Kerajaan Dorminotory adalah kerajaan terkuat dimasanya. Namun enam belas tahun yang lalu kerajaan tersebut lenyap tanpa bekas. Kerajaan dengan makhluk yang memiliki kekuatan magis dan inteligensi tertinggi itu hilang dalam peta kerajaan dunia lain. Bahkan putri tunggal yang merupakan kunci menghilangnya kerajaan tersebut hingga kini masih belum ditemukan. Entah masih hidup atau telah meninggalkan dunia ini.


My Angel

Disclaimer:

Masashi Kishimoto

Pair:

ItaIno slight SaiIno

Rated: T

Genre:

Romance Fantasy

Warning:

sedikit OOC maybe, AU, Typo, Gaje,

alur sedikit cepat, EYD yang cukup berantakan

Don't Like Don't Read


.

Bumi tahun 20xx

Seorang gadis berambut pirang panjang sepinggang tengah duduk di sebuah taman. Konoha Park. Itu yang tertulis di gerbang pintu masuk, yang sedari tadi ditatapnya. Menunggu seseorang yang telah ditunggunya sejak tadi. Mata aquamarinenya melirik jam di pergelangan tangan kanannya. Pukul 18.00, itu berarti sudah hampir tiga jam gadis tersebut berada di taman sendirian. Orang-orang yang mulanya ramai berada di taman, mulai beranjak pulang, meninggalkan dirinya sendiri. Bahkan matahari yang dari tadi menemaninya pun mulai berangsur hilang meninggalkan jejak kemerahan di ujung ufuk langit. Tapi senyuman masih merekah di bibirnya. Hatinya yang sedang penuh cinta tak akan terkalahkan hanya dengan hal kecil begini.

Trrrr..trrrr… suara Handphone yang bergetar mengalihkan pandangannya pada titik di sana dan beralih pada benda disampingnya. Gadis pirang itu lalu mengambil Handphone yang berada di dalam tas ungunya. Handphone model flip berwarna ungu muda itu terus bergetar dan berkedip menandakan adanya panggilan masuk.

"Ya, Ino di sini siapa?" jawabnya saat melihat hanya ada nomor di display handphonenya.

"Ino, cepat ke rumah sakit. Sai kecelakaan." kata suara seseorang dari handphonenya

"Tidak! Itu tidak mungkin!" bantah Ino cepat

"…"

"Sai berjanji akan menemuiku di sini. Kau bohong," sanggah Ino tak percaya. Air mata sudah berkumpul di sudut matanya.

"Aku tidak berbohong, Ino, kalau kau tidak percaya datang saja ke Rumah Sakit Konoha." ucap suara di ujung sana lagi.

"Keadaanya kritis," tambahnya lagi

Brak. Handphone itu hanya meluncur manis dan hancur berantakan. Air mata segera mengalir di pipinya yang berwarna putih porselen itu.

"Tidak…ti—dak mungkin, itu pasti hanya bercanda. SAIIIIII!" Gadis yang bernama Ino itu hanya berteriak histeris. Mengetahui orang yang sedari tadi ditunggunya ternyata mengalami kecelakaan. Seseorang yang sangat dicintainya. Padahal ini adalah kencan pertama didalam hidupnya. Bersama seorang kekasih yang baru pertama kali dicintainya di dalam enam belas tahun hidupnya. Bahkan kisah cinta itu baru berjalan tak sampai seminggu.

Tanah itu masih basah. Bahkan langit pun ikut menangis atas kepergian seseorang di dalam sana. Menyisakkan duka dan luka bagi orang yang ditinggalkan. Namun langit menurunkan hujan bukan hanya sekedar menyirami bumi, namun membasahi tubuh dan pikiran tiap orang membawa setiap jejak luka yang dilaluinya.

Ino masih terduduk lemah dihadapan sebuah makam seseorang yang baru saja pergi. Pergi membawa setengah hati dan nyawanya.

R.I.P

Uchiha Sai

Lahir 19xx

Meninggal 20xx

Ternyata nyawa Sai tak tertolong. Saat Ino baru sampai ke rumah sakit. Nyawa Sai baru saja berpisah dari raganya pergi ke alam yang lebih abadi. Meninggakan kefanaan dunia ini.

"Ino, sebaiknya kita pulang. Ya" bujuk seorang gadis berambut merah muda sebahu. Haruno Sakura, sahabat baik Ino.

"Sai…kenapa kau tinggalkanku sendiri? Bahkan sekarang tak ada seseorang pun disisiku. Semuanya telah pergi, Sai…. Pergi meninggalkanku." Air mata terus saja mengalir dari mata aquamarine itu. Sakura yang melihat sahabat baiknya itu hancur hatinya miris, dengan menguatkan hatinya untuk menjaga Ino kali ini sampai seseorang datang menggantikan sosok Sai yang telah pergi, karena tak pernah dilihatnya Ino serapuh ini. Tak pernah. Bahkan saat keluarga Ino kecelakaan tahun lalu.

"Sakura, kenapa semua pergi? Kenapa?" racau Ino tak jelas. Matanya yang tampak membengkak akibat menangis sejak kemarin. Wajahnya kusut, bahkan senyum yang biasa terhias di wajah gadis yang memiliki postur bak boneka itu tak tampak. Hanya kesedihan mendalam terukir jelas.

Sakura mengeratkan pelukannya."Aku ada di sini Ino bersamamu sampai takdir kembali mempertemukanmu kembali dengan sosok sejati pangeran cintamu." ujar Sakura tulus sembari menarik tangan Ino berdiri.

"Tidak mungkin Sakura. Sai telah membawa semuanya. Semua perasaan cintaku. Bahkan nyawaku. Aku hanyalah boneka tak bernyawa."

"Tidak, Sai mungkin membawanya Ino, tapi dia tak akan pernah mau melihatmu terpuruk. Sai pasti selalu mendo'akan kebahagianmu Ino. Walau dari tempat yang jauh. Percayalah Sai akan tetap hidup. Hidup di dalam hatimu. Hidup di dalam kenangan orang yang selalu mengingatnya." ujar Sakura tulus, teriring do'a yang begitu dalam terhadap sahabat yang selalu menemaninya selama ini.

Ino menghapus air matanya. Dia ingin kuat. Dia ingin Sai tersenyum melihatnya di sana, melihatnya berdiri tegak tanpa tangisan. Karena dia tahu Sai tak akan suka melihanya terpuruk. Sedikit lengkungan tipis di bibir Ino terbentuk. Dia bersyukur sahabatnya, Sakura di sini.

"Terima kasih Sakura." Ino lalu duduk di hadapan makam Sai dikatupnya kedua tangannya sembari mulai berkata." Sai aku janji. Aku tak akan menangis lagi. Aku akan hidup bahagia. Aku akan berusaha menggapai mimpi dan kebahagiannku apapun yang terjadi terhadap takdirku. Terima kasih Sai, walau hanya sesaat aku tak akan melupakannya. Kau akan hidup di sini—di hatiku—selamanya di dalam ingatanku. Selamat tinggal Sai. Arigatou" Ino menunduk sesaat, kemudian menampilkan senyumannya. Dia ingin Sai melihatnya tersenyum bukan menangis.

"Ayo pulang Sakura."

"Ya." Sakura tersenyum melihat ketegaran Ino. Kehilangan sesuatu bukanlah perkara yang sepele. Apalagi kehilangan orang yang kau sayangi sejak lama. Dunia bagaikan runtuh di kepalamu. Tak ada lagi kehangatan yang awalnya menyelimutimu. Tak ada kasih sayang yang biasa mengalir di hatimu. Semua menghilang. Tapi kehadiran orang-orang disekitamu bukan alasanmu mengacuhkan semua perhatian mereka. Selama ada kasih sayang hatimu akan berpondasi dengan tegak menghadapi apapun itu. Percayalah.

"Bahagialah Ino." sesosok bayangan pemuda yang berdiri di sana pun lenyap, menghilang bersama angin.

.


.

Sudah seminggu berlalu sejak saat itu. Ino sudah kembali bisa tersenyum walau masih sedikit kaku.

"Ino-chan..mau kue buatanku tidak? Siapa tahu bisa membuat Ino-chan bersemangat," ujar Hinata. Gadis berambut indigo ini juga salah satu sahabat Ino.

"Tentu saja, Hinata kue buatanmu itu yang terlezat kau tahu kau bisa jadi calon istri yang baik nanti," kata Ino seraya menggoda Hinata, dan berhasil wajah Hinata bersemu merah mendengarnya.

"E—to…." Hinata tak bisa berkata apa-apa. Sahabat Ino yang satu lagi ini benar-benar pemalu.

"Kau menjahili hinata lagi, Ino?" tanya seorang gadis berambut pirang dengan empat kunciran, kelihatannya dia datang bersama Sakura.

"Itu sudah biasa Temari. Hey, Ino kalau kau makan sebanyak itu bisa-bisa berat badanmu naik lo?" tambah Sakura melihat kotak kue Hinata hampir habis.

"Akh! Aku lupa. Bagaimana ini Sakura, ah! Hinata kau harus bertanggung jawab," rajuk Ino manja.

"Itu bukan salah Hinata, Ino." ujar Temari memukul kepala Ino dengan buku yang dipegangnya. "Kau saja yang mulai rakus, sampai tidak menyisakan untuk kami. Hah dasar."

"Ah…ha..ha..aku lupa Temari. Kue Hinata hari ini enak sekali. " jawab Ino santai. "Ah tapi pokoknya kau harus membantuku diet Hinata." Yang disambut anggukan pasrah Hinata dan teriakan 'yes'Ino serta tertawaan Sakura dan Temari yang melihat kepasrahan Hinata.

Sakura, Hinata, Temari tersenyum senang melihat Ino sudah tak bersedih lagi. Mereka berempat sudah berteman baik sejak smp hingga kini duduk di kelas satu sma. Tapi Ino sudah mengenal Sakura sejak kecil, kemudian pindah dan bertemu lagi di smp.

"Hey, Temari kudengar kau ditembak anak smp ya tadi pagi?" tiba-tiba Sakura bertanya pada Temari. Sambil tangannya mencomot kue terakhir yang tersisa dan mengunyahnya pelan.

Sepertinya pertanyaan Sakura memancing rasa penasaran Ino dan Hinata. Saat ini ketiganya memandang Temari lekat. Meminta konfirmasi langsung.

Ditatap langsung dengan tiga pasang mata begitu membuat Temari menelan ludahnya. Bagai pencuri yang tertangkap basah mencuri dan sedang diiterogasi. "Hanya gosip-gosip kok Sakura, haha." Temari hanya tertawa ringan menjawab pertanyaan ketiga sahabatnya. 'Sial kenapa mereka cepat sekali tahu?' Ternyata jawaban Temari pada Sakura dkk hanya kebohongan.

Tapi ternyata ketiganya mengetahui hal itu.

"Jangan berbohong Temari. Wajah sudah merah begitu dimananya yang gosip?" tanya Ino curiga.

"Itu..benar Temari-chan…kenapa tidak jujur..saja?" tambah Hinata lagi yang membuat keringat Temari bertambah banyak.

"Ma..ma..mana aku tahu!" teriak Temari seraya berlari keluar kelas. Meninggalkan sahabatnya yang terpana melihat kecepatan Temari yang bagaikan angin.

"Dasar tidak bisa jujur," hela Sakura.

"Kau tahu siapa orangnya Sakura?" tanya Ino menatap Sakura yang sedang menutup kotak kue Hinata dan menyerahkannya pada Hinata.

"Nara Shikamaru. Kelas tiga smp sebelah. Kalau aku tidak salah." jelas Sakura seraya duduk di tempatnya kemudian.

"Lebih muda dari Temari?"

"Kurasa…tidak apa…juga..Ino-chan..bukannya bentuk..cinta ..kan..bermacam-macam" ucap Hinata.

"Kau benar. Hinata."Jawab Ino seraya menerawang jauh ke sana. Mengingat cintanya yang menghilang beberapa waktu yang lalu. Cinta pertama yang tak akan pernah mati. Cintanya pada Sai.

Bulan yang tengah bersinar itu benar-benar indah. Ino berdiri dibalik dinding apartemennya. Pemadangan di bawah sana begitu indah, cahaya lampu dari setiap gedung membentuk apresiasi tersendiri. Berkelip bagai membentuk gugusan bintang yang indah. Bersyukur apartemen Ino berada di ketinggian yang cukup membuatnya bisa menikmati keindahan ini. Matanya kemudian beralih menatap jauh keatas langit malam yang begitu tenang seakan ada seseorang yang dirindukannya tengah menatapnya.

"Apa kau bahagia di sana, Sai?" tanyanya yang tak akan dijawab siapa pun mengingat Ino hanya tinggal sendiri di apartemennya. Senyuman tipis tersungging di bibir tipisnya. Aquamarine itu kembali menatap langit berbintang yang begitu indah. Seakan tak ingin kalah dengan pemandangan kota di bawahnya.

Matanya perlahan tertutup dan merasakan angin malam yang berhembus memainkan rambut panjangnya yang terurai. Rambut pirang itu menari riang mengikuti setiap gerakan angin yang membimbingnya. Berdansa bersama.

"Kuharap kau bahagia di sana, Sai." Ino berucap pelan sembari meremas kecil benda yang tergantung dibalik tangannya. Benda kenangan yang melingkar di lehernya.

Tiba-tiba Ino merasakan hawa seseorang yang tak biasa, hawa yang terlalu pekat. Ino tidaklah memiliki penglihatan khusus hanya bisa merasakannya.

Matanya membuka dan menatap ke atap sebuah gedung yang tak jauh dari tempatnya. Sekilas bayangan orang berdiri di sana. Walau tak yakin jumlahnya lebih dari satu orang.

"Mungkin hanya salah lihat." Ino lalu berlalu ke dalam. Mengingat udara yang semakin kuat berhembus. Tanpa diketahuinya ketiga pasang mata disana masih menatapnya tajam.

"Sepertinya kita sudah menemukannya bukan, Nii-san," tanya seseorang berambut raven.

"Kali ini tidak salah lagikan Itachi-nii? Aku sudah lelah harus melewati dimensi waktu teru-terusan," ucap seseorang lagi yang keliatannya sebaya dengan sirambut raven. Pemuda berambut pirang jabrik itu sambil memanyunkan bibirnya. Kesal.

Pemuda yang dari tadi dipanggil Nii-san dan Itachi-nii itu masih terdiam. Mata hitamnya masih berada di apartemen gadis yang sudah beranjak ke kamarnya sejak tadi.

"Itachi-nii!"teriak sirambut jabrik lagi. Kelihatannya dia kesal diacuhkan dari tadi.

"Besok kita pastikan. Sekarang lebih baik kita kembali dulu" Akhirnya pemuda yang dipanggil sedari tadi itu bicara. Dilihat dari postur tubuhnya kelihatannya dialah yang paling tua diantara mereka.

"Baik Nii-san/Itachi-nii," jawab keduanya bersamaan.

Byash. Sepasang sayap muncul di punggung masing-masing makhluk yang sepertinya bukan manusia itu walau rupa mereka tak bisa dibedakan dengan manusia. Dua pasang sayap putih dan sepasang sayap hitam itu membelah kegelapan malam. Mereka terbang meninggalkan seorang gadis yang tengah terlelap dalam tidurnya dengan meneteskan air mata tanpa disadarinya. "Sai, aku merindukanmu."

.


*Based of Manga Angel Hunt milik Obayashi Miyuki sensei.

Tapi gak bakalan seratus persen sama minna banyak perubahan yang disesuaikan dengan keinginan Mizu^^


Okey nich Mizu persembahan ItaIno pertama Mizu Haha..fict gaje baru lagi..padahal fict 'MoL' adja belum diselesaikan.

Tapi mau bagaimana lagi minna-san, tangannya Mizu gatal banget pengen ngetik.

Di chap ini belum kelihatan ItaInonya ini hanya basic untuk kelangsungan ceritanya.

Mungkin di chap depan Mizu usahain ItaInonya muncul

Gomen sepertinya kemarin batas fict gak muncul dan Mizu gak ngecek ulang, mudah-mudahan kali ini lebih baik.

Okey.

Salam manis

Sabaku'Mizu'Akumu