"Meet in Hospital"
LEE BONBONIE *a.l.m.b.e*
Genre : Romance and Sad
Cast : Kim Jaejoong, Jung Yunho, Kim Kibum aka Key, Park Yoochun, Park (?) Seulgi, Lee Jinki aka Onew, ETC.
Length : 2shoot. 1 of 2
Rated : T-M (for words)
Warning: GS (genderswitch), typos bertebaran, tidak sesuai EYD probably, OOC, DLDR.
NOTE : Mungkin cerita pasaran. Masih perlu perhatian dan pembelajaran. Cerita murni hasil pemikiran, penglihatan dan imaginasi yang muncul di berbagai tempat. Jika ada terdapat kesamaan di lain cerita, itu hanya kebetulan yang tidak disengaja.
THANKS BEFORE
summary : aku takut/ jangan khawatir sayang/ gwaenchana?/ Jaejoong terpesona dan lupa dengan tujuanya/Yunho adalah perawat magang. Jaejoong sakit dan Mereka bertemu di rumah sakit.
..
Hari itu sebenarnya cerah. Cerah yang tidak menyiksa, dalam artian tidak terik maupun membakar kulit. Terbukti dari tangkai pohon yang bergoyang seirama dengan angin yang menghembusnya.
Tetapi seorang gadis yang bernama Kim Jaejoong itu tidak merasakan suasana hati yang cerah secerah awan. Ia sedang merenung, memikirkan segala sesutu yang selama ini di rahasiakannya. Dirinya sedang resah dan kebingungan dengan jalan dan penyelesaian yang kali ini terlihat buntu di otaknya.
Kim Jaejoong mengetahui bahwa di dalan perutnya ada yang aneh, terasa keras dan seperti ada yang mengganjal. Jaejoong tentu ketakutan dengan fakta bahwa ada penyakit yang serius yang akan ia alami.
Jaejoong tidak dapat menebak apa sebenarnya yang ada di perutnya itu. Sempat ia menyangka jika dirinya hamil. Tapi itu sesuatu hal yang mustahil. Ia adalah siswi menengah atas yang bahkan belum pernah pacaran ataupun sedang menjalani hububgan berpacaran. Jadi dari mana bisa hamil.
Ia sempat bergidik saat pikiran paranoidnya melintas, membayangkan dirinya hamil karena disetubuhi oleh makhluk halus. Tetapi Jaejoong menggeleng keras. Pikiran seperti itu sangat bodoh menurutnya.
Jaejoong tentu tidak berani mengatakan tentang keadaannya pada orang tuanya itu. Jaejoong takut dan ia tidak ingin membuat orang tuanya sedih mendengar kabar buruk darinya.
Jaejoong berbaring mengamping dengan tangan yang menyatu dan di tindis oleh kepalanya. Air matanya meleleh membayangkan segalanya. Ia sedang berpikir jika penyakitnya adalah penyakut kanker.
Jaejoong langsung menutup matanya perlahan. Air matanya kembali menetes, tapi kali ini dengan skala banyak.
Jaejoong memiliki keluarga yang sederhana. Ada dia dan adiknya yang masih sekolah dasar berumur dua belas tahun di tingkat akhirnya dan kedua orang tuannya. Ibunya hanyalah ibu rumah tangga dan ayahnya adalah pekerja kantoran surat kabar.
Sudah beberapa bulan ini Jaejoong merahasiakan keadaannya dari orang tuanya. Tetapi Jaejoong mulai takut dengan awal-awal minggu ini karena sudah ada perbedaan yang terjadi pada dirinya. Dulu ia merasa tidak ada perbedaan pada dirinya dan ia hanya memilih diam dan membiarkan perutnya seperti itu saja. Pikirnya mungkin hanya penyakit lewat yang akan segera sembuh. Minggu-minggu ini ia merasa ada yang berbeda dengan pencernaan lancarnya. Keluar darah saat ia membuang air besar. Jaejoong begitu ketakutan denganitu. Ia pikir ia akan mati.
Sekolahnya sedang libur. Dua minggu kepala sekolah berikan untuk merenovasi halaman sekolah yang sempat kejatuhan tiang besar sehingga mengakibatkan sedikit hancur dan berantakannya lapangan serta taman sekolah. Jaejong merasa lega akan itu, ia jadi mempunyai waktu untuk memikirkan permasalahannya sendiri.
Jaejoong sudah tidak tahan memendam semua ketakutan dan keresahannya ini sehingga akhirnya ia bangkit dari tidurannya untuk menghampiri eommanya yang mungkin ada di dalam kamar atau di belakang rumah yang biasa Jaejoong ketahui eommnya sering merawat bunga mawar merah, putih dan bunga anggreknya. Jaejoong sudah menetapkan bahwa ia harus mengatakan keadaannya pada eommanya saat ini. Hatinya sudah tidak tahan memendam semuanya.
Jaejoong keluar kamar dengan langkah perlahan. Ia sudah berusaha membuat wajahnya kembali ceria seperti biasa. Bekas air matanya sudah ia hapus dan basahan bulu matanya juga sudah ia lap dengan tisu.
Jaejoong menengok-nengokkan kepalanya memutari sisi rumahnya untuk mencari eommanya. Dan benar perkiraannya, eommnaya sedang di halaman belakang memotong semak belukar ataupun rumput liar yang ada di sekitar tanaman bunga mawar.
"eomma!"
Mrs. Kim menoleh mendengar anaknya memanggilnya. Ia menghentikan aktivitas memotongnya sebentar dan melepaskan gunting tanamannya.
"waeyo Joongie?"
Jaejoong menggigit bibir bawahnya resah. Matanya bahkan sudah berair saat membayangkan wajah sedih eommanya yang akan ia lihat nanti.
"aku ingin bicara"
Mrs. Kim mengerutkan alisnya hampir menyatu. Merasa bingung dengan kelakuan anaknya yang terlihat berbeda dan ragu-ragu.
"ada apa Joongie?"
Jaejoong menggeleng dan mengajak eommanya masuk kedalan rumah.
Jaejoong ternyata mengajak eommanya ke dalam kamarnya. Mereka duduk di atas single bed milik Jaejoong. Setelah merasakan eommanya duduk disampingnya, seketika itu juga Jaejoong langsung terisak ketakutan dengan tangan yang menutupi wajahnya.
Mrs. Kim terkejut saat mendengar Jaejoong menangis tiba-tiba di sampingnya.
"Joongie? kau kenapa?"
"eomma.. aku takut!"
"waeyo?"
"aku sakit eomma"
Mrs. Kim merasa kebingungan dengan Jaejoong sekarang.
"katakanlah pada eomma, ada apa sebenarnya ini?!"
"aku sakit eomma. Perutku terasa tidak biasa. Ada yang aneh di sini" Jaejoong menggerakkan tangannya pada perutnya.
Mrs. Kim mengarahkan tangan kanannya pada perut Jaejoong dan merasakan perut Jaejoong yang keras seperti ada sesuatu yang menganjal. Ia memandang bingung pada Jaejoong.
"bagaimana bisa jadi seperti ini?" katanya dengan raut wajah khawatir. Ia ketakutan saat memikirkan anaknya akan sakit.
Jaejoong menggeleng dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya dan membuat rambutnya lepek basah."aku tidak tahu eomma"
Mrs. Kim memeluk putrinya dan menghapus-hapus punggung Jaejoong yang bergetar.
"tidak apa, itu bukan apa-apa. Kita akan periksa ke dokter besok. hm?"
Jaejoong menghentikan tangisannya saat mendengar nada menenangkan dan lembut dari eommanya. Tidak dapat di pungkuri, ia merasa bebannya yang selama ini ia tanggung sedikit terangkat saat sudah memberitahukannya pada eommanya. Mungkin appanya akan di beritahu oleh eommanya nanti dan Jaejoong harus bersiap jika appanya akan marah padanya.
Jaejoong merasa appanya adalah orang yang mempunyai emosi naik turun. Sebenarnya tidak kasar atau main tangan saat marah, appanya hanya marah dengan bentakan yang nyaring ketika emosi terhadap sesuatu. Itu Jaejoong buktikan saat ia pernah menginap di rumah temannya karena kerja kelompok dan ia lupa memberi kabar pada orang tuanya. atau ketika ayahnya mempunyai masalah dikantornya dan akan melimpahkan emosi pada keluarganya. Walaupun sangat jarang menunjukkan sikap seperti itu, Jaejoong menganggap appanya itu mengerikan dengan emosi bagai angin badai.
..
..
Pagi ini Jaejoong dan eommanya sudah berencana memeriksakan kondisi Jaejoong ke rumah sakit.
Adiknya Changmin merengek ingin ikut untuk menemaninya tapi ia tidak dibolehkan oleh Mrs. Kim karena harus sekolah.
Changmin sebenarnya belum terlalu menegerti dengan penyakit yang Jaejoong alami, yang Mrs. Kim beritahukan hanya Jaejoong itu sakit diperutnya, tetapi Changmin tetap merasa khawatir saat mendengar Jaejoong akan menginap dirumah sakit karena penyakitnya. Otak pintarnya memikirkan jika penyakit Jaejoong adalah penyakit yang cukup parah.
'noona, cepatlah sembuh! ne? minnie akan menemani noona nanti di rumah sakit'
'ne minnie, kau juga jangan sampai terlalu khawatir pada noona, noona pasti segera sembuh'
'ne noona annyeong! minnie berangkat dulu bersama appa!'
Appanya sudah di beritahu eommanya tentang kondisinya kemarin malam. Mereka seperti melaksanakan rapat keluarga -tanpa Changmin- dengan suasana yang menegangkan dan aura yang mencengkam. Jaejoong sudah ketakutan dengan wajah resah saat melihat wajah appanya yang tegas serta memandang ingin tahu padanya dan Mrs. Kim. dan setelah Mrs. Kim memberitahukan semua permasalahan, Mr. Kim hanya terdiam dan memasang wajah sedih pada anaknya. Pikirnya cobaan sedang mengujinya dan ia harus menyikapinya dengan tenang dan kepala dingin.
Jaejoong dan eommanya sedang berjalan di lorong rumah sakit.
"eomma aku takut"
Jaejoong menggigit bibir bawahnya saat melihat penuhnya rumah sakit dengan orang sakit yang merintih ataupun darah. Jaejoong bukannya takut dengan rumah sakit ataupun orang sakit, ia hanya ketakutan dengan pemeriksaan yang akan ia lakukan nanti dan juga hasilnya.
"gwaenchana Joongie"
Jaejoong mengangguk dan melanjutkan langkahnya perlahan. Rasanya berat melengkahkan kakinya untuk mengetahui kenyataan penyakit yang ia derita.
BRUKK
Jaejoong terdorong kedepan ketika seseorang menubruknya dari belakang. Beruntung dirinya tidak sampai terjatuh.
"aduh" seru Jaejoong saat bahunya terasa sakit saat terdorong dengan keras tadi.
Jaejoong memandang kedepan, eommanya jauh berjalan didepannya dan tidak menyadari Jaejoong tidak ada didekatnya. Jaejoong menghela nafas kesal, ia berbalik untuk melihat orang yang mendorongnya itu.
"ah jwaesonghamnida, aku tidak sengaja! Gwaenchana?" Kata orang yang menabrak Jaejoong panik.
Jaejoong memadang lekat orang yang menabraknya itu. Lelaki tinggi dengan seragam yang biasa Jaejoong lihat digunakan untuk orang yang bekerja sebagai perawat di rumah sakit itu memakai kaca mata baca yang bertengger di wajahnya, terlihat beberapa peluh disana. Bibir hati Lelaki itu tersenyum meminta maaf padanya.
'tampannya' batin Jaejoong terpesona.
Jaejoong mengangguk. "ne gwaenchana"
Lelaki itu tersenyum dan kembali melanjutkan larinya saat Jaejoong berkata baik-baik saja. Ia juga sudah berpamitan dan sekali lagi meminta maaf sebelumnya pada Jaejoong.
Melihat lelaki itu hampir saja membuat Jaejoong lupa dengan tujuannya dan eommnya sebelum eommanya memanggilnya dan menarik tangannya dengan omelan yang menggerutu karena ia yang malah menghilang sendirinya.
..
..
Sebelum berlari jauh, Yunho menyempatkan menghentikan larinya untuk melihat yeoja yang baru saja ia tabrak itu. Sekedar melihat apakah yeoja itu masih di tempatnya atau sudah tidak ada disana. Dan yang mata musangnya liat, yeoja itu sudah tidak ada lagi di sana, kaki panjangnya pun melanjutkan larinya lagi. Unit UGD kekurangan orang dan dia disuruh untuk segera membantu disana.
Baru saja dikonfirmasikan oleh pihak pemegang konfirmasi rumah sakit jika ada kecelakaan beruntun di dekat persimpangan jalan utama R1 yang berjarak dua kilo meter dari keberadaan rumah sakit yang Yunho tempati.
"Yunho-ah! segera-segera! disini disini, bantu bawa ke ruang UGD!"
Yunho mengangguk dan bergegas mengeret kereta pasien untuk digiring ke ruang UGD bersama perawat lainnya.
..
..
Wajah Jaejoong langsung pias, redup tak berseri ketika mendengar diagnosis dari Dokter yang baru saja memeriksanya itu. Matanya sudah memanas dengan air mata yang akan meluncur jika saja ia mengedipkan matanya, tetapi sebelum itu terjadi, Jaejoong langsung mengelap ujung kedua matanya dengan kedua jari tengahnya.
"Ini masih bisa diatasi dengan operasi secepatnya, apakah Ibu sudah mendaftarkan anak anda untuk dioperasi?"
"belum, saya akan mendaftarkan hari ini. Terima kasih Kim Uisa"
Mrs. Kim berkata terima kasih pada Dokter kandungan tersebut dan berlalu keluar dengan membawa serta Jaejoong yang terlihat begitu syok.
Kim Jaejoong
17 tahun
Diagnosis : TUMOR JINAK
..
..
Mrs. Kim merasakan dirinya begitu sedih mendengar anaknya menderita penyakit berbahaya seperti itu. Sebenarnya ia ingin menangis tapi ia menahannya, jika ia menangis sekarang tidak diragukan jika Jaejoong juga akan menangis, mungkin sangat parah dengan suara pilu yang begitu menyayat hati.
"tidak apa joongi sayang, itu akan sembuh, kau tak perlu takut, kau akan segera di operasi. Jangan khawatir sayang."
Mrs. Kim meraih tangan anaknya yang dari tadi hanya terdiam di dalam taxi yang kini akan membawa mereka untuk pulang.
Air mata Jaejoong akhirnya meluncur begitu saja saat merasakan pegangan eommnya yang juga terasa bergetar di tangannya. Pasti eommanya begitu khawatir padanya.
Jaejoong mengangguk menghadap eommanya, mencoba tersenyum tenang walau wajahnya sudah teraliri oleh air matanya.
Mrs. Kim ikut meneteskan air matanya dan langsung memeluk anaknya itu dengan erat.
..
..
Dua hari terlewat dengan Jaejoong yang masih selalu dan akan selalu bersedih jika mengingat penyakitnya. Wajahnya seolah tak memiliki kebahagiaan lagi.
Jaejoong tahu, eommanya selalu memberikan senyum menenangkan untuknya agar Jaejoong tidak terlalu khawatir, tetapi Jaejoong tidak bisa untuk tidak bersedih dan khawatir, ia juga tidak bisa membalas senyun eommnya dengan senyum ceria yang biasa ia lakukan. Hatinya masih sangat pedih. Ia ketakutan.
Hari ini Jaejoong pergi kesekolah karena libur selama dua minggu sudah berakhir.
Seperti biasa, sahabatnya bernama Key akan menyambutnya dengan heboh ketika ia datang. Dan sama seperti yang ia lakukan pada eommnya, ia memberikan sahabatnya itu dengan senyuman yang terlihat sedih.
"ya jaejoong-ah! kau kenapa sih! tak bersemangat sekali" Key merengut saat melihat Jaejoong tidak meresponnya juga dengan keceriaan.
Jaejoong hanya menggeleng dan mendudukkan dirinya di kursi lalu menundukkan kepalanya ke meja.
Key mengangkat satu alisnya "kau kenapa?" tanyanya seraya sedikit berbisik pada Jaejoong, ia merasa khawatir melihat Jaejoong yang memang minggu-minggu ini selalu terlihat pucat dan cepat lemas.
"datang bulan"
key menggaruk alisnya dengan telunjuk tangannya. Berpikir, yang ia tahu Jaejoong itu tidak pernah sakit perut saat datang bulan tapi kenapa sekarang terlihat begitu lemas. Tetapi Key mencoba memahami mungkin memang kali ini Jaejoong kesakitan sama seperti dirinya yang akan selalu kesakitan saat datang bulan.
"hmn oke istirahatlah"
"Yak Jinki! kenapa kau menarik ikat rambutku!" Key langsung berlari mengejar Jinki saat Jinki, teman sekelas yang selalu jail padanya itu menarik ikat rambut yang ia kenakan sehingga rambutnya terurai panjang sekarang.
Jaejoong menyesal sebenarnya berbohong dengan sahabatnya itu, tapi ia tidak punya alasan lain untuk membuat Key yang cerewet dan kelewat ceria itu diam. Jadi perkataan itulah yang ia gunakan.
..
..
"ah lelahnya, akhirnya kita bisa bersantai juga"
Yunho tersenyum dan mengangguk mengiyakan perkataan temannya itu. Akhir-akhir ini banyak pasien tambarakan dan mereka sebagai perawat yang masih magang tentu juga sangat sibut mengurusi kerepotan rumah sakit teehadap pasien.
"ah kau, apa benar kau berpacaran dengan Seulgi?"
Yunho tersenyum miring mendengar itu, ia sudah mendengar gosip itu dari perawat-perawat yang tidak sengaja ia dengar sedang bergosip.
"tentu saja tidak Chun!" Yunho tersenyum kecut, ia jelas sangat menyangkal itu. Park Seulgi adalah perawat yang ia tahu sangat mencari muka kepadanya. Genit menurutnya dan tentu saja bukan tipenya.
"oh, aku kira gosip itu benar"
Yunho hanya menangapi itu dengan mengangkat bahu, tak peduli. Entah siapa yang menyebar gosip tak jelas itu. Mungkin Yunho perlu mengklarifikasi nanti. Hanya jika perlu.
"Yunho-ah!"
Yunho dan Yoochun yang saat itu sedang berdiri didepan meja jaga pasien menoleh saat mendengar teriakan seseorang memanggil salah satu dari mereka.
Seorang yeoja menghampiri mereka dengan pakaian yang umumnya dipakai para perawat lain, hanya saja pakainya terlihat kentat di pakainya. Tersenyum dengan lipstick cerah.
"ne Seulgi-ah, waeyo?"
Seulgi tersenyum manis mendengar Yunho yang membalasnya, Yunho yang selalu membuatnya tersenyum bahagia dan selalu bersikap baik padanya. Sebenarnya ia tahu Yunho itu tidak hanya bersikap baik padanya, tetapi juga pada yang lain pun ia selalu bersikap baik.
"aku mau mengajakmu makan siang bersama, kau bisa?"
Yoochun yang dari tadi tidak dihiraukan oleh Seulgi hanya mengangkat kedua alisnya. Wajahnya terlihat konyol saat ia memonyongkan bibirnya kecut karena tidak disapa dan tidak dihiraukan sama sekali oleh yeoja itu. Bukan ia menykukai Seulgi, ia hanya mengaggap mereka adalah teman seperawat sehingga bukankan lebih baik mempererat pertemanan dengan saling menyapa satu sama lain.
Yunho tersenyum lucu melihat wajah Yoochun yang konyol seperti itu.
"ah em Yoochun? kau mau ikut tidak?"
Seulgi merengut saat mendengar Yunho malah mengajak orang lain, ia padahal hanya ingin makan berdua bersama Yunho.
"boleh" Yoochun tersenyum miring.
"oke seulgi-ah, kita bisa berkumpul di kantin rumah sakit nanti, kurasa lebih rame lebih baik! aku akan mengajak yang lain nanti"
Seulgi tambah merengut dan memaksakan senyumnya menyetujui usul Yunho.
"Yun! aku harus bertugas sekarang! aku duluan oke!"
"tunggu chun! aku juga akan bertugas! Seulgi-ah, kami harus bertugas dulu. Annyeong!"
Seulgi lagi-lagi tersenyum masam dan terpaksa menganggukkan kepalanya untuk membalas Yunho yang sudah duluan pergi bersama Yoochun.
Seulgi menghela nafanya lelah, kenapa Yunho tidak tertarik padanya, seharusnya ia bisa dengan mudah menaklukkan Yunho seperti laki-laki lain yang ia goda.
..
..
Hari ini Jaejoong izin sekolah karena harus periksa keadaannya kerumah sakit. Empat hari lagi ia akan mulai masuk rumah sakit dan melakukan persiapan untuk operasinya. Dan hari ini juga ia akan meminta surat izin dokter untuk sekolahnya nanti.
"eomma, operasi itu mengerikan atau tidak?"
Mrs. Kim menoleh memandang pada anaknya yang sedang meminta jawaban darinya.
"Dokter di rumah sakit itu semuanya hebat-hebat, kau tak perlu khawatir" di akhir katanya ia memberikan senyum menenangkan untuk Jaejoong.
Jaejoong mengangguk patuh. Ia merasakan handphonenya bergetar tanda pesan masuk.
"pasti dari Key" serunya menebak.
Jaejoong mengambil handphonenya dan membuka pesan masuk itu, dan benar tebakannya. Key menanyakannya kenapa ia tak masuk. Jaejoong tersenyum melihat isi pesan Key yang sangat menunjukkan betapa rewelnya gadis itu.
'aku hanya pergi kerumah sakit untuk periksa. tidak perlu khawatir'
'kau sakit apa? pakai main rahasia saja denganku! huh!'
'hanya periksa, cerewet sekali sih?! Key-ah, kau membuka handphone saat pelajaran?'
'aish kau ini. aku kan cuma bertanya! hmm kau benar! sekarang pelajaran Junsu ssaem dan aku sangat kebosanan!'
'kau harus berhenti sekarang! jika ketahuan kau akan di hukum mengepel lantai kamar mandi siswi! kau mau?!'
'haha! kau benar! kita pernah dihukum sekali saat itu! baiklah aku berhenti, Annyeong!^^v'
'Annyeong :)'
Jaejoong terkekeh di akhir percakapannya dengan Key. Ia lalu mengedarkan pandangannya kesekeliling dan belum menemukan eommanya datang dari menghampiri teman lamanya tadi yang duduk sekitar sepuluh meter dari tempat duduknya. Jaejoong kembali mengedarkan pandangannya dan melihat perawat-perawat yang berlarian. Terlihat sibuk dengan pasien yang mereka bawa dan tangani.
Jaejoong mulai kebosanan saat ini, kalau tahu eommanya lama bernostalgia dengan kawannya, ia akan lebih baik tidak menyuruh Key menghentikan percakapan mereka tadi. Ia rasa antriannya juga masih lama karena sangat banyak yang periksa.
Karena kebosanan, Jaejoong akhirnya mengambil earphone yang ada di tasnya, menyambungkan kabelnya ke handphonenya dan memasang di telinganya. Jaejoong menikmatinya dan mulai menggerakkan bibirnya, bernyanyi pelan menikmati lagu yang bersenandung di telinganya.
..
..
..
TBC
Cerita kedua nih!
ahkir2 ni sering nonton drakor yg medis-medis sih, jadilah.
Jae ama Yun belum ketemu secara resmi nih, chap depan baru penuh sama mereka :) semua butuh proses dan alur...
kenapa Yun gk dokter? #pengen aja yun itu perawat. #geunyang.
chap endnya udah ada kok. tinggal di publish.
Garing? membosankan? tak apa, inilah karya saya yang melintas seenak jidat
lanjut?
mean to review?
THANKS BEFORE
