Captured by beauty

Disclaimer: Sojiro Seta belong to Nobuhiro watsuki. Omisaki, Ohana dan Nenek Udon its my chara..

Prolog:

Sojiro seta adalah pendekar pedang tercepat di Jepang dan terkuat di Juppongatana. Dia dijuluki Tenken dan dialah yang bertanggungjawab terhadap kematian perdana menteri jepang era Meiji, Toshimichi Okubo. Dengan senyum maut dan mata berkilat-kilat, ia mengayunkan pedangnya yang tajam dan panjang itu dengan kecepatan halilintar... namun sekarang setelah dua tahun Shishio meninggal. Dia melarikan diri dan menjadi buronan polisi. Dia... hilang. Legenda pemuda berkecepatan halilintar itu hilang bersamaan dengan runtuhnya benteng Hiei.

Bab 1 : Beauty and the Beat

Meiji 12, mei

Sojiro Seta ditemukan oleh sang pengarang di sebuah lembah di Tokkaido. Tokkaido di masa lalu hanyalah sebuah kampung kecil yang pemandangannya sangat indah. Sojiro tidak pernah berhenti mengagumi keindahan Tokkaido. Betapa tidak, di Tokkaido lah anda bisa menemukan pemandangan sungai, gunung dan lautan bersatu. Karena itulah meskipun sudah sebulan dia berada disini, dia belum beranjak mengembara lagi.

Sekarang ia tengah merebahkan dirinya pada kasur ilalang. Pohon-pohon rimbun tumbuh di dekatnya, menaunginya dari panas mentari dan di dekatnya ada sungai kecil yang mengalir. Bunyi Aliran sungai bercampur dengan nyanyian burung adalah lagu favorite Sojiro. Ia tidak pernah bosan mendengar paduan bunyi tersebut. Sojiro menyeka keringatnya. Hari mulai panas, sebentar lagi jam 11 siang sih.

"Apa aku sebaiknya tinggal disini saja ya? Di sini damai indah dan tenang,"senyum Sojiro. Ia berbicara pada burung-burung yang terbang rendah. "Tidak boleh! Aku sudah berjanji pada diriku untuk terus mengembara sampai menemukan rumah yang baru. Disini memang indah, tapi tanpa orang yang bisa kulindungi, disini bukan rumah, disini hanyalah tempat yang bagus.

Sraaaaak... sraaak... terdengar gesekkan ilalang beradu. Seseorang mendekat. Sojiro segera bangkit dari tidurnya. Siapa orang yang berada di ngarai siang siang begini, pasti orang nggak bener! Eh.. tunggu aku kan di ngarai sekarang, berarti aku juga orang yang nggak bener doong! Hahaha..

Sojiro mengendap-endap. Matanya akhirnya menemukan sosok orang itu. Dan mata besar Sojiro makin besar. Ia menemukan pemandangan yang paling indah se Tokaido. Ternyata orang itu adalah seorang gadis yang cantik. Cantiknya... alangkah cantiknya gadis ini, pikir Sojiro pada seorang wanita yang tengah menari seorang diri. Ia mengenakan kimono sifon merah muda dan tusuk konde bunga sakura. Dilihat dari ikatan obinya yang begitu sensual, sepertinya ia seorang geisha... seperti kak Yumi. Kulitnya begitu putih, rambutnya hitam sempurna, matanya berwarna hijau dan bibirnya begitu mungil. Bau parfum persik tercium dari setiap gerakannya.

Ia menari, bidadari surga yang turun ke bumi itu menari. Bidadari itu menari sambil terus menatap kebawah. Sojiro memandang sekeliling wanita, ternyata ada buku yang tergeletak di bawah gadis itu. Sojiro menatap buku itu, judul buku itu Kumpulan tarian Geisha. Oh... jadi gadis ini Geisha. Seorang Geisha yang sedang belajar.

Gadis itu mulai menyanyi.

"lembut indah suaramu

Seperti sungai ogawara...

Senyum simpul di bibirmu

Membuat hatiku membara.."

Gerakannya begitu indah, ditambah dengan suaranya yang lirih dan lembut. Ah... membuat Sojiro berhenti bernafas.

Sreek... tiba-tiba angin datang dan membuka tabir ilalang yang menghalangi Sojiro dengan gadis itu. Gadis itu membelalak, ia melihat Sojiro. Geisha itu baru sadar ada seseorang yang melihatnya. Sojiro yang merasa kehadirannya tidak dikehendaki langsung bangkit dari duduknya.

"Ma.. maaff... saya kebetulan saja berada disini,"senyum Sojiro namun gadis itu tidak tersenyum, hanya membelalak. "oh iya... tarianmu indah sekali... saya merasa bersyukur dapat melihatnya,"senyum Sojiro lagi. Tak ada suara. Gadis itu tetap membelalak.

Sojiro tersenyum, "kenalkan saya..." Sojiro beranjak kedekat wanita itu... namun wanita itu mundur. Dan pergi... Ia pergi dari hadapan Sojiro.

"Hei... hei... tunggu!"seru Sojiro namun wanita itu tetap pergi. Sejujurnya Sojiro bisa saja mengejarnya namun sepertinya wanita itu memang tidak ingin dikejar.

"Kenapa sih dia..."batin Sojiro. Meskipun begitu Sojiro tidak marah, tidak sedih yang ada hanya rasa penasaran. Karena dia cantik sekali.

Bersambung...