Disclaimer : Naruto and all the characters mentioned in the story they're all belongs to Masashi Kishimoto. I do not take any financial benefits from this.
Hey, My Lovely Writer!
[ We fall in love by chance, we stay in love by choice ]
Uchiha Sasuke, seorang penulis berbakat berusia 17 tahun yang sedang naik daun. Meskipun masih terbilang muda, tidak ada yang pernah meremehkan hasil karyanya. Semua buku yang ia tulis selalu bestseller, dan berakhir menjadi sebuah drama di salah satu saluran televisi swasta bergengsi. Entah berapa banyak pundi-pundi uang yang telah ia dapatkan dari hobinya, bahkan dari sebuah gosip yang akhir-akhir ini tersebar luas, ia memiliki kolaborasi baru bersama seorang sutradara ternama, dan aktor beserta aktris terkenal.
"Sasuke!"
Suara nada tinggi khas wanita terdengar dari lorong sekolah. Mengetahui siapa yang memanggilnya, cepat-cepat ia berlari ke arah kelas.
"Ck," decak Sasuke, bersembunyi di bawah meja saat para gadis masuk ke dalam kelas.
"Eh? Sasuke, tidak ada di sini?" Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang kelas, lalu mengernyit bingung ketika tidak menemukan sosok yang dicarinya.
"Apa kau benar melihatnya masuk ke dalam kelas?" tanya gadis lainnya, mendengus malas.
"Hey, aku melihatnya dengan jelas, mana mungkin kedua mataku ini meleset?!" sahut gadis itu kesal, tidak terima.
"Hmm, buktinya saja, saat ini Sasuke tidak ada di sini."
"Sudahlah, ayo kita cari di tempat lain saja," ajak gadis itu, menarik paksa lengan temannya keluar dari kelas.
Setelah memastikan keadaan sekitarnya aman, secara perlahan ia keluar dari tempat persembunyian, kembali duduk di atas bangku, lalu menghela napas.
"Sial, percuma saja datang sepagi ini jika mereka masih bisa menemukanku," rutuknya.
Bukannya tidak senang akan popularitas yang diraihnya, ia hanya tidak suka saat para gadis menempel dan memujanya tanpa henti, karena yang ia inginkan adalah seorang sahabat. Akan terdengar lucu saat seseorang bertanya, dan ia menjawab jika tidak memiliki sahabat, karena para gadis secara tidak langsung membuatnya susah untuk bergaul dengan siswa lainnya di sekolah.
Sambil menghela napas, ia mengeluarkan buku kosong bersampul hitam dari dalam tas, mencoba menetralisir rasa kesal dengan menulis, tetapi setelah ia merasa kelasnya mulai ramai, cepat-cepat ia berhenti.
"Sasuke, kau sedang menulis lagi ya? Ah ... penulis berbakat memang berbeda," sindir salah seorang siswa di kelasnya yang bernama Kiba. Sang ketua geng dengan anteknya yang beranggotakan 3 orang.
"Diam kau Kiba! Sasuke itu jenius, tidak seperti kalian para mahluk bodoh!" ketus Ino, gadis bersurai pirang yang mendedikasikan dirinya sebagai pelindung garis keturunan Uchiha.
"Piara saja kebodohanmu itu terus menerus, dan jadilah orang yang tidak berguna selamanya!" timpal gadis lainnya.
"Kalian hanya iri melihat kesuksesan Sasuke!" sahut Ino lagi, melempari kertas ke arah Kiba diikuti para gadis lainnya.
Kesal karena kalah, Kiba dan gerombolannya memilih untuk meninggalkan kelas.
"Jangan mendengarkan ucapan mereka, iri tanda tidak mampu bukan?" tanya Ino tersenyum lebar, "oh ... ya, Sasuke, pagi ini aku mendengar berita tentangmu, dan mereka mengatakan kau memiliki kolaborasi baru, apa itu benar?"
"Itu bukan urusanmu," sahut Sasuke datar, melihat Ino melangkah mendekat ke arahnya.
"Kami hanya ingin tahu," rengek gadis lainnya.
"Hentikan, jangan memaksa Sasuke mengatakan hal yang tidak ingin dia katakan. Aku juga minta maaf, Sasuke, karena telah lancang bertanya," ujar Ino tertunduk.
Sasuke diam tidak merespon, meskipun Ino tidak jauh berbeda dari para gadis lainnya, setidaknya Ino tidak pernah membuatnya merasa tertekan, dan ia menghargai hal itu.
.
Jam menunjukkan pukul 03:00 sore, dan saat ini para siswa dan siswi terlihat saling berlomba meninggalkan kelas. Sasuke salah satunya, cepat-cepat ia berlari ke lahan parkir, menuju mobil sedan berwarna hitam miliknya yang terparkir di sana.
45 menit menempuh jarak, akhirnya kasur empuk menyambutnya dari balik pintu apartemennya yang terasa sepi. Tidak seperti anak di keluarga lainnya, Sasuke tidak pernah disambut senyuman ayah, ibu, atau kakaknya semenjak 3 tahun yang lalu kecelakaan lalu lintas merenggut nyawa mereka.
Saat kelopak matanya hampir menutup sempurna, ia dikagetkan oleh dering ponselnya di atas meja.
"Hn?" gumam Sasuke.
"Buka pintunya, aku ada di depan apartemenmu," sahut seseorang, yang terdengar dari pengeras suara ponselnya.
"Merepotkan sekali," ujar Sasuke, melangkah malas ke arah pintu.
"Hey, aku yang seharusnya mengucapkan kalimat itu," ujar pria berusia 27 tahun itu, saat pintu terbuka.
Namanya Shikamaru, editor Sasuke yang juga sahabat terdekat yang dimiliki Itachi.
"Mau apa kau ke sini?" tanya Sasuke, menatap tajam saat Shikamaru menerobos masuk tanpa dipersilakan, lalu duduk di atas sofa.
"Ini soal kolaborasimu dengan Kakashi," sahut Shikamaru.
"Hn."
"Dia memintamu untuk segera membuat skenario," jelas Shikamaru.
"Deadline?" tanya Sasuke, ikut duduk di atas sofa.
"Kau punya waktu selama 2 minggu," jawab Shikamaru.
"Hn."
"Tsk, merepotkan sekali, apa kau tidak bisa memberikanku jawaban yang benar, Sasuke?" protes Shikamaru.
"Ya ... ya ... baiklah, terserahmu saja," sahut Sasuke tidak peduli.
Shikamaru menghela napas, "kalau begitu aku akan kembali saat skenariomu selesai, dan ingat, Sasuke, lebih cepat lebih baik, jangan mengecewakan editormu ini." Ia melempar sebungkus permen karet ke arah Sasuke sebelum memalingkan wajahnya, melangkah ke arah pintu.
"Skenario, huh?" ujar Sasuke, mengunyah permen karet mint di mulutnya selagi melangkah ke arah ruang kerja.
.
"Setelah skenariomu selesai, Kakashi memintaku untuk membawamu bertemu dengan para aktor dan aktris. Karena ini pertemuan resmi, kau harus bersikap sopan, dan jangan lupa untuk menghubungiku!"
Sasuke hanya menaikkan sebelah alisnya, saat membaca pesan singkat yang dikirimkan Shikamaru di atas kasurnya pada hari minggu.
Ia telah menyelesaikan semuanya sejak 3 jam yang lalu, tetapi sengaja diam karena ingin memiliki waktu untuk beristirahat sejenak.
"Resmi?" gumamnya pelan, melirik ke arah jas berwarna hitam yang menggantung di dalam lemari.
.
"Ingat, bersikap sopan. Aku tahu kau tidak menyukainya, tetapi anggap saja karena mereka lebih tua darimu," ucap Shikamaru, berulang kali saat mereka melangkahkan kakinya di koridor hotel.
Hari itu akhirnya tiba juga, saat Kakashi meminta Shikamaru untuk membawa Sasuke bertemu dengannya.
"Hn," gumam Sasuke malas.
Para pelayan terlihat menyambut dari balik pintu, dengan senyum sumringah, mereka mempersilakan Sasuke dan Shikamaru menunggu di salah satu lounge yang telah disiapkan Kakashi sebelumnya.
"Silahkan duduk," ujar pria bersurai silver, bernama Kakashi yang kebetulan sudah menunggu mereka sejak tadi.
Shikamaru tersenyum ramah, sedangkan Sasuke hanya diam, dengan raut wajah datarnya.
"Apa kami membuatmu lama menunggu?" tanya Shikamaru.
"Ah, tidak. Aku tidak menunggu selama itu," jawab Kakashi. Iris matanya tidak lepas memperhatikan Shikamaru, menunggu kapan pria garis keturunan Nara itu menyerahkan hal yang sangat ia inginkan.
"Ini skenarionya," ujar Shikamaru.
"Aku sangat kagum padamu." Kakashi menyanjungnya, tetapi Sasuke hanya diam, tampak tidak peduli, dan Shikamaru hanya bisa tersenyum kaku.
"Inti pertemuan malam ini, aku ingin memperkenalkan beberapa aktor dan aktris yang akan bekerja sama denganmu," jelas Kakashi, menyesap sedikit demi sedikit wine dari gelasnya.
"Di mana orang-orang itu?" tanya Sasuke langsung pada inti, tetapi belum sempat mendengar jawaban dari pria bersurai silver itu, perhatiannya tersita oleh kegaduhan yang berasal dari balik pintu.
"Hey minggir! Kau menginjak kakiku!"
Hyuuga Neji, pria berusia 24 tahun dengan ciri khas rambut hitamnya yang panjang. Tidak hanya mahir dalam dunia showbiz ia juga mahir dalam bidang beladiri.
"Oh! Maaf!"
Haruno Sakura, wanita berusia 22 tahun, seorang penyanyi yang dijuluki gadis permen karet oleh penggemarnya.
"N-Neji, kau tidak perlu membentak, Sakura seperti itu."
Hyuuga Hinata, baru memulai debutnya 2 tahun yang lalu, sifatnya yang terbilang sangat pemalu terkadang menyulitkannya untuk berkomunikasi, tetapi penggemarnya mencintainya apa adanya.
"HAHAHA!"
Dan yang terakhir, Uzumaki Naruto. Pria berusia 24 tahun. Tidak diragukan lagi, semua orang sudah pasti menyukai pria bersurai pirang itu.
Butuh usaha keras bagi Kakashi untuk mengumpulkan mereka, para bintang yang sedang naik daun. Jadwal padat dan tawaran di sana sini terkadang membuat mereka bertingkah semaunya dengan alasan butuh istirahat.
"DIAM!" bentak Kakashi.
Lalu lounge yang semula gaduh itu hening seketika.
"B-baiklah."
"I-iya."
"M-maafkan aku."
"M-mengagetkan saja."
Neji, Sakura, Hinata, dan Naruto, cepat-cepat melangkah menuju kursi masing-masing, dengan mulut terkatup rapat, tidak ada yang membuka suara.
"Ini Uchiha Sasuke, dia yang menulis skenario kalian, dan itu editornya Nara Shikamaru," jelas Kakashi, yang ditanggapi keempatnya dengan anggukan paham.
"Aku Neji, senang bertemu denganmu."
"Aku Sakura, dan kau terlihat cukup dewasa untuk kuajak berkencan."
"A-aku Hinata. Salam kenal."
"Kau pasti sudah mengenalku, bukan? Aku tidak perlu repot-repot lagi memperkenalkan diri," ujar Naruto.
Sasuke tidak merespon, ia diam di kursinya, mengamati satu-persatu pemain yang ada di hadapannya dengan tatapan menyelidik.
"Jadi, um ... butuh berapa lama untuk menyelesaikan semua ini?" tanya Neji, yang ditimpali Sakura dengan mengangguk setuju.
"Mungkin, sekitar 2 bulan," sahut Kakashi.
"Apa Sasuke akan selalu bersama kami?" tambah Sakura, mengerling dengan manja ke arah si Uchiha.
"Itu semua keputusan, Sasuke."
"Jadi ... kapan kami bisa memulai prosesnya?" tanya Hinata.
"Minggu depan," jawab Kakashi.
Tidak mau kalah dari rekan kerjanya, Naruto ikut membuka mulut, "Kakashi, aku punya permintaan."
Semua mata tertuju padanya.
"Aku mau, penulis berbakat kita yang satu ini," ada jeda sesaat, "selalu bersama kami hingga semuanya selesai," lanjut Naruto menyeringai puas ke arah Sasuke.
"Apa?! Tidak mungkin! Aku tidak bisa, Dobe!" tolak Sasuke mentah-mentah.
"Kalau begitu, aku juga tidak mau, mudah 'kan, Teme?" ancam Naruto, meneguk jus jeruk dari gelasnya.
"Sasuke, kau tahu 'kan membuat kontrak kerja sama dengan Naruto itu tidak mudah?" bujuk Shikamaru, "bahkan Kakashi melakukan segala cara untuk mendapatkannya."
"Tidak bisa Shikamaru! Aku harus pergi ke sekolah, kau tidak ingat?!"
"Tidak perlu membolos, Teme. Kau cukup datang ke lokasi setelah sekolahmu selesai, bagaimana?" timpal Naruto.
"Tolong, kau pertimbangkan lagi, Sasuke," ujar Kakashi.
Semua mata menatap ke arahnya, seakan memohon, dan itu membuatnya salah tingkah.
"Tsk, baiklah," ujar Sasuke menyetujui, tidak memiliki pilihan lain.
.
Continued
