Cio : Ladies and Gentleman! It's time to Primo Familinga fanfiction! XD

Kiri n Kozu : *tepok tangan*

Cio : entah ada angin apa, badai apa, apapun itu xD gw pengen bikin fanfiction dengan setting 'bener-bener' di masa Giotto. Dan sekarang, Giotto cman bakal jadi Major Character, dan yang jadi mainnya adalah semua guardiannya! XD

Kiri : Dan lagi-lagi deathfic lah yang dibuat oleh sensei... -_-

Cio : ga usah dengerin dia D


Title : Want to Meet You Again

Rated : K+

Genre : Angst/Friendship

Main Pairing : All Primo Guardian x TYL 27

Major Pairing : All Primo Guardian x Giotto

Disclaimed : Want to Meet you Again © Me

KHR © Amano Akira

Warning : Gaje, AU story, Character Death, OOC

Chapter 1, G-Storm Guardian

'Kau tidak mengerti, aku... Dengan tanganku ini aku sudah membunuhnya!'

~G, in front of Giotto's coffin


Laki-laki berambut merah itu hanya bisa terdiam didepan sebuah makam. Makam orang yang paling berharga dan paling ingin ia lindungi melebihi apapun. Ia merapatkan giginya dan hanya mengepalkan tangannya dengan keras.

Kenapa... Kenapa dia malah harus melihat orang yang ingin dan harus ia lindungi meninggal didepan matanya. Dia sangat bodoh, ia lengah dan membuatnya malah dilindungi oleh orang itu. Terduduk didepan peti mati yang hari ini akan ditutup dan mengubur orang itu untuk selama-lamanya.

"Maafkan aku... Giotto..."

-*_*Flash Back*_*-

"Hm? Apa yang kau katakan tadi Giotto?" G dan Giotto sudah berteman sejak kecil. Mereka selalu bersama dan G selalu berkata kalau dia akan melindungi Giotto sampai kapanpun. Saat ini usianya beranjak 16 tahun begitu juga dengan Giotto.

"Aku ingin membuat sebuah kelompok. Mungkin, bisa dikatakan sebagai mafia..." Giotto tersenyum sambil merebahkan dirinya disana.

"Kenapa tiba-tiba kau berkata seperti itu?" G hanya melihat teman semasa kecilnya itu dan menatap langit disana. "Ada yang mengincarmu kah? Katakan saja padaku, aku akan menembak mereka saat itu juga..."

"B-Bukan begitu G..." Giotto terlihat panik ketika G sudah mengeluarkan pistol dari sakunya. Dengan cepat, Giotto langsung menghentikannya. "Hanya saja... Aku ingin melindungi orang-orang yang memang ingin dan perlu aku lindungi..." Giotto menutup matanya dan tersenyum. "Seperti kau yang selalu ada disampingku dan melindungiku..."

"Giotto...?" G melihatnya dengan tatapan heran. Kenapa tiba-tiba ia mempunyai inisiatif seperti itu? Tetapi, ia tidak ingin memaksakan sahabatnya itu untuk menceritakan alasannya kepadanya. Dia hanya menghela nafas dan tersenyum kearahnya. "Terserah padamu saja Giotto... Tetapi, walaupun kau melarang aku akan ikut kemanapun kau pergi..."

"Tentu saja..." Giotto bangkit dari tempatnya dan menepuk pelan bahu sahabatnya itu. "Aku akan membutuhkanmu G. Kau selalu bisa diandalkan..."

"Entah hanya perasaanku saja atau kau memang memanfaatkanku?" G melihat kearah Giotto yang sekarang ini mengalihkan pandangannya.

"Tetapi, aku memang membutuhkanmu..." Giotto menatap kearah langit lagi dan kemudian menoleh kearah G sambil tersenyum. "Karena kau adalah temanku yang sangat berharga..."

-*_*End*_*-

Dia ingat, ketika pertama kalinya Giotto mengatakan akan membuat sebuah kelompok yang ia buat karena ingin melindungi orang-orang yang ia sayangi. Sejak saat itu, mulai dari awal sekali dia dan Giotto membentuk kelompok ini, Vongola Familinga.

Walaupun pada akhirnya dia sedikit repot dengan beberapa masalah dan mengingat kalau Giotto dengan kepolosan dan juga kebaikan hatinya itu bisa dengan mudah percaya dengan orang lain dan mudah untuk ditipu oleh orang-orang, dia tetap melakukannya dengan senang hati. Dia juga masih tetap melaksanakan tugasnya sebagai kaki tangan Giotto, dan akan tetap terus berada dipihaknya walau apapun yang terjadi.

Dengan statusnya sebagai guardian storm dari Giotto, itu berarti ia mempunyai tugas yang sebenarnya sejak dulu sudah ia pegang dan ia ingat. Yaitu, ia akan melindungi Giotto, apapun yang terjadi. Tetapi, ia juga harus berhati-hati agar Giotto tidak lepas kendali karena melihat dirinya terluka parah, sama seperti ketika ia melihat untuk pertama kalinya Giotto berada dalam mode Hyper Dying Willnya.

-*_*Flash Back*_*-

G memegangi wajahnya yang terluka parah akibat serangan musuh yang menjebak mereka. Beberapa musuh mengepung mereka dan akan menyerang G. Dia bisa menghindari semua serangan itu kalau ia mengelak. Tetapi, saat ini Giotto berada dibelakangnya dan kalau ia mengelak, maka yang akan terkena serangan adalah Giotto.

"Tch... Sial..." G mencoba untuk melindungi Giotto yang menjadi sasaran utama dari serangan itu. Semenjak pertama kali didirikan oleh mereka berdua, dengan cepat kelompok Vongola menguasai dunia mafia. Ini menjadi pedang bermata dua bagi G dan Giotto. Di satu sisi, ini akan mempermudah Giotto untuk mendapatkan orang-orang yang ia sebut keluarga yang ingin ia lindungi, dan juga membuat Vongola menjadi sebuah kelompok mafia yang besar dan kuat, tetapi di sisi lain seiring semakin meluasnya wilayah Vongola banyak juga musuh-musuh yang mengincarnya dan bermaksud untuk membunuh Giotto.

BANG!

Ketika G lengah dan memfokuskan diri kepada Giotto yang harus ia lindungi, sebuah peluru mengenai tubuhnya dan menyebabkan perutnya terluka.

"G! Kau tidak apa-apa!" Giotto menghampiri G dan mencoba untuk memeriksa keadaannya.

"Aku tidak apa-apa primo..." G memegangi perutnya yang mengeluarkan darah. "Sebaiknya kau pergi dari sini sementara aku akan menghentikan mereka semua..."

"Tidak, kalau aku pergi dari sini kau bisa mati!"

"Aku tidak akan apa-apa, bukankah tugasku sebagai guardian... Memang melindungimu...?" G masih berusaha untuk tertawa dan melihat Giotto. "Kalau kau sampai terluka disini, aku akan gagal menjalankan tugas sebagai seorang guardian..."

"Kalau begitu, biarkan aku disini sebagai seorang sahabat!" Giotto melihatnya dengan wajah cemas. "Biarkan aku terluka, dan jangan anggap aku sebagai pemimpin, karena aku juga keluargamu!"

"Primo...?" G hanya melihatnya saja. Tetapi, tiba-tiba saja ia melihat seorang penembak akan menebak Giotto dari atas. "Giotto, awas!"

BANG!

G untuk kedua kalinya melindungi Giotto. Tetapi, semua tenaganya untuk bertarung bahkan untuk bangkit dan tetap sadar sudah habis.

"...G..." Hanya suara itu yang ia dengar terakhir kali sebelum akhirnya yang ia lihat hanyalah kegelapan.

"...Ugh..." Setelah beberapa lama tidak sadarkan diri, G membuka matanya dan mendapati dirinya berada dirumah sakit. Bangkit sambil memegang perutnya, ia melihat sekitarnya untuk menemukan Giotto.

"Kau sudah sadar... G...?" Suara itu, suara yang dikenalnya. Tetapi, entah kenapa suara itu lebih dingin dan juga lebih terdengar tegas dibanding sebelumnya. Ia melihat kearah Giotto yang memandanginya dari pantulan jendela, dan hanya tersenyum tipis.

"Giotto, kau tidak-" G menghentikan kata-katanya ketika ia melihat mata Giotto. Bukan mata yang hangat seperti dulu, bukan senyuman hangat seperti yang ia tunjukkan biasanya. Hanya tatapan dingin dan kosong tetapi penuh dengan ketegasan, dan juga senyuman tipis yang tidak sehangat dulu. "Giotto... Kau..."

-*_*End*_*-

Semenjak kejadian itu, Giotto menjadi orang yang berbeda. Walaupun sifatnya masih sama, senyuman dan tatapan hangat itu sudah jarang ia perlihatkan. Giotto memang menjadi lebih kuat dan waspada, sehingga ia disegani oleh semua orang. Sebenarnya G merasa senang ketika itu, karena Giotto jadi bertambah dewasa. Tetapi, terkadang ia merindukan senyuman dan tatapan itu.

Mengeluarkan flame dari cincin Vongola yang ada ditangannya, ia memunculkan panah berwarna merah dan terbentuk dari benda seperti tengkorak. Ia ingat, ketika itu Giotto memberikan senjata ini padanya. Ia benar-benar menggunakan panah itu sejak Giotto memberikannya padanya, dengan maksud untuk lebih bisa melindungi Giotto dari serangan musuh yang kuat.

Tetapi... Pada akhirnya, ia malah membunuhnya dengan panah ini. Ya... Dia melukai dan membuatnya meninggal karena itu. Bahkan, sekarang ini ia benar-benar tidak ingin melihat senjata yang sudah merenggut nyawa sahabatnya itu, pemimpinnya, dan juga orang yang paling ia sayangi.

-*_*Flash Back*_*-

"Sial, dimana si brengsek itu!" G dan juga yang lainnya berlari dan mencoba untuk mengejar Spade yang pada saat itu menghilang. Tetapi, yang menunggu mereka malah beberapa musuh yang siap menyerang mereka.

"Tunggu dulu, Alaude dan Lampo dimana mereka!" Giotto menghentikan langkahnya dan melihat sekitarnya. Ia tidak bisa menemukan dua guardiannya itu.

"Lampo sepertinya agak terlambat karena lelah..." Knuckle mencoba untuk melihat keadaan sekitar. "Tetapi, Alaude menghilang sejak kita dikepung oleh musuh!"

"Sial... Orang itu..." G terlihat marah pada Alaude dan juga Spade. Sementara Giotto melihat kesekitarnya dan Hyper Intuitionnya mengatakan Spade dan Alaude ada disekitar sini. "Primo minggir! Ada sesuatu yang mendekati kita!" G berlari kedepan Giotto dan mengarahkan senjatanya pada salah satu bagian dari ruangan itu. Giotto dan yang lainnya juga melihat ke sisi itu dan tiba-tiba terjadi ledakan ditempat itu. G menjadi semakin waspada dan semua guardian langsung melindungi Giotto. Seseorang datang dan tidak jelas terlihat karena asap yang mengelilinginya. "Siapapun dia, sepertinya dia berbahaya... Aku akan membidiknya..." G mengeluarkan flamenya dan akan menembak orang itu. Ketika flame sudah ditembakkan, Hyper Intuition Giotto bekerja dan mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk kalau sampai panah itu mengenai orang yang ada disana, dan ia menyadari apa hal buruk itu.

"Tunggu G, jangan-!" Giotto yang terlambat memberitahu G langsung berlari dengan bantuan flamenya berharap masih bisa mengejar panah yang ditembakkan G. Ketika orang itu akan terkena panah yang dilancarkan G, tepat didepannya Giotto langsung menghalangi panah itu, menyebabkan panah itu mengenai tubuhnya.

Akibat hempasan flame Giotto dan G, asap itu menghilang dan ternyata orang yang dibidik oleh G adalah Spade dan juga Alaude. Sepertinya mereka terlambat menyadari ada serangan yang ditujukan pada mereka karena mereka sedang bertarung. Ketika mereka menyadarinya, semua sudah terlambat. G, Ugetsu, Knuckle, Alaude, dan Spade hanya terdiam ketika tubuh itu terjatuh begitu saja.

Panah yang ada ditangan G terlepas begitu saja. Dengan segera, G dan juga yang lainnya menghampiri Giotto yang tidak bergerak sama sekali.

"Primo!" Semua melihat keadaan Giotto yang sepertinya gawat itu. Alaude yang pertama kali mendekati Giotto, menompang tubuh Giotto dengan tangannya. Ia hanya diam dan tidak menunjukkan ekspresi yang berarti. Sementara Knuckle mencoba untuk menyembuhkan luka yang dihasilkan karena serangan itu.

"Primo, kau tidak apa-apa!" Bahkan Ugetsu yang biasanya paling tenang terlihat panik ketika melihat Giotto dalam keadaan sekarat.

"Sial, kenapa aku tidak bisa menyembuhkannya!" Knuckle masih mencoba untuk menyembuhkan luka itu walaupun tetap gagal. G hanya diam melihat Giotto, tangannya bergetar dan ia takut memegang tubuh yang ada didepannya itu.

"...Kalian... Tidak apa-apa...?" Suara itu langsung membuat mereka tersentak dan melihat Giotto yang sekarang ini memandangi mereka satu per satu. "Sepertinya... Kalian tidak terluka... Syukurlah..."

"Bodoh! Justru kau satu-satunya yang terluka sekarang!" Spade yang hanya berdiri dan melihat Giotto tidak melangkah sedikitpun dari tempatnya. "Seharusnya kau membiarkanku pergi, seharusnya kau tidak datang kemari! Aku sudah bukan guardianmu lagi, dan kau sudah bukan seorang pemimpin Vongola!"

"..." Giotto melihat kearah Spade dan tersenyum tipis. "Walaupun... Kau mengatakan hal itu... Walaupun kau membenciku... Aku tetap menganggapmu sebagai keluargaku... Seseorang yang harus kulindungi..." Spade hanya diam dan membalikkan badannya. Dalam hitungan detik, kabut muncul disana dan ia menghilang begitu saja.

Giotto menghela nafas panjang melihat Spade yang pergi begitu saja. Lalu, ia melihat semua guardiannya yang menatapnya dengan tatapan sedih -kecuali Alaude. Ia hanya tertawa kecil dan menatap mereka satu per satu. "Ada apa dengan wajah kalian...? Aku... Tidak apa-apa..."

"Jangan berbicara dulu primo... Aku akan mencoba menyembuhkan anda..." Giotto melihat kearah Knuckle dan memegang tangannya. Ia menggeleng pelan, menyuruhnya untuk berhenti. Dan Knuckle mematuhinya, walaupun saat ini tubuhnya bergetar.

"...G..." Giotto melihat kearah G yang sepertinya paling terpukul dengan keadaan Giotto saat itu. Giotto menggerakkan tangannya dan mencoba untuk memegang G. Tetapi, seakan takut dengannya, G malah menepis tangan Giotto.

"P-Primo..." G yang tidak sadar sudah melakukan itu menatap Giotto dan kemudian ia menundukkan kepalanya. "M-maaf... Maafkan aku... Maafkan..." Ia tidak bisa menahan air matanya.

"Jangan menyalahkan dirimu..." Giotto memegang tangannya dan tersenyum lembut. "Kau... Sudah melaksanakan tugasmu... Selama beberapa puluh tahun bersamaku... Kau sudah melindungiku dari semuanya..." G hanya bisa menatapnya dengan tatapan sedih. "Kau... Adalah sahabat sekaligus keluarga yang paling baik... Aku... Senang bisa bertemu dan bersama denganmu selama ini..."

Senyuman itu, flame yang menandakan Hyper Dying Will milik Giotto menghilang, dan memperlihatkan senyuman hangat yang selama ini menghilang. Seharusnya ia senang, tetapi kali ini senyuman itu terlalu berat untuknya. Seakan ia tidak akan pernah lagi bisa melihatnya untuk selama-lamanya.

G hanya diam, tidak mengatakan apapun, tidak mendengarkan Giotto ketika ia melihat dan mengatakan sesuatu pada yang lainnya. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya yang gagal melindungi Giotto, bahkan ia melukainya dengan tangannya sendiri.

Hal terakhir yang ia ingat dan dengar, hanyalah suara nafas Giotto yang semakin berat dan juga pelan. Juga kata terakhir yang diucapkan oleh Giotto.

"Kalau bisa... Aku ingin kita selalu bersama... Selamanya... Sampai kapanpun..." Hanya itu, dan detik berikutnya yang ia lihat hanyalah mata orang itu sudah tertutup. Tidak akan terbuka dan hanya akan menutup untuk selamanya.

-*_*End*_*-

"Sial...! Sial...! Sial...!" G hanya bisa memukul tanah yang ada dibawahnya. Walaupun Giotto mengatakan jangan menyalahkan dirinya, tetap saja ia yang sudah membunuh Giotto. Dengan tangannya, tangan yang seharusnya ia gunakan untuk melindungi Giotto, malah pada akhirnya membuatnya meninggal.

"Kau masih menyalahkan dirimu sendiri...?" Suara itu langsung membuatnya tersadar. Laki-laki berambut hitam dan juga memakai kimono jepang itu hanya tersenyum dan menghampirinya.

"Kenapa kau ada disini..." G memalingkan wajahnya dari seorang Asari Ugetsu. Ia hanya ingin sendiri, tidak diganggu oleh kehadiran orang lain. "Tinggalkan aku sendirian..."

"Kau lupa... Dengan kata-kata Primo...? Bukankah ia mengatakan 'Jangan menyalahkan dirimu'?" Ugetsu tetap berjalan dan berbicara G.

"Hentikan..."

"Apakah dengan mudahnya kau melupakan kata-katanya itu!" Ugetsu masih berjalan dan menghampiri G.

"Kubilang hentikan..."

"Giotto tidak menginginkanmu seperti ini! Kau seharusnya mengerti-"

"Aku bilang hentikan!" G bangkit dan mendorong Ugetsu hingga membentur pohon yang ada didekat makam itu. "Kau tidak mengerti! Aku sudah membunuhnya! Dengan tanganku, didepan mataku, aku sudah membuatnya meninggal! Dan dengan mudahnya kau mengatakan jangan menyalahkan diriku sendiri!" G menekan tubuh Ugetsu dan hanya menundukkan kepalanya saja. "Hanya dia... Hanya dia satu-satunya yang ingin aku lindungi melebihi apapun... Aku tidak bisa menerima kenyataan kalau dia sudah tidak ada lagi dihadapanku..." G hanya bisa menangis dan tidak menatap Ugetsu yang hanya diam. "Terlebih lagi... Ia meninggal karena aku... Yang seharusnya melindunginya... Kau tidak mengerti Ugetsu..."

"Kau fikir..." Ugetsu hanya menatap G, dan suaranya terdengar bergetar. "Kau fikir hanya kau... Yang tidak bisa memaafkan dirimu...?" Untuk pertama kalinya, G melihat air mata keluar dari mata hitam Ugetsu. Ugetsu yang biasanya tenang dan selalu menganggap mudah masalah disekitarnya hanya bisa diam begitu juga dengan G. "Aku berada paling dekat dengannya... Dan tidak bisa mencegahnya untuk menghentikan seranganmu... Aku juga guardian yang mempunyai tugas untuk melindunginya, dan aku gagal..."

"..." G hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya. Kalau saja Giotto ada disini mereka pasti akan-

BUM!

G terkejut dengan suara ledakan yang terjadi disekitar mereka tepatnya didalam makam Giotto.

"A-apa-"

Asap tebal mengepul disekitar mereka dan mereka tidak bisa melihat apapun didalam sana.

"Uhuk... Uhuk... Apa yang sebenarnya terjadi..." Suara itu, membuat G terkejut dan melihat keasal suara. Siluet yang sangat ia kenal, yang saat ini ingin sekali ia temui apapun yang menjadi resikonya.

"G-Giotto...?" G melihat kearah orang yang saat ini memakai kemeja bergaris-garis hitam putih dengan dasi berwarna abu-abu. Tetapi, ada yang berbeda... Warna rambut dan matanya lebih tua. Walaupun usianya terlihat sama, rambut dan matanya berbeda. Dia bukan Giotto.

"Dimana ini..." Orang itu melihat kesekitarnya dan memandangi G dan juga Ugetsu. "G-Gokudera-kun...? Yamamoto-kun?"

"Siapa... Kau...?" G tetap berdiri dan melihat orang itu. Ia tetap tidak percaya, orang itu benar-benar mirip dengan Giotto.

Terlihat sedikit terkejut ketika menyadari kalau itu bukan orang yang dimaksud, orang itu berjalan mendekati mereka dan menundukkan kepala didepan mereka. "N-namaku adalah Sawada Tsunayoshi..."


Cio : GYAAA! XD Gio-chan mati! Tsuna-kun muncul! XD

Kirizaki : -_- kenapa kok...

Cio : karena di manga ama animenya belum ada yang cerita gimana Gio-chan bisa mati, jadi ngarang deh gimana :P disini Vongola udah dipimpin sama Secondo (Richardo). Tapi, Giotto sama yang lainnya tetap bantu Vongola walau bukan sebagai guardian n pemimpin resmi xP

Kozuka : Trus... Ini lagi-lagi Cliff Hanger! Dx

Cio : bukan, ini kan setiap chapter sudut pandang ma flash backnya beda-beda setiap Guardian. Nah, buat chapter pertama ini dibuat dari sudut pandang Primo Storm Guardian, G. Buat chapter depan, bakal diambil sudut pandang dari Ugetsu Asari, Primo Rain Guardian x3. Habis semua guardian sudah dibuat sudut pandangnya, baru deh bonus beberapa chapter dengan adanya Tsuna yang entah bagaimana bisa kekirim ke 100 tahun yang lalu xD

Kozuka : ya udah deh -_- daripada kebanyakan ngomong, dan gaje gini mendingan ditutup...

Kirizaki : baiklah, para reader dimohon ripiu, kasih kritik dan saran serta masukan yang membangun O.

All : Tunggu Chapter selanjutnya! Asari Ugetsu-Rain Guardian!