Okaa-san, gomene..

Hiks,hiks.. Daisuke, kau harus kuat! Sekarang yang penting kau sekolah dulu! Buat okaa-san bangga padamu. Ayo kuat!

Author'S POV
Akatsuki Senior High School.. Asrama untuk murid laki-laki..

Daisuke berjalan gontai meski ini adalah tahun pertamanya di akatsuki.. Sudah seharusnya dia memasang senyum di bibirnya. Menyapa teman-teman barunya. Tapi, berita mendadak dari onii-sannya barusan benar-benar membuat semangatnya langsung hilang, meskipun dengan susah payah ia berusaha melupakannya. Dia tahu, dia takkan lama di Akatsuki Senior High School ini, karena kaa-sannya, harus pergi ke Tokyo untuk menjalani pengobatan lebih lanjut agar Kanker otak, paru-paru dan rahimnya bisa segera diobati. Beruntung, keluarganya termasuk keluarga berada di jepang, atau bisa dibilang golongan elite.
Tak terasa, air mata mulai membasahi kedua belah pipinya yang tampan.

"Ohayou gozaimasu, dai-san! O genki desu ka? Watashi wa genki desu!" Sapa seorang murid laki-laki yang ternyata adalah ryoma-san. Sahabat sekaligus teman masa kecil dai-kun..

"Ah, kau rupanya, ryoma.. Hai! Genki desu.. Aku hanya sedikit sedih. Barusan nii-san bilang padaku kalau okaa-san pingsan lagi.", dai-kun berkata sambil menghapus air matanya.

"Aish.. Ekspresi macam apa itu? Tidak biasanya, seorang watanabe daisuke yang selalu cool dan seolah tidak perduli dengan orang lain, sekarang malah seperti anak kecil. Menangis.. Ayolah! Semangat! Mana daisuke yang biasanya?", ryoma-kun berusaha menyemangati dai-kun dengan menggodanya..

" ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟ.. Kau bisa saja... Ah, arigatou gozaimasu.. Aku sudah lebih baik sekarang.. Eh, kau ikut aku pindah ke Tokyo tidak?" Tanya dai-kun, agak bersemangat.

"Ah, bagaimana ya.. Sepertinya tidak..", ryoma-kun pasang muka memelas..

"Hah? Bagaimana bisa? Yah, tidak seru nih kalau tidak ada kau..", dai-kun mulai sedih lagi.

" ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟ.. Maksudku, itu, tidak.. Tidak salah lagi! ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟª ћªǟ! Tentu saja aku akan ikut kau ke tokyo! Mana bisa aku tahan disini tanpa kau!", ryoma tertawa terkekeh sambil memegangi perutnya.

"Ah! Kau ini!", daisuke hanya memonyongkan bibirnya, sebagai tanda protes.

3 bulan berlalu, akhirnya tibalah saat Dai-kun sekeluarga harus pindah ke Tokyo. Di lain tempat, Ryoma pun sudah mengemasi barang-barangnya, karena, rencananya dia akan naik kereta yang sama dengan Daisuke sekeluarga dan berangkat bersama.

~Di stasiun~

"Ryoma-san! Disini!", daisuke berteriak memanggil Ryoma-kun.

"Ah, hai!"

Setelah mereka berpelukan sebentar, dai-kun dan ryoma-kun duduk bersama keluarga dai-kun sambil menunggu kereta datang. Setelah kereta datang, dai-kun dan ryoma-kun naik kereta dan duduk bersebelahan.

Ditempat lain..

"Ah.. Ah..!"
Hah, hah, hah, hah..

"Mao-san?!", suara lembut seorang wanita paruh baya membangunkan tidur Kyosuke Hamao.

"Okaa-san! Aku takut! Aku takut! Takut, takut, takut..!"

Suara lembut mao-san bergetar sambil terengah-engah.

"Kamu kenapa? Ada apa? Apa kamu mimpi buruk lagi, sayang?", kyosuke yuka, ibu mao-san berusaha menenangkannya.

"Tidak, kaa-san. Kali ini aku bermimpi berbeda.. Tapi tetap saja aku merasa ketakutan.", jawab Hamao masih menggigil ketakutan.

"Ada apa?"

"Aku bermimpi, bertemu dengan seorang wanita. Dia begitu cantik. Tubuhnya berkilauan, dan dia memakai mahkota yang terkesan berat dan tinggi di kepalanya. Pakaiannya panjang dan dihiasi mutiara-mutiara. Dan, didahinya, terdapat lambang masa depan. Dia mengatakan bahwa, aku akan bertemu dengan jodohku.. Setelah itu, dia menghilang, setelah sebelumnya, ia memberiku sebuah tanda yang sama di dahiku. Itu sebabnya aku berteriak.. Aku memanggil dia, okaa-san..", jelas mao-kun panjang lebar.

Okaa-sannya hanya tersenyum. Ia tahu, anak yang sangat dicintainya telah bertemu dengan Sang Takdir Masa Depan..

TBC..