Zero mengerang saat sebuah truk barang sudah terparkir di depan rumahnya.
"Zero, apa kau sudah siap? Orang-orang sudah ada disini." panggil Shizuka.
"Iya Bu, aku akan selesai dalam beberapa menit!"
Zero merasa dongkol, berjalan menyusuri lorong hingga sampai di lantai bawah. Ini adalah keempat kalinya dalam setahun mereka pindah. Jika bukan karena rumor yang tersebar di sekitar kota, maka Dewan akan terus mengganggu mereka sampai mereka pergi, itu semua karena Zero. Kebanyakan orang mengira aneh untuk sepasang pemburu melahirkan seorang bayi vampire. Bayi tersebut adalah Zero. Ini semua bermulai saat usia Zero beranjak lima tahun, orang tuanya selalu menolak anggapan negatif tersebut karena belum ada bukti apapun yang menyatakan kalau Zero adalah vanpire. Selama ulang tahunnya yang kelima, semuanya baik-baik saja. Ingin seperti ulang tahun anak laki-laki lainnya, Zero ingin sekali bangun dan mengalami hari terbaik dalam hidupnya sedikit, walaupun dia tahu kalau itu akan menjadi yang terburuk. Zero sangat gelisah untuk tidur, jadi dia bangun sepagi mungkin untuk menunggu sebuah kejutan dari kedua orang tuanya yang tidak pernah sekalipun mereka memberikan kesempatan tersebut. Orang tuanya selalu bangun pagi setiap hari dan dia tahu kalau mereka sedang menyiapkan sarapan ulang tahunnya. Zero berjingkat turun kebawah dan mengintip dari kepala kecilnya melihat dapur. Tidak ada orang tuanya. Itu sungguh tidak biasa mereka meninggalkannya sendirian di rumah. Dia terus berpikir kemana perginya kedua orang tuanya. Akhirnya dia berkesimpulan bahwa orang tuanya pergi untuk membeli hadiah ulang tahunnya. Zero duduk di meja makan dan menunggu. Dia menunggu, menunggu, terus menunggu sampai tidak menyadari sudah tengah malam. Itu pasti ada sesuatu yang salah! Saat itu Ratu Darah Murni, Hiou Shizuka, Dewan dan Lembaga Asosiasi berada di pintu rumahnya pada pukul tiga pagi, Zero merasa ada yang salah. Seperti yang diharapkan pasangan Kiryu secara misterius terbunuh, ada yang bilang bahwa benar kalau Zero memang memiliki kutukan dengan kekuatan vampirenya. Tidak hanya paling kuat dalam sejarah memiliki kekuatan dalam umur yang dibilang muda. Hal ini menangkap perhatian Dewan dan mereka mulai mengawasinya. Shizuka mulai mengadopsi Zero dan menghapus segala hal-hal negatif dunia padanya. Banyak yang mengira bahwa Zero yang menyebabkan hal-hal yang di luar kepala. Di setiap kota yang mereka tinggali pasti ada hal yang terjadi. Pada saat umur ke 16 tahunnya dia merasa sangat takut akan hari itu, Dewan memutuskan melempar mereka ke area vampire yang terpandang. Zero sangat benci area tersebut, tapi apa yang bisa dia lakukan.
"Zero, ayolah!"
Zero kembali dari lamunannya dan mengambil kotak kardus terakhirnya dan turun kebawah.
"Apa yang membuatmu sangat lama, kau tahu kita harus jalan." pinta Shizuka.
"Aku minta maaf, Kaa-san. Hanya saja aku sedang bingung." Shizuka bernafas dan menarik anaknya kedalam pelukan hangatnya.
"Aku berjanji, ini akan menjadi yang terakhir."ucap Shizuka sambil mengecup kening Zero.
"Kaa-san selalu bilang itu terus dan lihat sendiri ini terulang lagi...LAGI!" Shizuka lagi-lagi berpikir apa yang akan dia jawab. Tapi dia tahu kalau itu yang terbaik.
Mobil yang membawa mereka mulai berjalan, Zero memandangi jalan-jalan dari dalam jendela, saat pemandangan dari gedung-gedung berubah menjadi hutan-hutan, dia merasa aneh.
"Apa kau yakin ini tempat yang benar, Kaa-san?" tanyanya.
"Komplek vampire memang seperti ini, Zero! Bukankah aku pernah mengatakannya!"
Zero membuang nafas, lagi-lagi tinggal bersama vampire-vampire kaya menjengkelkan.
"Oh! Lihat hektar tanahnya, kita akan mempunyai banyak ruang!"ucap Shizuka bersemangat sambil mengambil barang-barang mereka.
"Yaay!" Zero menjawab dengan sinis.
"Zero jangan jadi seperti itu...lihat tetangga telah datang!"
"Tetangga apaan!"
"Zero, jaga tingkah lakumu."
Seorang gadis dan pemuda datang berdampingan dengan membawa hadiah hangat kedatangan mereka. Mereka berdua memiliki mata merah marun dan rambut coklat. Mereka berdua bersaudara. Yang gadis tersenyum ramah sedangkan yang pemuda sangat sulit untuk menampakkan ekspresinya.
"Halo! Orang tua kami mendengar kalo kalian datang, jadi kami sengaja untuk menyambut kalian!" Jerit sang gadis.
"Oh, manisnya. Saya dan ini anak saya Zero!"
"Kami sangat lega kalian disini. Kami dari keluarga Kuran."
Zero men death glare keduanya. Kuran? katanya. Itu terdengar tidak asing. Sepertinya acara pindah ini akan menjadi proses yang panjang. Kuran itu selalu dia jauhkan dari hidupnya akan Zero pastikan hal itu.
Waaah! akhirnya selesai juga chapter 1 ini, semoga author segera mengupdate chapter selanjutnya...keep reading yaa, jangan lupa mengreview biar chapternya tmbh cepet di update.
