Disclaimer: Assassination Classroom by Yuusei Matsui
Warning: AU, typo, OOC, BL. Don't Like, Don't Read! ;)
Summary: [KaruNagi] Sebenarnya aku juga menyukaimu. Tetapi aku lebih suka kamu berpasangan dengan cowok lain. Soalnya kamu punya tampang uke, dan aku ngeship-in kamu sama Karma Akabane.
XoXo-XoXo-XoXo
Uncharted Waters © Kiriya Diciannove
XoXo-XoXo-XoXo
Mentari bersinar dengan hangat. Langit biru tampak begitu cerah, disanding dengan kepingan awan-awan putih yang berarak pelan. Di bawah pohon Sakura yang bermekaran. Ini adalah saat yang tepat untuk menyatakan perasaan.
"Sebenarnya aku juga menyukaimu," jeda sejenak dari sang perempuan bersuara manis dan lembut. Wajah tidak tersorot karena fokus terarah close up pada Nagisa Shiota yang doki-doki menanti jawaban.
"Tetapi aku lebih suka kamu berpasangan dengan cowok lain. Soalnya kamu punya tampang uke, dan aku ngeship-in kamu sama Akabane Karma."
Pranggg…
Apakah kamu mendengarnya?
Suara hati yang pecah berkeping-keping.
Di tolak perempuan dengan cara seperti ini…
Luar biasa mengenaskan.
Nagisa baru tahu gadis manis yang disukainya itu memiliki pikiran tidak normal, dan ingin dirinya menjadi abnormal juga.
[Uncharted Waters]
"Huahahaha, biasanya para perempuan akan berkata, 'Maaf, kamu terlalu baik buat aku, kita temenan aja ya,' tapi ini… hahaha…" Maehara tertawa terbahak, memukul-mukul meja begitu mendengarkan curhatan sang teman sekelas. Tampak jelas mengabaikan Nagisa yang merasa hampa mendaratkan dagunya di meja yang sama.
"Semacam ada tulisan di muka Nagisa kalau dia tuh pantas di jadiin uke gitu," Maehara kembali ngakak. "Kenapa nggak bilang kamu lebih manis dari aku, aku tidak mau pacar yang seperti itu—"
Sugino menggeplak kepala Maehara, membuat kata 'Ow!' pelan keluar dari mulut remaja ber-title player itu.
"Peka sedikit dengan perasaan teman kita. Dia baru saja ditolak anak perempuan yang disukainya sejak penerimaan murid baru kelas satu secara mengenaskan."
—meskipun dalam batinnya, Sugino mengiyakan ucapan Maehara.
"Sugino-kun, kata-kata itu juga menusuk hatiku," ujar Nagisa, menatapnya dengan puppy eyes.
Sugino berdehem pelan, berusaha tidak terpengaruh pada tatapan minta dikarungin itu, "Ya maaf Nagisa, tapi memang kejadian yang menimpamu itu mengenaskan."
"Sudah deh, perempuan lain masih banyak kok, yang suka cowok imut seperti kamu kan banyak, pilih aja," Maehara berujar dengan santai.
Nagisa tampak tidak terima dengan ucapan Maehara. Memangnya menyukai seseorang itu sangat mudah? Mengumpulkan niat dan tekad yang kuat untuk menyampaikan cinta tidak butuh keberanian?
"Mudah sekali kamu ngomongnya begitu. Memangnya mereka kumpulan ikan berenang di laut apa, tinggal di pancing dapat."
Sugino mengangkat tangannya, "Fyi, mancing itu gak gampang lho—"
Maehara mengarahkan jari telunjuknya ke kiri dan ke kanan, "Sebelas dua belas. Tapi jangan samain cewek dengan ikan dong."
Sugino terabaikan—
"Itu hanya peribaratan. Aku juga mana mau pacaran sama ikan."
Kalau sama gurita kuning sih, bisa mikir-mikir dulu—
"Sekalipun itu ikan duyung yang cantik jelita?" Maehara memasang wajah serius.
"Sekalipun itu—" jeda sejenak dari Nagisa, "Yang cantik itu putri duyung, bukan ikan duyung."
Dia kira ini legenda tentang Danau Toba atau Ariel si mermaid ada di fandom mereka? Hampir saja dia terkecoh ucapan dari Maehara. Heh.
Pemuda bersurai light brown itu menerawang, "Cewek itu… ibarat bunga yang sedang mekar, menunggu kumbang hinggap dan menghisap madunya, membuahi—"
Dahi Sugino berkerut, kedua tangannya terlipat, "Maehara, kamu kenapa mesum begitu? Ketularan Okajima ya?"
(dari jauh Okajima berseru, 'Oi! Jangan fitnah!')
Maehara yang berdiri dengan kedua tangan yang direntangkan sambil bicara tentang peribaratan itu menoleh pada Sugino, menatapnya dengan kesan inosen,"…kok mesum?"
"Pembuahan itu apa coba, kalau dibuahin nanti kan berisi, kalau berisi, kamu siap untuk bertanggung jawab? Mampu kamu memberikan nafkah? Sanggup kamu menjaganya baik dalam suka maupun duka hingga maut memisahkan?" Sugino menanggapinya dengan begitu serius.
Maehara menepuk kepalanya, "Oke, pikiran kamu juga yang kemana. Masih anak SMA nyaris cabe-cabean masa mikirin nikah."
"Nikah gak dipikirin, tapi kawinnya iya, kan?"
"Hehe…"
"Jangan hanya senangnya saja yang dipikirkan, jadi laki-laki itu mesti bertanggung jawab. Sebelum berbuat, harusnya dipikirkan dulu apa akibatnya, nanti ribet," Sugino menepuk bahu Maehara dengan tatapan simpati.
Beberapa murid memperhatikan Maehara dengan pandangan datar. Seakan penilaian tentang kualitas pemuda itu semakin menurun karena kelakuannya. Bisa-bisanya Maehara seperti itu.
Maehara sweatdrop, "Woi, aku nggak ngehamilin anak orang. Jangan bikin fitnah."
"Hei…. pikiran kalian kemana-mana sih, gak tahu apa temen yang disini hatinya masih remuk redam karena ditolak," Ucap Nagisa setengah merajuk, "Kalian malah membahas perkembang biakan bunga."
"Loh, meskipun gadis manis kelas 2-C itu menolakmu, masih banyak kok yang mau sama kamu. Kamu kan cowok imut dengan senyum ramah. Misalnya Yuuji-kun," Sugino tersenyum lebar.
"Gadis manis kelas 2-C itu bukan jodoh kamu berarti. Coba lain kali. Semoga beruntung," Maehara mengacungkan jempolnya.
"Kamu pikir ini acara undian? Pakai coba lain kali, semoga beruntung. Kata cowok imut itu tidak akan membuat hatiku lebih baik. Dan Sugino-kun, kenapa kau malah menyebut nama Yuuji-kun?"
Aing laki, bruh. Kenapa tidak menyebutkan nama Kayano atau Nakamura, begitu?
Mereka kandidat cewek yang cukup dekat dengan Nagisa.
Sugino mengupas sebungkus permen rasa strawberry, "Makan ini. Biar tahu kalau rasa hidup itu kadang manis, kadang asem," ujarnya sambil memasukkan permen berwarna marun itu ke mulut Nagisa, sang korban patah hati hanya pasrah saja karena sedang galau dan lapar.
"Harusnya kamu kasih rasa jahe aja, biar hatinya yang patah-patah jadi hangat."
"Gak punya, semua yang aku beli, satu pack rasa strawberry," sahut Sugino.
Maehara menadahkan tangannya.
"Maaf, itu tadi permen terakhir," ujar Sugino kalem.
Mehara kecewa karena tidak mendapatkan permen cuma-cuma. Sugino pilih kasih. Jahat!
"Hidup kamu flat bener kalau cuman ada rasa strawberry," Maehara berkomentar dengan wajah cemberut, dia kemudian memfokuskan pandangan ke arah orang yang terlihat melewati kelas mereka. Seseorang yang baru saja datang ke kelas. "Ngomong-ngomong… kayaknya sih emang serasi."
"Apaan yang terasi?" Tanya Nagisa bingung.
Sejak kapan mereka membahas bumbu dapur?
"Aku bilang serasi."
"Apa yang serasi?"
"Itu lho, kamu dipasangin sama Karma." Ucap Maehara, "Dia rada-rada cakep, kamu rada-rada imut, dia tinggi, kamu pendek, manis, unyu—"
Smack.
Sebuah pukulan sekejap tepat mendarat di perut.
Maehara lupa kalau Nagisa sedang sensi sekarang, ditambah mood-nya yang berantakan.
"Lagipula, kalian memang dekat saat dia masuk sebagai murid pindahan saat semester satu," ujar Maehara sambil mengelus-elus perutnya yang kena tonjok.
"Itu karena tempat duduk kami berdekatan saat semester satu, selain itu juga karena sensei memintaku untuk mengenalkan area sekolah kepadanya. Setelahnya akrab banget juga nggak deh, " Nagisa menjelaskan, "Lagipula, kalaupun sama cowok, mending aku pilih Sugino. Atau mungkin Isogai-kun. Karasuma-sensei juga keren."
Sugino mengelus dagunya. "Hmm… aku sih juga gak masalah kalau sama Nagisa. Soalnya memang harus diakui, Nagisa cukup manis."
"A—aku tidak semanis itu!"
Ini tidak adil, kenapa Sugino tidak ditonjok setelah melontarkan kata manis?!
"Heh? Sama Sugino? Yang ada kalau berantem kalian saling timpuk bola kasti—"
"Tapi ngomong-ngomong, kamu gak serius kan Nagisa?" Sugino bertanya dengan ekspresi biasanya, jelas dia berpikir kalau ucapan Nagisa tidak serius. Benar kan?
Nagisa mengarahkan pandangan pada Sugino. Sugino masih menatapnya, menunggu jawaban.
Hening beberapa saat.
Nagisa menunduk pelan sambil memainkan jemari tangannya, "G—gak juga sih. Aku tidak begitu yakin dengan hubungan seperti itu. Lagipula aku masih suka cewek manis."
"Aku lebih suka cewek cantik dan lembut sih. Seperti Kanzaki…" Sahut Sugino malu-malu seraya menggaruk pelan pipinya.
Akhirnya Nagisa dan Sugino menjadi teman baik selamanya.
Tamat.
"Kalau aku suka cewek apa adanya, tapi seksi seperti Bitch-sensei juga boleh. Yada juga oke banget, Kurahashi manis juga sih, Kayano… lumayanlah… walau pettan sih. Tapi pegunungan memang lebih menarik untuk dijelajahi."
Maehara menghentikan acara pandang memandang teman-teman bergender perempuan di kelasnya itu. Karena tampaknya sinar laser akan keluar dari mata Okano. Setelah itu, layaknya burung pipit, Maehara mulai berkicau tentang cewek manis kelas sebelah yang sepertinya tertarik padanya dan menu sarapannya yang tadi pagi dia makan. Telur mata sapi setengah gosong dan roti isi yang masa kadaluwarsanya sudah lewat tiga hari lagi.
Nagisa mengarahkan pandangannya lurus ke depan. Menatap orang yang baru saja tampak memasuki kelas dan duduk dengan kaki menyilang di atas meja, memainkan ponsel seperti biasanya.
Karma Akabane; murid pindahan yang masuk saat semester satu sudah berjalan lima bulan. Duduk bersebelahan dengannya waktu itu. Tapi karena sekarang sudah semester dua dan tempat duduk mengalami shuffle, mereka tidak lagi duduk bersebelahan.
Orangnya memang kelihatan inosen dari luar, tapi karakteristik aslinya—menurut rumor yang beredar— dia adalah sosok yang suka iseng dan membully, memiliki sebutan alias yaitu titisan setan. Selain itu, meskipun berat—harus diakui, kalau sosok bersurai merah ini menang dalam bentuk fisik dan wajah yang cukup oke. Berbakat dalam bidang atletik maupun akademik walau sering mangkir dari jam pelajaran. Kalau Nagisa sendiri sih, biasa saja. (Dia tidak sadar diri dengan penampilan rambutnya yang diikat dua dan wajah manis murah senyum membuat gendernya diragukan).
Jadi bagaimana bisa dia disebut serasi bersama Karma?
Serasi itu untuk cowok tampan – cewek cantik, kan? Nah! Mereka kan sama-sama cowok.
Dia dan Karma hanya berada dalam zona pertemanan kok. (friendzone?)
Tanpa sengaja matanya bertemu pandang dengan sosok yang sedang dia pikirkan. Iris gold bertemu dengan netra azure-nya. Karma tampak menatapnya dengan kalem. Namun Nagisa segera melirikkan mata ke arah lain.
Peduli amat lah.
Untuk apa memikirkan perkataan Maehara tadi dengan serius.
Nagisa menumpu dagunya dengan tangan kiri, mengarahkan pandangannya keluar jendela. Tempat duduk strategis untuk pemeran utama dalam anime.
Cerah. Sama seperti kemarin, saat cintanya kandas.
Ditolak kan bukan berarti dunia bakal kiamat.
'Heeh, dia ditolak~'
Karma menatapnya penuh minat. Dengan seringai tentu saja.
XoXo-XoXo-XoXo
[tbc]
XoXo-XoXo-XoXo
a/n: this is karunagi ff desu.
Kalteng, 06/04/2017
-Kirea-
Mind to review? :)
