Disclaimer: Naruto miliknya Masashi Kishimoto. Saya hanya meminjam tokohnya saja xD
Pair: NaruHina
Genre: Friendship, Romance(?)
Rate: T
Warning: OOC, Typo mungkin bertebaran, dan masih banyak kekurangan lainnya.
A/N: Ini merupakan cerita pertama saya yang dipublish di ffn. Fic (atau lebih cocok disebut drabble kali ya? xD) ini murni hasil dari pemikiran saya sendiri. Jika ada kesamaan, mungkin itu hanyalah kebetulan yang tidak disengaja. Masih banyak kekurangan disini. Jadi, mohon kritik dan sarannya dari para senpai dan sensei. Dan bagi yang tidak menyukai cerita saya, bisa tekan tombol back. Hope you like it.
Happy reading…
Kemilau mentari sore menyinari sepasang manusia yang berdiri saling berhadapan. Sepasang amethyst dan saphire saling menatap lurus, seolah ingin menyelami pikiran.
"Hinata" suara berat menginstrupsi kegiatan mereka yang saling menatap. "Apa kau serius dengan perkataanmu tadi?" Naruto bertanya dengan lirih. Ingin memastikan sekali lagi, mungkin saja telinganya yang tak berfungsi dengan baik. Sepertinya setelah ini ia harus pergi memeriksakan telinganya ke dokter.
"H-ha'i. Aku serius Naruto-kun" detak jantung Hinata mulai menggila. Dia gugup, tentu saja. Apalagi setelah pernyataan gilanya tadi. Hinata, seorang Hinata Hyuuga baru saja mengungkapkan perasaan sukanya pada Naruto Uzumaki. Yang benar saja. Jika anggota keluarga Hyuuga mengetahuinya, habislah ia.
Naruto terkekeh pelan. "Ternyata benar ya" gumamnya pelan. Ia mengusap rambutnya pelan seraya mendongakkan kepala menatap langit yang mulai berubah warna. "Ma-maksudmu?" Hinata sedikit bingung dengan ucapan ambigu Naruto.
Kembali Naruto menatap Hinata lekat. Ditatap seperti itu membuat pipi bulat Hinata merona malu. Walau sudah agak gelap, tapi Naruto masih bisa melihat semburat merah muda tipis itu bertengger manis di pipi Hinata.
"Ternyata benar apa yang teman-teman katakan, Hinata. Kau memang menyukaimu" Naruto tersenyum lebar. Khas sekali. "Tapi..." Naruto menggantungkan kalimatnya. Ingin melihat reaksi Hinata seperti apa. Lucu sekali, wajahnya terlihat tidak santai sama sekali.
"Aku tidak bisa menjadi kekasihmu, Hinata. Gomenasai" sambung Naruto. Hinata terkejut dan 'sedikit' kecewa dengan jawaban Naruto, tapi hal ini sudah diprediksinya sejak awal.
"A-ah, tidak pa-pa aku mengerti" Hinata berusaha menampilkan senyuman terbaiknya. Tak dapat dipungkiri, air mata sedikit menggenang dipelupuk matanya. Sedih memang, tapi ini lebih baik. Asalkan Naruto sudah mengetahui perasaannya, Hinata bisa sedikit lega.
"Tapi, jika kau mau berusaha lebih keras lagi, mungkin aku bisa saja menyukaimu" Naruto memberikan senyuman lembutnya agar Hinata tidak terlalu sedih. "Kita bisa memulainya dengan menjadi teman, bukan?" Naruto mengulurkan tangannya ke arah Hinata.
Hinata mengusap sudut matanya yang berair. "Tentu saja" disambutnya uluran tangan Naruto. Terasa pas sekali, saat tangan besar nan hangat milik Naruto menggenggam tangan mungilnya. Setelah beberapa saat, mereka melepaskan tautan tangan.
"Ah, Hinata-chan sebaiknya kita pulang. Sekarang sudah hampir malam. Lihat?" Naruto menunjuk langit yang hampir gelap. Ternyata Naruto kembali pada mode cerewetnya. Bisa didengar ia menyebutkan sufiks 'chan' setelah menyebut nama Hinata. "Sampai bertemu besok di kelas Hinata-chan". Diusapnya kepala Hinata lembut, berusaha memberikan rasa nyaman pada gadis Hyuuga itu.
"Ha'i" jawab Hinata singkat sambil tersenyum. Setelah mendengar jawaban Hinata, mereka kini melangkah berlawanan arah. Diiringi daun momiji yang berguguran, yang menjadi saksi awal kisah kasih mereka berdua. Ini bukan akhir, ini merupakan awal yang indah. Mungkin, suatu hari nanti mereka akan dipersatukan dengan perasaan yang sama.
END
