Disclaimer Kagerou Days © Jin (shizennoteki-P)
Other Disclaimer Semua label barang atau produk, iklan, perusahaan, judul lagu, acara dan film yang terlibat dalam fanfiction ini bukanlah milik saya. Seluruhnya mutlak milik pembuat dan pengembang masing-masing. Tidak ada niat sama sekali untuk melanggar hak cipta.
Warning Typo(s), humor hampa, hati-hati out of character, plot bubar, bahasa labil lari kemana-mana, ide mainstream, hiperbola merangkap alay.
Evacuate
by Parakeet Headmaster
"Mau nggak mau, kita harus mengungsi sementara waktu."
Air muka Shintaro mendadak pucat. Momo, adik perempuannya meletakkan sebuah baskom diatas lantai. Tak lama, setetes air jatuh dalam baskom tersebut. Shintaro mendongak horror.
"Bocor—bocor!" Backsound dari Ene dengan irama iklan cat tembok mainstream di televisi menyadarkan Shintaro. Benar. Rumah keluarga Kisaragi dilanda bocor. Krusial.
Sudah beberapa hari ini bocor mulai eksis disudut rumah. Namun hari ini yang terparah. Sebenarnya masalah ini sudah dibicarakan semalam. Semua mufakat untuk mengadakan renovasi secara merata.
Setiap anggota keluarga diharapkan untuk menyumbang dana renovasi rumah. Mengingat Momo seorang idola—bukan. Bukan krisis ekonomi. Kebaikan bersama? tidak juga. Mama Shintaro hanya tidak ingin putranya menjadi pecandu soda kronis. Siapa yang tahu sudah berapa liter soda ditenggak Shintaro?
Pernah Momo merasa janggal. Akhir-akhir ini mangkuk Tono lebih sepi kuantitasnya. Jadi Momo memutuskan untuk bertanya pada kakaknya.
"Aku nggak mau uang anggaran soda dibabat untuk renovasi. Jadi aku potong anggaran makan Tono."
Lagu 'Judgment of Corruption' mengiringi tatapan sangsi Momo. Terima kasih sebesar-besarnya untuk gadis cyber biru kita—ini modus menyulut perang saudara atau apa—namun oknum pelanggaran hak asasi hewan dengan famili Leporidae itu akhirnya terkuak.
Esoknya, Momo mengintip dari balik pintu—Shintaro sungkem. Ya. Shintaro sembah sujud didepan kandang Tono. Sementara Tono makan penuh hikmat. Tono itu kelinci tabah, ya.
Sebagian besar orang tidak akan terkena Insomnia mendadak hanya karena tidak ada soda dalam radius 100 meter dari jangkauan mereka. Mungkin tidak untuk Shintaro. Bisa saja nanti malam dirinya mengalami susah tidur berkepanjangan yang berujung pada penyakit Kardiovaskular.
Entah ini hiperbola yang bermutasi menjadi lebay, tapi semua kemungkinan diatas terus direnungkan Momo. Semua kembali pada eksistensi minuman sarat soda tersebut.
Sedih. Momo sedih. Kapan sih kakaknya move on?
Kadang badai itu menyulut perang intern sesama teman. Persediaan makanan kosong, ingin pergi belanja, tapi kombinasi hujan dan angin seakan menjadi perisai lapis emas yang sulit ditembus.
Cuaca pesimis ini tidak digubris oleh Seto pemuda optimis. Dengan gagah Seto melangkah keluar untuk pergi belanja. Namun tak sampai lima menit, pintu kembali terbuka. Seto kembali dengan tampang kecut.
"Mustahil. Mustahil keluar dalam kondisi seperti ini. Koran, kayu, plastik, boxer motif Sponge Bob, semua berterbangan diluar. Aku mulai percaya bahwa lama-kelamaan bumi akan kehilangan gaya gravitasinya!"
Seto horror. Kano langsung nge-tweet 'Boxer motif Sponge Bob'—oke, Kano salah fokus. Ene tulis status 'LMAO'. Shintaro terkesima. Seto itu kelewat genius. Baru pertama kali dirinya mendengar ada teori begitu.
Atau tepatnya yang tadi itu cuma realisasi dari shock yang Seto alami? Modus matahin hukum gravitasi Newton? Tapi motif boxer-nya nggak penting 'kan?
Ah ... jika ada yang bertanya mengapa Shintaro dan Ene ada dikediaman Mekakushi Dan, karena disinilah tempat mereka mengungsi. Momo sudah membicarakannya pada Kido agar ia dan kakaknya bisa tinggal disini sementara.
Percayalah. Jika Momo menyewa apartemen diluar, tinggal bersama cowok hikki-neet berjaket merah dengan tampang mau mati besok, lalu tertangkap kamera paparazzi dan sejenisnya, bisa terjadi kesalah pahaman dan menjadi top news selama sebulan.
Momo hendak menyewa. Tentu saja dengan membayar uang sewa pada Kido. Takutnya perihal ini diibaratkan dengan tempat pengungsian. Yang benar saja 'kan! tapi Kido itu bukan orang jahat. Jadi nggak masalah mau menginap disini, toh mereka juga anggota Mekakushi Dan.
Diam-diam Kido berharap ia sudah mengambil keputusan dengan resiko terendah. Tapi beginilah kondisinya sekarang. Perut lapar itu menimbulkan perseteruan. Melihat anggotanya berebut sebungkus Oreo itu rasanya miris. Kido geleng-geleng. Ini sih total ngenes.
Lelah. Kokoro Kido lelah.
Dua hari. Sudah dua hari Shintaro menderita dan hari ini saatnya ia pulang kembali. Sudah menjadikan kediaman orang tempat pengungsian, masih memberi cap bahwa diri menderita? kalau kata Ene itu namanya bocah kamvret. Sudah dikasih tinggal saja harusnya berterima kasih!
Shintaro bukannya ingin jadi orang yang kurang bersyukur. Masalahnya orang-orang disini rusak. Setidaknya begitulah opini Shintaro.
Saat tidak sengaja masuk kekamar Mary, Shintaro melihat pemandangan mencengangkan; majalah bertema boys love dengan cover yang hot. Sejujurnya, disini Shintaro gagal sebagai orang dewasa. Badan saja tinggi, mental anak SMP. Cetek sekali.
Malamnya, Shintaro tidur di sofa. Bukannya Kido sudah membagi kamar? Kenapa tidak tidur bersama Kano dan Seto? Bukannya menolak. Saat Shintaro melepas baju karena hendak mandi, Kano mengatakan hal yang membuat Shintaro sumpah ingin gantung diri.
"Kisaragi, ternyata tubuhmu bagus juga ya—seksi."
Apa cowok memuji sesamanya begitu lazim? Atau seperti peribahasa ada udang dibalik batu? Memangnya Kano itu pengidap distorsi seks? Rasanya Shintaro ingin menghilang saja.
"Terima kasih banyak sudah memperbolehkan kami tinggal disini."
Momo membungkuk. Kido balas tersenyum. Barang-barang pun sudah siap dibawa kembali. Saatnya pulang untuk Kisaragi bersaudara.
Memang tak ada tempat yang lebih nyaman dibanding rumah sendiri. Shintaro sudah berada dikamarnya yang aman. Hujan pun tidak akan bisa mengusiknya lagi terutama memaksanya untuk mengungsi. Rumah ini sudah direnovasi! batin Shintaro puas.
"Ha—hatsyiii–!"
Flu. Mungkin Shintaro harus menarik kembali kata-katanya. Ini sih tak ada rotan akar pun jadi. Demi apa flu itu the most disturbing disease. Pasti karena Shintaro tidur diluar selama mengungsi.
"Lagian, kenapa Master tidur diluar bukannya dengan Seto dan Kano?"
Ene, please. Pertanyaan itu menghancurkan insting bujangan Shintaro. Percuma. Butuh waktu untuk merekonstruksi ulang mental Shintaro. Lebih baik tidur saja. Semua hanya mitos. Ilusi dalam ilusi.
Jika disuruh memilih, Shintaro memilih mengungsi ke kandang Tono saja—walau mustahil tentunya.
Evacuate
– FIN –
A/N
Apa kabar? disini P. Headmaster (saya singkat 'Parakeet' jadi 'P' saja ,ya.) untuk yang sudah baca fic ini dari awal sampai akhir, bahkan baca author's note saya, makasih banyak banyak banyaaak– /hug. Sebenarnya saya bikin fic ini pelarian dari kerjaan jurnalis saya – orz. Sounds kurang asem memang. Maafin saya kakak ketua redaksi. Dan baru-baru ini saya beli buku tentang 'Lovebird'. Ternyata 'hand feeding' itu susah ya.
Hwhwhw, akhir kata – krisar anda sangat dinanti (sudah dibaca saja saya kelewat doki-doki). Review? /wink wonk.
