Sebelum itu kita HARUS sepakat dari sini, kalau aku akan menggunakan OC, suka tidak suka aku akan menggunakan OC.
Declaimer : Yuuri On Ice Not Mine
Sebagai sesama manusia kita harus saling memaaf-kan, jadi maafkan lah diriku yang suka typo di chapter sekarang dan ke-depan. Akan aku perbaiki secepatnya (kalau niat). Maafkan juga atas keterlambattan Update-nya.
Warning / peringatan tidak akan aku ingatkan / ulangi untuk kalian di Chapter mendatang! ff ini mengandung unsur :
SHOTA-CON
PHEDOPHILE
BDSM CONTENT
YANDERE CONTENT
BOLD / HARS LANGUAGE
UNDER AGE SEX
SEX HARASSEMENT
SEX VIOLANTand MUCH MORE!
o0o
Prologue
o0o
From The Start
"Yuuri!" Viktor melambaikan tangannya padaku, dia tersenyum padaku. Kakiku terus berlari, mengiringi laju lari dari Makkachi yang ingin menerjang tuan yang di rindukannya.
"Viktor!" aku membuka kedua tanganku dan merentangkannya kedepan, melompat ke dalam pelukkan Viktor. Aku membenam wajahku di bahunya menghirup aroma Pappermint yang keluar dari tubuh Viktor, walau hanya berpisah selama 1 minggu dengan tambahan Video Call yang kami lakukan setiap hari, aku sangat merindukan Viktor, kekasihku, tunanganku, dan partnerku selama aku hidup. kami bahkan sudah mendapatkan restu dari orang tuaku dan Yokov sebagai wali Viktor.
Viktor melonggarkan pelukkannya dan sedikit membuat jarak, menatap mataku lurus, senyum hangatnya tidak pernah turun, membuat wajahku sedikit panas dan aku yakin makin merona, setelah sebelumnya di buat sedikit merona oleh hawa dingin "HUEEEEEEKK!" kami membatu di tempat saat mendengar suara menganggu tersebut dari arah belakang Viktor, secara bersamaan kami melirik dengan malas dan medapati Yurio yang terlihat sangat marah dan kesal "Bisakah kita pergi sekarang?!"
Aku dan Viktor bertukar pandang, kemudian mengangguk pelan "Sini Yurio!" aku menarik Yurio dan memeluknya erat, memastikannya tidak bisa membarikan tinju dan tendangan andalannya di dalam pelukkanku, Viktor juga bergabung dengan kami, memeluk kami berdua.
"DASAR BRENGSEK, BABI SIALAN, KAKEK TUA, BOTAK! LEPASKAN AKU!" aku sedikit terkejut karena Yurio memiliki kekutan yang cukup besar di tibuhnya yang hampir 16 tahun bulan depan.
Karena Yurio berontakkannya makin membuat kami merasa tidak nyaman, kami melepaskan pelukkan kami "Hahaha! Yurio memang pemalu!" Viktor menggeleng kepalanya sambil memelukku dari belakang –mengistirahatkan kepalanya di pundakku, karena sudah menjadi kebiasaan, jadi aku menaruh satu tangan di atas tangan Viktor dan yang satunya lagi mengelus surai peraknya yang bersinar karena cahaya matahari pagi.
Yurio yang terlihat makin kesal dan marah, mendorongku dan Viktor sampai hampir terjatuh kebelakang, aku bersyukur karena tubuh kami yang flexible dan reflex yang cepat. Tapi kemudian Makkachin melompat kedepan padaku dan membuat keseimbangan kami tidak stabil–
"Wa–?!"
–eh…? Apa ini? di sekitarku terasa begerak sangat lambat, apa yang terjadi…? Aku melirik kearah kiri dan mendapati truk merah tidak jauh dari aku, Viktor dan Yurio, pengemudinya, tertidur?!
'Viktor dan Yurio!'
Setidaknya mereka berdua saja tidak apa, aku ingin mereka selamat.
Dengan kekuatan yang aku punya, aku menarik Viktor bangun dan mendorongnya tepat kedepan Yurio.
"Kuh –Oi! KATSUDON! APA YANG KAU?!"
BRUAAGH!
"YUURIIIII!"
.
Ah… aku sama sekali tidak merasakan apa-apa, tidak bisa mendengar apa-apa, mataku sangat kabur, 'Apa kacamataku terpental…? Nn…? Viktor… Yurio…?' aku mencoba mengangkat tanganku, setidaknya sekali saja, sekali saja tidak apa-apa, untuk yang terakhir kalinya aku ingin menyentuh wajah Viktor. Wajah yang selalu aku kagumi selama lebih dari 10 tahun, wajah kekasih dan tunanganku, jemariku di genggam Viktor saat menyentuh wajahnya, ada noda merah di wajah Viktor saat jariku menyentuhnya. Apa itu…? Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas tanpa kacamataku.
"…Yuuri…" ah… suara Viktor, aku bisa mendengar dia memanggilku dengan sangat lirih dan lembut, dia mendekatkan kepalanya padaku mungkin mencoba untuk mendengarkan apa yang aku ingin uncapkan, tapi aku tidak tau dengan apa yang mau aku ucapkan.
'A… mungkin ada, satu, yang selama ini belum sempat aku katakan padanya…' sungguh ironis, kalau aku mengatakan kata-kata tersebut di saat seperti ini, tapi aku ingin Viktor mendengarnya "Viktor..." suaraku lemah sekali, aku harap dia bisa mendengarku "…I… Love…" pandanganku mulai menggelap dan menyempit '…Tidak, aku mohon jangan! Sedikit saja! Berikan aku waktu sedikit lagi! Aku belum menyelesaikan ucappanku' tapi sepertinya kegelapan sudah menelanku sepenuhnya.
Kali dalam arti sebenarnya, dan mungkin, Aku sudah mati, di depan mata Viktor.
Tuhan, jika kau benar-benar ada, aku memohon untuk memberikan kesempatan sekali lagi, sekali lagi untuk mengulang semuanya, mengulang dari awal, untuk mengucapkan perkataan terakhirku pada Viktor, dan untuk hidup bersamanya lagi.
.
"Yuuri! Bangun sayang! Sarapan!" suara ibuku, kenapa? Aku tidak ingat membawa ibuku ke Rusia.
Sash!
Dengan kasar aku menyibak sesuatu entah apa itu yang menyelimuti tubuhku, aku melihat sekitar 'Mi…mimpi? Aku tidak mati?!' tapi poster Viktor tidak terpasang di dinding kamarku "Viktor…" eh? Suaraku? Walau aku bisa merasakan bibirku bergerak, tapi aku tidak mengenal suara yang keluar dari mulutku, terasa bukan suaraku. Aku melihat telapak tanganku '…Apa tanganku sekecil ini…?' aku beralih memegang wajahku, terasa sangat bulat, lembut dan kecil?
Saat aku akal sehatku mulai terkumpul seutuhnya, aku berlari keluar kamar 'Apa ini? apa penginapan di rumahku selalu terlihat lebih besar dan tinggi dari diriku?' kakiku berhenti di depan sebuah cermin besar, seorang bocah sekitar umur 5 tahun sedang menatapku dengan wajah sangat kaget dan panic, dia mengenakan piyama biru muda. Struktur wajah, warna mata dan rambutnya sangat mirip dengan diriku saat seumuran dengannya. Setiap gerakkan yang aku lakukan di depan, bocah di depanku juga mengikuti gerakkanku.
Dari samping, aku melihat Ibu –ku? Yang lebih kurus dan muda "Yuuri? Kau sedang apa di depan cermin? Cepat basuh mukamu, nanti kamu bisa terlambat ke kelas ballet"
'Eh? Tadi ibu bilang apa? cermin' Aku menarik nafas dalam dan melirik kembali sosok bocah umur 5 tahun yang ada di dalam cermin.
"…Eh?"
"EH?!"
"EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHH?!"
Dan itulah awal dari ceritaku, Katsuki Yuuri, Figure Skater, berumur 24 –errr… 5 tahun.
hh… aku bisa membayangkan betapa susahnya untuk memulai lagi hidupku yang mundur 18 tahun ke masa lalu.
