"Paper"

Summary : 'Ryeowookie's First Love… Can I?'

Pair : Kyuwook

Rate : T

"Sialan! Brengsek! Perempuan jalang!" Umpatan-umpatan kasar itu tak henti-hentinya meluncur mudah dari bibir seorang namja tampan. Namja yang memakai kemeja biru itu sesekali mengacak rambutnya frustasi. Masih dengan umpatannya, ia membanting sebuah kotak perhiasan. Kotak perhiasan yang indah, dengan warna merah menyala. Kotak perhiasan itu menggelinding, sedikit menjauhi kursi namja tampan itu. Badannya yang sedikit kurus kemudian menunduk, mempertemukan sikunya dan lututnya. Posisi yang sangat nyaman menurutnya untuk mengusap wajahnya kasar.

Beberapa orang tua berjalan cepat, menggandeng anaknya ketika melihat pemuda itu. Bukan karena pemuda itu menakutkan atau berbahaya. Pemuda itu pasti butuh ketenangan―setidaknya, itulah yang sedari tadi kalimat yang berputar di kepala mereka ketika mata mereka tak sengaja menoleh dan mendapati tubuh pemuda itu.

Satu per satu orang berjalan melewati pemuda itu. Entah pemuda itu menyadarinya atau tidak, taman itu sudah mulai sepi. Hanya ada dua keluarga yang masih bersemangat menemani anaknya bermain di taman ini.

Hari yang sudah memasuki waktu petang, memaksa kedua keluarga itu juga beranjak dari taman itu. Menyisakan pemuda itu sendiri. Duduk di kursi putih taman.

Dengan perlahan, ia mengangkat kepalanya. Memperbaiki posisi duduknya, pemuda itu menegapkan punggungnya. Otaknya mengirim perintah untuk merilekskan pikirannya. Maka dari itu, pemuda itu mulai menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia melakukannya berkali-kali sembari menengadahkan kepalanya ke atas. Walaupun matanya tertutup, pemuda itu bisa merasakan awan yang mulai berubah warna menjadi jingga di atas sana. Angin yang berhembus melewatinya, membuat otaknya bekerja. Dengan kemampuan imajinatif otaknya, pemuda itu merefleksikan sesuatu dengan baik dibalik kedua matanya yang masih tertutup. Ia berusaha merefleksikan langit yang indah di atas sana dengan bantuan angin khas sore hari.

Satu hembusan terakhir, namja itu sudah merasa cukup rileks. Ia membuka kembali kedua matanya. Bibirnya membentuk sebuah lengkungan kala melihat langit sore. Benar-benar tak jauh dari apa yang sempat ia imajinasikan didalam pikirannya tadi. Kedua orbs itu kemudian berkilat sendu. Tidak, tak ada lagi tatapan frustasi seperti tadi. Sepertinya, menenangkan dirinya dalam waktu setengah jam cukup untuk memperbaiki sedikit mood pemuda ini. Ia menarik sedikit sudut bibirnya― ia tersenyum, tapi terkesan dipaksakan.

Ia kemudian menundukkan tubuhnya lalu berusaha menggapai sebuah kotak berwarna merah yang tergeletak begitu saja di atas rerumputan taman. Pemuda itu mengusap kotak itu dari luar, berniat membersihkan kotak itu dari debu.

"Aku bahkan membeli ini dengan uang tabunganku sendiri." Gumamnya sembari memutar-mutar kotak itu di hadapannya.

Ia terkekeh kecil, menyesali kebodohannya yang dengan mudahnya tertipu dengan seorang yeoja brengsek. Ia tak menyangka. Ternyata dibalik pesona polos, yeoja itu menyimpan segudang perangai buruk miliknya. Perangai buruk yang baru saja pemuda itu sadari.

Mencoba melupakan mantannya itu, pemuda itu lebih memilih menikmati pemandangan di sekitarnya. Bunga-bunga yang bermekaran, rerumputan hijau yang asri, dikombinasikan dengan udara sore hari yang benar-benar sejuk. Pemandangan yang sangat sempurna.

Matanya masih menelisik seluruh sudut taman yang sanggup ia lihat dari ekor matanya. Matanya menyipit ketika melihat seorang pemuda yang tengah duduk bersandar pada sebuah pohon rindang, tak jauh darinya. Pemuda itu terlihat begitu menikmati suasana taman ini, terbukti dengan kedua matanya yang mengatup. Seolah berusaha merasakan lebih jelas bagaimana unsur-unsur penghias alam bekerja, membuat bumi ini menjadi lebih indah.

Menggenggam kotak perhiasan di tangannya, namja itu masih menikmati pemandangan yang dilihatnya. Mungkin bukan pemandangannya, lebih tepatnya, seorang namja lain yang sedang duduk di atas rerumputan tak jauh darinya.

.

Tes

.

Namja bertubuh tinggi itu kemudian menengadahkan kepalanya ke atas. Ia bisa melihat langit yang berubah menjadi lebih hitam dan awan-awan hitam yang juga berkumpul. Udara di sekitarnya juga menjadi lebih dingin.

.

Tes Tes Tes

.

Air-air itu semakin banyak dan terus-menerus menerpa tubuh pemuda itu.

Ia menghela napas, "Ck! Kenapa harus hujan?"

Dengan segera, ia berdiri. Berniat untuk segera mencari tempat berlindung, pemuda itu kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut taman. Hingga akhirnya kedua orbs miliknya mendapati sebuah tempat berlindung yang sangat pas.

Halte bus.

Maka dari itu, dengan langkah kaki yang sedikit dipercepat, ia segera menuju halte bus yang sepi.

"Eh?" Pemuda itu menghentikan langkah kakinya yang panjang.

Ia hanya terdiam melihat pemuda yang sedari tadi ia perhatikan terlihat memunguti lembaran-lembaran putih dengan kesusahan. Sepertinya namja itu mencoba untuk bangkit, namun kertas-kertas yang sedari tadi berada dipangkuannya malah terjatuh dan perlahan mulai basah karena hujan.

Pemuda bertubuh kurus itu kemudian mendekat dan membantu namja yang masih sibuk memunguti satu per satu kertas miliknya. Ia mengerutkan keningnya ketika menyadari bahwa kertas-kertas yang tengah ia punguti hanyalah lembaran kosong. Ia bahkan hampir membuang kembali kertas-kertas itu karena kosong, benar-benar tak ada apa-apanya. Namun ia tak bisa berhenti melakukannya ketika melihat namja manis itu masih memunguti kertas-kertasnya dengan panik.

Namja mungil itu mendekap kertas-kertasnya yang masih bisa terpakai atau belum terkena air hujan. Ia mengerjapkan matanya lucu saat menyadari ada seorang pemuda yang membantunya memunguti kertas-kertasnya.

"Ini kertasmu. Maaf, yang lainnya sudah basah."

Namja mungil itu mengerutkan keningnya, belum berniat mengambil kertas yang disodorkan oleh pemuda bertubuh tinggi di hadapannya.

"Hei." Pemuda bertubuh tinggi itu menyentak kertas yang ia pegangi, berniat menyadarkan namja mungil yang tengah memandanginya bingung.

Namja mungil itu kemudian tersenyum lalu mengambil kertas di tangan pemuda lain yang telah membantunya.

"Err.. Apa tak sebaiknya kita berteduh?" Pemuda bertubuh tinggi itu tersenyum canggung ketika melihat namja mungil di hadapannya mengangguk – membenarkan perkataannya tadi.

Mereka berdua kemudian melangkahkan kaki mereka menuju halte bus. Meskipun salah satunya tidak dapat disebut 'melangkah'. Yah, namja bertubuh tinggi itu sepertinya tidak tahan jika terus-terusan diguyur hujan, maka dari itu ia berlari kecil – meninggalkan namja mungil itu berjalan sendirian di belakangnya.

Ketika mereka mendudukkan diri masing-masing dengan nyaman di halte itu, hanya kecanggungan yang tercipta. Tak ada yang berinisiatif untuk membuka suara terlebih dahulu. Keduanya lebih memilih memandang lurus ke depan, pada jalanan yang sepi. Pemuda bertubuh tinggi itu terlihat menolehkan kepalanya ke samping kirinya saat merasakan ada tangan yang menepuk halus lengannya.

Ia hanya diam melihat pemuda bertubuh lebih pendek darinya itu menuliskan sesuatu di kertas yang tadinya mereka punguti.

'Terima kasih ^^'

Lantas, pemuda itu tersenyum melihat kata yang tertulis di sana. Ia menganggukkan kepalanya mengerti sembari tersenyum tulus.

"Iya, sama-sama." Ia bisa melihat namja mungil itu membalas senyumannya.

.

Kembali, mereka terdiam.

.

Pemuda bertubuh kurus itu memutar otaknya. Ia baru menyadari, namja di sampingnya ini sama sekali tak berbicara sepatah kata pun. Apa namja ini bisu?

Penasaran, ia pun berdehem, bermaksud mengambil perhatian dari orang di sampingnya.

"Maaf sebelumnya―apa kau tak bisa berbicara?" Ia bertanya dengan hati-hati―sangat hati-hati. Sama sekali tak berniat menyinggung perasaan namja itu.

'Tidak apa-apa. Aku memang bisu.'

Pemuda itu menatap tak percaya kepada namja mungil yang masih setia tersenyum ke arahnya. Jadi benar orang ini bisu? Ia tak menyangka bahwa tebakannya benar.

"Ah―maaf, aku benar-benar minta maaf." Baiklah, ia merasa tak sopan sekarang. Mungkin bukan tidak sopan, lebih tepatnya merasa bersalah. Jangan katakan ia berlebihan,ia bisa melihat dengan jelas ada guratan sendu saat namja manis itu menulis di kertasnya.

Pemuda itu tersenyum kecil ketika melihat sang namja mungil menggelengkan kepalanya dengan cepat sembari melambaikan kedua tangannya – seolah berkata 'Tidak apa-apa. Jangan meminta maaf'.

"Benarkah?"

Mengangguk lucu, itulah hal yang dilakukannya secara spontan ketika mendengar ucapan pemuda di sampingnya. Suatu hal yang sekali lagi berhasil membuat pemuda itu tersenyum kecil.

"Baiklah.. Aku percaya.." Ia bahkan masih tersenyum saat kata-kata itu meluncur tulus dari bibirnya. Ia juga sudah melupakan kejadian memuakkan yang terjadi siang tadi. Kejadian dimana ia melihat dengan jelas bagaimana mantan pacarnya itu sedang berciuman dengan orang lain – tepat di hadapannya. Ck!

"Oh iya, boleh aku tahu namamu?"

'Tentu. Tapi kau lebih dulu yang memperkenalkan dirimu. Bagaimana?'

Pemuda itu terkekeh geli melihat kalimat yang tertulis di kertas yang disodorkan kehadapannya itu. Ia lalu mengangguk.

"Arra.. Aku Cho Kyuhyun, kau bisa memanggilku Kyuhyun." Ucap Kyuhyun – pemuda bertubuh tinggi – lalu menatap ke arah namja mungil itu, seolah menunggu namja itu memperkenalkan dirinya.

'Kim Ryeowook..'

"Baiklah, Kim Ryeowook."

.

.

"Hyung?" Seorang namja menoleh menatap namja lain yang lebih muda darinya.

Tak ada yang ia ucapkan sebagai balasan, hanya menoleh, namun cukup bagi sang pemanggil. "Hyung sedang apa?" Tanya Kyuhyun―sang pemanggil―sembari menyimpan benda berbentuk persegi yang sedari tadi ia mainkan hingga tanpa sadar dirinya mengacuhkan seorang lain di dalam kamar itu.

Ryeowook menggaruk tenguknya bingung sembari menatap seluruh ruangan kamarnya. Matanya menelisik satu per satu benda yang mungkin saja bisa digunakannya untuk menjawab pertanyaan Kyuhyun.

"Pakai kertas itu saja, hyung." Ujar Kyuhyun lalu menunjuk selembar kertas yang berada di tangan Ryeowook. Dengan cepat, Ryeowook menggelengkan kepalanya pertanda tak mau menggunakan kertas itu.

Karena gemas, Kyuhyun segera saja turun dari ranjang milik Ryeowook lalu mendekat ke arah Ryeowook yang masih memeluk selembar kertas miliknya dengan posesif.

"Itu kertas apa sih, hyung?" Kyuhyun tidak berlebihan kok, dia sudah sepantasnya penasaran. Pasalnya, sedari tadi Ryeowook hanya senyum-senyum sendiri sambil menuliskan sesuatu di kertas itu dan bahkan sekarang pun Ryeowook tak mau menggunakan kertas itu sebagai alat komunikasinya. Apa kertas itu begitu penting?

Ryeowook tetap saja menggelengkan kepalanya membuat Kyuhyun jadi tambah gemas sekaligus penasaran. "Aish! Ya sudah, kalau memang hyung tak mau memberitahu, lebih baik aku pulang saja." Rajuk Kyuhyun yang sudah bersiap dengan jaketnya.

Kyuhyun sudah melangkahkan kakinya keluar dari kamar Ryeowook ketika Ryeowook menahan gerakannya dengan menarik T-shirt Kyuhyun dari belakang. Maka terciptalah sebuah seringaian di bibir Kyuhyun ketika menyadari usahanya sebentar lagi akan berhasil.

Dengan perlahan, Kyuhyun membalikkan badannya menghadap Ryeowook yang tengah menatapnya bingung. Kyuhyun bisa melihat selembar kertas itu masih di dekap oleh Ryeowook. Ia memutar otaknya, apapun! Apapun, asal ia bisa bisa melihat isi kertas itu.

"Hyung.." Panggilnya pelan.

Seperti biasa, tak ada balasan.

"Boleh aku tahu itu kertas apa?" Lagi, Kyuhyun berharap kali ini Ryeowook mau memperlihatkan kepadanya apa isi kertas itu.

Namun diluar dugaan, kening Kyuhyun malah mengkerut bingung ketika melihat pemandangan dihadapannya. Bagaimana tidak? Ini adalah pertama kali bagi Kyuhyun untuk melihat wajah Ryeowook yang sedang memerah. Sedikit mengacuhkan kenyataan bahwa wajah Ryeowook saat ini benar-benar manis, Kyuhyun bertambah penasaran.

"Hyung?"

Kyuhyun spontan menggaruk kepalanya ketika melihat wajah Ryeowook semakin memerah. Ia tak tahu harus berbuat apa. Jujur saja, dirinya juga menikmati pemandangan yang tengah ia lihat, sangat menikmati malah. Hanya saja, tempatnya benar-benar tidak tepat. Dia dan Ryeowook saat ini berada tepat di depan pintu kamar Ryeowook. Bagaimana jika eomma Ryeowook tiba-tiba lewat dan melihat kejadian langka ini? Bisa-bisa Kyuhyun disangka telah berbuat hal-hal yang aneh kepada Ryeowook.

"Eh?"

Dengan wajah yang memerah, Ryeowook menyodorkan kertas itu kepada Kyuhyun. Berharap Kyuhyun akan berhenti dari acara ngambeknya.

Kyuhyun mengambil kertas itu dan membaca sepotong kalimat yang tertulis disana.

'Ryeowookie's First Love… Can I?'

Matanya kemudian melirik Ryeowook dan kertas itu secara bergantian, "Hyung sedang jatuh cinta?"

Kyuhyun terkekeh pelan saat melihat Ryeowook mengangguk malu. Aigoo.. Ryeowook terlihat sangat imut saat ini.

"Siapa orangnya?" Kyuhyun tersenyum jahil sembari mencolek dagu hyung-nya. Ryeowook menggembungkan pipinya lucu lalu menunjuk kertas yang ada ditangan Kyuhyun.

"Ada disini? Hyung menulis namanya disini?" Lagi, Ryeowook mengangguk―masih dengan wajahnya yang memerah.

Mata Kyuhyun membulat saat matanya menangkap satu nama yang dituliskan Ryeowook diatas kertas itu.

"Cho Kyuhyun?"

.

.

END or TBC?

A/N : Annyeong ^^ Maaf kalau FF ini aneh. Maklum, sy masih author baru :D Tapi kalau ada yang berminat dengan FF ini, sy akan membuat lanjutan FF ini

.

.

.

Mind to review? ^.~