Let's Start The Party

a Bleach © Kubo Tite fan fiction

Warning: OOC, typo, garing abis, aneh bin ajaib

.

.

Ah, musim panas telah tiba. Matahari kelihatan sedang senang sekali memamerkan tubuhnya yang bersinar itu di penjuru Soul Society. Suhu udara yang meningkat, membuat suasana alam baka yang katanya surga itu menjadi bagaikan api neraka. Panas banget.

Yah, dengan suhu yang mencapai 35 derajat celcius itu semua penduduk di SS secara harafiah menjerit kepanasan. Maklum, SS kan iklimnya sedang ke arah dingin. Kalau suhu naik derajat sedikit saja, perubahan suhu itu akan terasa seperti kuku yang sengaja dicakar di papan tulis. Too obvious.

"Anjrit, panas banget," keluh Hisagi Shuuhei, letnan Divisi 9 yang sedang asyik jalan-jalan di jalan utama Seiretei. Tubuhnya yang biasanya tegap kini terlihat loyo, menyerah pada kekuatan semesta berwarna kuning itu. Beberapa bulir keringat terlihat meluncur di leher dan kedua lengannya yang kekar.

Kedua bola matanya sibuk jelalatan mencari kios-kios makanan yang berjejer di pinggir jalan. Karena Hisagi melintasi wilayah kuliner, sudah jelas banyak kios makanan bertebaran di sekelilingnya. Ada takoyaki, dango, sushi, onigiri, soba, ramen, pokoknya banyak deh. Letnan bertampang preman itu nyaris ngiler hanya membayangkan makanan lezat itu di benaknya.

Namun, malang tak dapat dikira. Hisagi tidak akan bisa menikmati masakan-masakan itu. Uang sakunya kini sudah mepeeeeet banget. Hanya 5 kan. Jelas tidak cukup untuk membeli makanan di kios yang notabene harganya lebih dari 15 kan.

Sebenarnya, fukutaichou Divisi 9 itu jago memasak. Tapi, stok bahan makanan di barak sedang menipis. Sejak insiden pengkhianatan Aizen dan koleganya, seluruh pekerjaan kapten Divisi 9 plus redaksi Seiretei News diambil alih olehnya. Dari siang sampai malam, Hisagi tidak berhenti mengurus keduanya. Apalagi setelah berakhirnya Winter War, gundukan pekerjaan rumah sepertinya tidak menunjukkan adanya penurunan. Naik terus.

Dengan banyaknya pekerjaan yang menyita seluruh perhatiannya, Hisagi nyaris tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Dia sampai tidak ingat kapan terakhir kali ia makan. Ugh, sebelum kepergian Taichou Tousen, setiap malam Hisagi selalu menyempatkan diri memasak sesuatu di dapur barak dengan memanfaatkan bahan mentah yang ada. Kini, bahan mentah tersebut habis dibabat anak-anak rekrutan baru yang masih belum bisa mengontrol napsu makan alias rakus banget. Yang tersisa hanyalah ceceran sayuran dan buah-buahan yang membusuk. Dan itulah yang Hisagi dapati ketika ia membuka lemari logistik barak Divisi 9 setelah tiga hari tiga malam 'meditasi' di ruang kerja.

"Hisagi-senpai!"

Dengan tenaga yang tak seberapa, Hisagi menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. Ternyata milik mantan adik kelasnya, Abarai Renji.

"Weh, tumben jalan-jalan," Renji menyongsong kakak kelasnya sambil menyeringai. "Sudah beberapa hari ini senpai nggak kelihatan di mana-mana. Urusan pekerjaan?"

Hisagi mengangkat kedua bahunya, "Biasa. Kantor sama redaksi. Sama-sama bikin suntuk. Hanya mencari udara segar saja."

"Oh."

Fukutaichou Divisi 6 itu mengamati rekan sesama letnan itu dengan seksama. Wajah Hisagi yang berhias tato 69 terlihat pucat. Renji pun merasa gatal untuk menanyakan keadaannya.

Sebelum Renji bisa membuka mulutnya, Hisagi bertanya, "Mau ikut aku ke rumah Omaeda? Kudengar dia sedang bagi-bagi makanan gratis."

Si rambut merah langsung menggelengkan kepalanya, "Nggak, ah. Kemarin aku sudah ke sana. Nggak enak kalau balik lagi ke situ. Ketahuan banget kalo kere."

"Bener juga ya, aku juga udah sering ke sana beberapa hari ini," gumam pria berambut hitam itu. Memang, kalau duit dan stok makanan sudah masuk level merah, acara amal ala Omaeda adalah opsi terakhir Hisagi. Rumah bangsawan itu selalu dipenuhi oleh shinigami yang mengantri bak orang terima jatah BLT tiap tanggal tua tiba. Dia bukanlah orang bodoh yang tidak menyadari maksud dari acara letnan Divisi 2 itu. Jelas sekali Omaeda menyelenggarakan acara itu hanya untuk pamer kekayaan saja.

Tiba-tiba, Renji berceletuk, "Akhir-akhir ini gaji kita sering dipotong. Banyak pula, sekitar 38 %. Katanya untuk membiayai kerugian Winter War."

Hisagi mengerenyitkan kedua alisnya, "Pantas saja dompetku makin kempes. Padahal aku sudah mengontrol uangku super ketat. Siapa sih yang nyaranin pemotongan gaji itu?"

"Central 46 dan para kapten. Baru diputuskan di rapat mingguan pekan lalu," ujar Renji muram.

"Harusnya mereka itu lebih sensitif dengan keadaan ekonomi kita. Mentang-mentang pada sok tajir, kita para fukutaichou malah dibuat melarat. Kelihatan banget nggak berterimakasih atas jasa kita di perang kemarin."

"Betul," tanggap Renji sambil menyimak pendapat Hisagi, "aku sudah bicarakan ini pada Kuchiki-taichou, tapi tanggapannya hanya 'Itu salahmu, Renji. Kau tidak bisa mengontrol uangmu.'. Si letnan pemilik Zabimaru itu mengacak-acak rambutnya. "Arrrgh, coba kalau aku bisa buat kita berdua tukar posisi, aku yakin dia bakal berubah pikiran!"

"Kenapa? Bukannya kudengar kamu sering diundang ke rumah Kuchiki-taichou ya? Kan kalau gitu urusan perut kamu nggak usah mikir," Hisagi menginterogasi tanpa tedeng aling-aling.

"Emang sih, tapi kan jarang banget. Taichou hanya memanggilku ke rumahnya buat menyelesaikan urusan kantor saja. Kalau gak ada keperluan lain, ya gak ke sana. Takutnya nanti mengganggu."

"Hooo, gitu ya."

"Tapi, mungkin taichou ada benarnya juga," keluh Renji putus asa, "aku terlalu sering mentraktir orang."

Hisagi pun berinisiatif menghibur, "Lho, bukannya kalau begitu kamu seharusnya malah bersyukur? Kan dapat pahala banyak."

"Iya, kalau yang aku traktir suka beli barang murah. Lha ini kalau minum banyak banget, beli yang paling mahal, dan punya utang berjibun," tukas Renji sebal.

"Memang siapa yang kau traktir?"

"Matsumoto-san."

Pantas, shinigami tercantik dan terseksi se-Soul Society itu memang ratu pesta dan sake. Suka sekali melorotin duit orang sampe yang bersangkutan jerit-jerit minta uangnya dikembalikan.

"Terus, akhir-akhir ini aku agak foya-foya. Apalagi sejak datang ke dunia fana. Koleksi kacamata hitam di sana keren-keren, lho. Aku jadi kalap." Renji menghembuskan napas lelah dan memijat keningnya.

"Dasar penganut hura-hura sehari 29 harinya mati suri," cibir Hisagi.

xxxxxx

Malamnya, Hisagi tidak bisa tidur. Selain karena temperatur kamar bak sauna, perutnya terus-terusan konser minta makan. Tubuhnya ia guling-gulingkan ke samping kanan dan kiri, ganti posisi dari kepala futon ke ujung. Entah berapa kali Hisagi memutar-mutar tubuhnya di kasur hanya untuk mengenyahkan lambungnya yang mulai perih.

Tok, tok.

Pintu shoji kamar Hisagi diketuk dengan nyaring, membuat si penghuni kamar mengerang kesal. Siapa sih yang malam-malam begini masih keliaran gini?

"Senpai, ini aku, Abarai."

Hah, ngapain Abarai malam-malam datang kemari? Hisagi menyibakkan selimutnya, bangkit, menghampiri pintu dan menggesernya. Dan dia mendapati sebuah pemandangan janggal.

Wow, kesambet jin apa sampai Abarai Renji yang terkenal liar tiba-tiba berdiri di pintu kamar salah satu letnan Gotei 13 dengan dandanan rapi begini? Kimono sutra biru laut dengan haori hijau lumut membalut tubuh fukutaichou berambut merah itu. Renji, yang biasanya berdandan urakan kini tampil di hadapan Hisagi yang masih bermuka kusut dengan tampilan necis gitu. Wah, patut dicurigai, nih.

"Abarai," respon Hisagi yang tak bisa berkata-kata melihat transformasi adik kelasnya ini.

"Kenapa? Dandananku keren ya?" timpal Renji dengan senyum sombong khasnya. "Senpai dari tadi siang masih belum makan, kan?"

Hisagi hanya bisa mengedipkan matanya, "Kok … kamu tahu?"

"Kelihatan dari mukamu. Nih," Renji menyodorkan sebuah bingkisan asing kepada Hisagi, "kupinjamkan kimono-ku. Sana, cuci muka yang bersih, terus ganti baju. Habis ini, senpai ikut aku."

Mungkin karena Hisagi baru saja bangun tidur, proses pencernaan info dari Abarai ini terjadi super lelet. Setelah mencerna ajakan ini, Hisagi yang seperti baru saja melihat bunglon mencaplok lalat ganti bertanya, "Kimono ini buat apa?"

"Udah, gak usah banyak tanya, gih! Kita dikejar waktu!" Renji mendorong tubuh Hisagi ke dalam kamar, menyuruhnya untuk segera ganti baju, "gantinya yang cepat. Aku tunggu di luar."

Meskipun tidak tahu apa yang terjadi, Hisagi tetap menuruti perintah Renji. Mungkin saja tingkah aneh Renji bisa membawanya keberuntungan … yaitu makan malam …


Curcol:

Tak ada ide buat multichap yang lain, jadilah fic aneh ini. Habis ini, author wajib latihan nari Gangnam style, besok flash mob di sekolah. can't wait!

Read and review ya...