Title : Rhythm of Love
Cast : Wu Yifan, Kim Joon Myeon,
Other Cast : silahkan cari sendiri ._.
Genre : Romace, Drama, friendship, yaoi
Rating : T
Length : Chaptered
Warning ! : typo bertebaran, amateur writer, alur yang mungkin gak jelas dan segala kesalahan yang ada, disini saya selaku author minta maaf sebesar-besarnya (membungkuk 90 derajat).
Summary : kehidupan seorang Wu Yifan aka Kris yang awalnya tenang dan damai harus rela teranggu dengan kehadiran lelaki beranama Kim Joonmyun aka Suho, lelaki yang begitu polos, bodoh dan cukup menyebalkan ini begitu Kris ingin marah dan mengusir suho dari kehidupannya. Tapi, laki-laki dengan tatapan mata tajam ini menemukan suatu hal yang tidak biasa pada diri suho. Saat jemari lelaki bodoh itu menyentuh tuts – tuts piano, dia merasakan sebuah irama ganjil masuk ke dalam sela-sela hatinya – aish summary macam apa ini ! -_-
Author : Sung Rae Yoo
Kau yang hadir dalam hidupku tanpa permisi
Kau yang membuatku merasakan rasa aneh yang tak berujung
Dalam hati ini,
Aku bertanya
Irama apa yang kau berikan kepadaku?
Saat kau menatapku dalam,
Dalam pikiranku sendiri
Aku bertanya
Nada apa yang kau mainkan?
Hingga membuatku tersesat dalam cinta tanpa dasar
Membuatku merindukan irama itu
Dan rasa ingin selalu mendengarkannya
Hanya satu
Irama cinta darimu
- Rhythm of Love -
Wu Yifan
[Chapter 1]
Hari ini adalah hari minggu. Minggu yang dingin lebih tepatnya. Seoul akhir-akhir ini sering diguyur hujan deras sehingga membuat segala sesuatu yang berada diluar akan basah. Mulai dari jalanan, rumput dan bangku-bangku taman akan basah dan menciptakan embun di pagi hari. Hal ini semua kurang disukai oleh seorang namja yang tinggal disebuah rumah berlantai dua dengan cat dinding berwarna putih. Rumah itu memang tidak terlalu besar dan mewah. Namun, cukup luas kalau hanya ditinggali sendirian saja. Namanya Wu Yifan, tapi lebih akrab dipanggil dengan nama Kris. Tinggal sendirian di Seoul karena dia bersekolah disana. Sedangkan appa dan eommanya yang kaya raya tinggal di daerah gangnam untuk mengurusi bisnis real estate mereka yang besar dan berskala internasional. Kris yang lahir di Kanada 17 tahun lalu ini punya tubuh yang sangat tinggi, bahkan terlalu tinggi untuk ukuran anak SMA kelas 3. Wajahnya yang selalu dingin dan jarang mengeluarkan ekspresi kecuali seringaian menyebalkan. Sebenarnya Kris meruntuk kenapa dia bisa seinggi ini padahal dia masih SMA, itu membuat dirinya sering dikira sebagai Ajussshi (Paman). Tapi, tinggi masih lebih baik dariada jadi kurcaci, yah.. setidaknya begitu menurut Kris.
Pagi ini dia habiskan dengan sarapan setangkup roti panggang dan segelas susu segar. Lalu,saat belum genap pukul 7 pagi, dia keluar rumah, menguncinya dan merapatkan jaketnya saat udara pagi yang dingin menyambutnya saat dia ada di teras depan ruamah. Lelaki jangkung ini bersiap jogging di kompleks perumahan yang cukup sepi karena masih pagi hari. Setelah dirasa cukup berlari dan sudah merasa lelah, Kris berjalan memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Dia melirik jam tangan dan melihat sudah pukul 8 pagi. Dia mempercepat langkah panjangnya agar cepat sampai ke rumah dan segera mandi.
Pukul 9 pagi, matahari tidak tampak karena terhalang oleh mendung pekat berwarna kelabu. Rasa bosan akhirnya menyelimuti hati Kris hingga akhirnya dia bersiap untuk keluar rumah dan memandangi rumput tamannya yang berembun dan nampak basah. Dia memakai sendalnya dan duduk di ayunan kayu yang beruntung nampak kering dan nyaman untuk dia duduki. Lelaki dengan rambut pirang kecoklatan itu tenggelam dalam pikirannya yang berlarian kesana kemari, dia bergumam dan tanpa sadar menyenandungkan sebuah lagu. Lagu yang bahkan tidak terpikirkan dalam otaknya untuk dia nyanyikan. Namun, selang beberapa menit kemudian, suara dering telepon genggam dan getaran dalam kantung jaketnya mengintrupsi senandungnya. Dia tersadar dari lamunan yang tidak tentu itu dan merogoh kantungnya untuk mengambil telepon genggam. Kris sedikit heran melihat di layar handphonenya terpampang jelas nama Ayahnya.
Tanpa menaruh curiga sedikitpun, Kris mengusap layar sentuh Handphonenya dan mengucap salam.
"Yeoboseyo"
Dari seberang sana, telinga Kris disambut dengan suara serak khas dari ayahnya yang sudah cukup berumur itu "Ne, Kris, ini Appa"
Kris mengangguk meskipun ayahnya tidak bisa melihat anggukannya. Dia berfikir dalah hati, tumben sekali ayahnya meneleponnya seperti ini, apakah ada sesuatu yang salah dalam perusahaan ayahnya yang besar itu?
"neAppa, ada ada? Tumben sekali Appa meneleponku" jawab Kris.
Terdapat jeda beberapa detik sebelum akhirnya suara ayah Kris terdengar lagi. Kali ini lebih serak dari yang tadi.
"ibumu, terkena kecelakaan. Cepat kamu kesini"
Satu kalimat dari mulut ayahnya yang ada disebrang telepon mampu membuat lelaki jangkung ini melebarkan matanya dan tersentak dari kursi ayunan kayu yang dia duduki. Hampir saja dia terjungkal.
"MWO? Benarkah Appa? Sekarang ada dimana? Aku akan kesana sekarang juga" balas Kris panik. Dia cepat cepat masuk kedalam rumah.
"baikklah, appa akan mengirim alamat rumah sakitnya lewat SMS saja"
Pembicaraan Kris dengan ayahnya berakhir begitu saja. Ayahnya memang tipe orang yang tidak suka bicara, bicara langsung saja beliau tidak begitu suka, bicara lewat telepon terlebih lagi. Karena itu, Ayah Kris adalah orang yang cepat memutuskan pembicaraan telepon. Bukan orang yang suka basa-basi.
Pip !
Telepon ditutup, Kris bergantu baju dengan kemeja putih, jaket tipis berwarna abu gelap dan celana jeans. Dia langsung menyambar kunci mobil dan menuju garasi. Dalam hati, dia terus berdoa agar tidak terjadi sesuatu yang serius pada eommanya. Kris takut kalau dia akan kehilangan eommanya sekarang. Dia belum siap sedikitpun. Kris menghidupkan mesin mobil, lalu beberapa menit kemudian mobil jazz putih itu sudah meluncur di jalan raya Seoul.
Setelah Kris sampai di sebuah rumah sakit di daerah gangnam, dia langsung memarkir mobilnya dan berlari cepat menuju ruang resepsionis. Setelah sampai, dengan nafas terengah-engah dia berhenti tepat di depan meja resepsionis yang dijaga oleh seorang suster muda yang cantik. Suster itu tersenyum ramah dan sedikit bingung melihat Kris kehabisan nafas karena terlalu cepat berlari.
"ada yang bisa dibantu, Tuan?" tanya suster itu. Kris meruntuk dalam hati karena dia dipanggil Tuan padahal dia masih siswa SMA, dia tidak setua itu. Tapi, dia tepis rasa kesalnya karena dia sangat khawatir dengan keadaan Eommanya.
"Apa ada pasien bernama Wu Shi Yeon (entah nama ibunya Kris itu siapa, jadi author ngarang aja namanya! Maap ne? ._.v) ?" tanya Kris langsung. Dia menyebutkan nama ibunya dan berharap suster itu segera menemukan ruangan dinama ibunya dirawat.
"Tunggu…"
Kris berdiri dengan seskali menghentakkan kakinya tidak sabar. Tapi kemudian, dia kembali menoleh pada resepsionis setelah beberapa saat yang lalu dia mengalihkan pandangannya menelusuri ruang tunggu.
"Maafkan saya, tapi tidak ada pasien bernama Wu Shi Yeon" jawab si suster dengan gelengan anggun.
Kris kini bingung, dahinya berkerut dan dia meraih handphonenya berusaha menghubungi ayahnya dan menanyakan kamar tempat ibunya dirawat. Tapi, sialnya, ayahnya tidak menganggat panggilannya. Kris berdecak keras. Lalu dia menyapu pandangannya dan memastikan kalau dia tidak masuk rumah sakit yang salah. Tapi setelah melihat seragam suster dan tulisan besar di atas meja resepsionis dia yakin kalau dia sebenarnya tidak salah masuk rumah sakit. Tapi, kenapa nama eommanya tidak ada? Apa ini hanya lelucon?
"Tolong cek lagi, benarkah tidak ada? Dia barusaja terkena kecelakaan, namanya Wu Shi Yeon!" desak Kris masih tidak percaya, dia berkata pada si respionis setengah memaksa.
Si respsionis cantik itu mencari lagi dan menggerakkan mouse computer di depannya. Tapi setelah beberapa menit mencari, dia menggeleng lagi. Kali ini dengan pasti dia mengatakan tidak ada pasien bernama Wu Shi Yeon.
Kris mengerang frustasi dan hendak membanting teleponnya. Ini salah satu kebiasaan Kris. Dia memang cepat marah dengan sesuatunya. Akhirnya, Kris menyalakan handphonenya dan bersiap menelepon ayahnya lagi. Tapi, si resepsionis berbaju pink itu menghentikan Kris.
"Ah, tunggu Tuan! Ada seorang pasien baru masuk karena kecelakaan mobil sekitar 1 jam yang lalu, tapi namanya bukan Wu Shi Yeon, namanya Kim Joonmyun"
Kris berbalik menatap resepsionis
"Kim Joonmyun?" tanyanya
Dengan anggukan, suster itu menjawab. Lalu dia mencatatkan sesuatu di kertas kecil berwarna hijau dengan bullpen warna merah.
"namanya Kim Joonmyun, dia ada di UGD, tapi sepertinya dia sudah dipindah ke ruang perawatan di lantai 4, kamar 279. Anda bisa mengunjunginya jika ingin. Saya sudah menuliskannya di kertas ini"
Si suster menyerahakan kertas hijau pada Kris dan lelaki itu mengambilnya dengan ragu-ragu. Tapi dia tidak menolaknya dan malah mengucapkan terima kasih.
"terima kasih, aku akan mengeceknya nanti"
Kris berbalik dan melangkahkan kakinya yang panjang menuju lift yang ada di pojok lobi rumah sakit yang cukup besar ini. Entahlah, dia sendiri juga tidak tahu kenapa dia penasaran dengan sesosok lelaki bernama Kim Joonmyun ini. Buktinya saja, Kris sekarang sedang berjalan menuju lift dan hendak menuju kamar nomor 279 di lantai 4 tempat lelaki bernama Joonmyun yang baru saja kecelakaan ini dirawat.
Kris bisa merasakan beberapa pasang mata tertuju padanya. Itu membuatnya berjalan lebih cepat dan tidak mau berurusan dengan siapapun. Berurusan dengan ayahnya saja merepotkan, terlebih lagi dengan orang lain. Tapi, tatapan mata yang tertuju pada seorang Kris saat ini adalah tatapan para gadis yang ada di lobi rumah sakit dengan siratan kagum di mata mereka. Bagaimana tidak kagum, ada seorang pria dengan pakaian casual dan dengan tinggi diatas rata-rata cm itu lewat di deapan mereka. Apalagi wajah Kris yang bisa dibilang cukup keren dan tampan untuk ukuran anak SMA. Wajahnya yang terlihat cool dan datar itu memberikan kesan lebih pada seorang Kris.
Dia memencet tombol dengan angka 4 saat dia sampai di dalam lift. Dia sendirian saat itu, sambil menunggu dia sampai di lantai 4, Kris merasakan kantungnya bergetar. Dengan cepat, dia mengambil handphonenya dan melihat nama ayahnya ada di layar. Dengan cepat, dia mengusap layarnya dan menerima panggilan ayahnya dengan nada tidak sabaran.
"Yeoboseyo? Appa! Sebenarnya ada di mana sih? Aku kebingungan dari tadi!" tanya Kris kesal tanpa basa-basi pada ayahnya.
"Kris-a, pergilah ke lantai 4, kamar nomor 297. Kamu sudah sampai di rumah sakit yang appa kirimkan alamatnya kan?" jawab ayah Kris dengan tenang.
Kris berdecak sebal karena ayahnya sama sekali tidak merasa bersalah membiarkan anaknya kebingungan dan panik dalam waktu yang bersamaan karena menghawatirkan keadaan ibunya. Ini semua berkat informasi dari ayahnya yang ganjil.
"Apa eomma dirawat disana? YA! Appa!" Kris berteriak saat nada sambungan berakhir terdengar. Ayahnya telah memutuskan sambungan telepon tanpa permisi. Itu membuat Kris kesal setengah mati. Tapi, saat perkataan ayahnya tadi terngiang di kepalanya, dia mengerutkan dahinya lagi. Dia sadar, kamat 297 di lantai 4 adalah kamar lelaki bernama Kim Joonmyun yang tadi diberitahukan oleh susuter di resepsionis. Jadi, siapa yang sebenarnya kecelakaan sekarang? Siapa kim Joonmyun? Dimana eommanya? Puluhan pertanyaan memutari kepala Kris membuat pemuda itu pusing dan mengacak rambutnya hingga berantakan. Rambut pirang kecoklatan miliknya kini tampak tidak teratur saat Kris memandang dirinya sendiri pintu kaca lift.
Saat pintu lift terbuka, Kris segera mencari ruangan dengan nomor 297 itu dengan tidak sabar. Dia berlari kecil meskipun akhirnya di tetap berjalan karena ditegur oleh salah satu dokter yang melihatnya berlari di koridor rumah sakit yang ramai.
Setelah beberapa menit mencarinya, Kris menemukan kamar yang terletak agak dipojok dan dekat dengan balkon. Kris dengan gugup mengetuk pintu kamar tersebut lalu membukanya perlahan.
TBC or END ?
Aigoo…
Apap ini?
ini ff krisho pertama aku, maaf pake banget kalau jelek dan banyak typo(s) makasih sudah baca, RCL yaa…
Makasih ^^
Sung RaeYoo
