Keluarga kakei telah 500 tahun jadi pelindung sekaligus doctor bagi keluarga fuuchoin. Bahkan hingga kini, saat penerus Fuuchoin tinggal satu orang. Kazuki Fuuchoin yang dikenal dengan julukan… Ito no Kazuki.
Hohoho… ini belum masuk cerita lho…*ditimpuk gelas*. Mew udah nulis ini cukup (sangaat) lama, begitu arc lens mugenjou selesai. Dan baru sempat di ketik ulang dari buku setelah Manganya tamat(alesan, padahal buku sketnya baru aja nemu).pertama kali nulis cerita yang ngeletakin judul di akhir cerita.
Lupakan bahwa ada uryuu toshiki yang juga 'fans' kazuki, lupakan bahwa kebutaan Juubei udah sembuh. Lupakan bahwa Himiko sudah tahu Ban kakak kandungnya. Lupakan bahwa Kazuki punya adik. Lupakan semua, karena setting cerita ini tak lama setelah arc lens mugenjou. musim panas Saat kakei kehilangan penglihatannya.
Yup, daripada berlama-lama, kita mulai sahaja!
--
Aku tahu dia memimpikan taman bermain. Mungkin ini impiannya sejak kecil. Aku hanya ingin mengabulkannya… membahagiakannya, tapi entah kenapa…
--
Game1. Four Gates
Taman Bermain Ura Shinjuku
-Pintu Gerbang Utara-
"Juubei, disini!!" Panggil Kazuki keras dan riang. Juubei mendekati sang pemilik suara yang wajahnya kini bersinar bahagia seperti anak kecil pertama kali ke taman bermain. Juubei pasti akan tersenyum seandainya dia dapat melihat seperti apa mimik dari orang yang selalu (ingin) dilindunginya.
"Ini, Kazuki-san" Juubei menyerahkan peta taman bermain ke tangan Kazuki. "Ada hal lain yang dapat saya lakukan?"
Kazuki melihat peta itu sekilas lalu meraih lengan Juubei. "Temani aku seharian ini" Kazuki memeluk lengan Juubei seperti koala. "Kau bertanggung jawab karena telah memberikan tiket taman bermain ini padaku kakei Juubei!"
Bunga-bunga dari suara Kazuki memenuhi telinga dan hati Juubei. Kegembiraan Kazuki membuat Juubei merasa siap mengeluarkan jurus terbaiknya hari ini. Dia sudah mempersiapkan diri sehari sebelumnya, berlatih mati-matian di bawah tatapan membunuh Makubex dan tangisan kakaknya,Sakura. Ya, jurus terbaiknya…
"Oh ya Juubei. Hanya hari ini saja… jangan melawak ya"permohonan yang terdengar bagai ancaman dari kazuki membunuh harapan Juubei mengeluarkan jurus terbaiknya (alias Lawakan yang saking garinknya membuat Sakura menyesal memiliki adik).
Yang tercermin di mata orang-orang akan Juubei dan Kazuki bukanlah dua orang sahabat yang telah melewati hidup dan mati bersama. Telah melalui pertarungan yang mempertaruhkan nyawa. Yang terlihat dalam mata damai adalah seorang gadis berambut panjang yang begitu cantik dan anggun, bergerak sirama dengan melodi bel kecil di rambutnya. Dia berjalan bersama seorang pria yang matanya diperban, namun begitu tampan dan menawan. Bagaikan lukisan mereka memancing tatapan kagum dari orang-orang di sekitarnya.
Orang-orang tetap terpesona hingga mereka berdua lenyap dalam kegelapan rumah hantu.
.
-Pintu Gerbang Barat-
"Akabane… kau tidak kepanasan dengan pakaian seperti itu?" Tanya Himiko mengenai selera fashion unik Sang dokter penjagal. Dia juga lumayan risih karena sejak melangkahkan kaki masuk dari pintu gerbang taman bermain, anak-anak tak lepas memandangi pakaian Akabane. Kemeja + dasi + Jas Panjang yang melambai+sepatu kulit+ topi lebar dengan sobekan di tepinya , yang warna semuanya adalah HITAM.
Akabane tersenyum. "Ini koleksi musim panasku. Bahannya lebih tipis dan dingin dibanding koleksi musim semi" Jelas Akabane lancar. Himiko jadi penasaran seperti apa isi lemari Akabane.
"Ah, dari pada itu…" Himiko melihat kotak kubus bersampul coklat seukuran bola kaki yang dimasukkan dalam plastic (lagi-lagi) hitam di tangan Akabane. "Kita harus 'mengantar' benda itu pada orang yang kita bahkan tak tahu dimana"
Akabane tersenyum lagi, kali ini lebih lebar semilimeter. "Untuk itu ada GB kan?"
.
-Pintu Gerbang selatan-
"HATSYII!!" Ginji bersin untuk kedua kalinya. Tapi dia tidak begitu mempedulikan firasat yang datang sekejap karena terlalu bersemangat oleh pengaruh taman bermain. "Ban-chan! Nanti kita naik jet coster terus arum jeram terus halilintar terus…(dst)"
Ginji (versi chibi) tak berhenti menyebutkan nama-nama permainan dan atraksi yang dia lihat dalam peta dan guide book taman bermain. Persiapan Ginjipun tak kalah, dia dan Ban (yang dipaksa Ginji), menggunakan baju kaos bergambar kartun anak-anak plus celana yang so Kiddy. Ginji bahkan terlihat seperti anak 7 tahun yang tumbuh terlalu cepat.
"Oh iya Ban-chan! Kitaa Harus naik Roller Cost-"Ginji tak dapat melanjutkan kata-katanya karena Ban telah memplester mulutnya.
"Kita di sini untuk mengambil kembali anak yang hilang. Bukannya main!!" Bentak Ban penuh kewibawaan pria dewasa yang dapat menentukan prioritas.
Tapi kata tinggal kata, mata berkaca-kaca Ginji karena melihat partnernya dewasa juga sia-sia. Semua disebabkan Ban yang 5 detik kemudian lari ke atraksi menembak demi melihat gadis-gadis canti dan seksi dalam busana kelinci nan mini.
" TT-TT "
.
-Pintu gerbang timur-
"Madoka, di daerah sana ada rumah cermin dan di dalamnya ada banyak sekali cermin"Shindo berusaha menggambarkan seperti apa isi taman bermain dan atraksi yang dia kunjungi bersama Madoka. Tapi jangankan tergambar jelas, deskripsi Shindo bahkan tak mampu buat lukisan mozaik terburuk. Meski begitu Madoka tetap tersenyum dan mengangguk.
Bagi Madoka, berjalan beriringan dengan Shindo sudah lebih dari cukup. Keberadaan master of beast disampingnya sudah membuatnya dapat melihat tempat terindah dalam hidupnya. Begitu pula dengan Shindo. Pasangan kekasih inipun terus berjalan sambil berpegangan tangan.
.
Dari 4 penjuru taman bermain, 4 kelompok berjalan, 8 orang yang berbeda melangkah, dengan niat yang berbeda menuju satu tempat yang sama, central- tempat sebuah atraksi benda berbentuk lingkaran raksasa yang memiliki 41ruang. Komidi putar rraksasa.
Sementara itu seorang anak kecil duduk di bangku taman dekat air mancur. Mata mungilnya melihat untaian kata pada buku tua di tangannya, lalu memandang langit cerah berwarna biru.
"Hitsuzen… takdir pertemuan dan perpisahan yang tak terelakkan"
Destiny is Destiny... no matter its a big problem or a just tiny romance
HITSUZEN
Takdir Ngaco
Hitsuzen- destiny
Next- Game2: You & Me
