FOR ONE DAY

Cast : YUNJAE and other

Rate : T

Disclaimer : YUNJAE bukan milik saya T^T tapi cerita ini milik saya

Warning! : GS for Uke! Cerita pasaran, OOC (maybe), miss typo, alur kecepetan, judul ga nyambung sama isi

A/N : Hallooooow :3 i'm back! Aku datang membawakan ff baru /Jeng Jeng (backsound)/ tolong jangan timpuk saya karna ff yang satunya belom kelar /,\ sebelum memulai, ekhem(?) aku mau ngucapin HAPPY BIRTHDAY uri umma dan appa :* moga tambah cantik dan tampan , kariernya makin sukses neee? :D Kkkk~ ah, banyak bacot! Yosh! Silahkan dibaca~

DON'T LIKE DON'T READ

Happy reading *^^*

.

.

.

"Yunnie~!"

"Mian Boo, aku ada urusan,"

Selalu seperti itu selama beberapa hari ini. Setelah mengucapkan empat kata itu, Yunho bergegas pergi meninggalkannya. Menghindarinya? Entahlah..

"Diacuhkan lagi? kasihan kau Kim Jaejoong," sebuah ejekan datang dari arah belakang. Tanpa berbalik pun yeoja ini sudah tahu siapa yang melontarkannya.

"Diam kau, Go Ahra!" desis Jaejoong. Bukannya diam, Ahra justru tertawa mengejek diiringi antek-anteknya.

"Sekedar memperingatkanmu, mungkin saja Yunho oppa sudah bosan denganmu. Haha," Jaejoong menggigit bibirnya mendengar perkataan Ahra. Sedikit banyak ia terpengaruh perkataan Ahra. Ingatannya berputar saat ia mengejar-ngejar Yunho dulu, dianggap penganggu oleh Yunho, Yunho juga menyebutnya 'setan kecil yang berisik' karena Jaejoong yang selalu berisik di sekitarnya bahkan ketika berada di perpustakaan sehingga ia harus rela di usir penjaga perpustakaan.

[Flashback]

(backsound : Soyou – Should I confess? )

"Yunnie~ saranghae!"

Pernyataan itu sontak membuat seorang namja bermata musang menghentikan kegiatannya dan bergegas keluar kelas. Terlihat semua siswa berkumpul di lapangan, memperhatikan seorang yeoja cantik yang tengah berdiri menghadap kelas Yunho –namja bermata musang itu.

Yeoja itu kembali memekik tertahan tatkala pujaan hatinya sudah berada di depannya. Memandangkannya seperti biasa, dengan tatapan datarnya. Ia tersenyum ceria pada Yunho, walau dibalas Yunho dengan tatapan yang seakan mengatakan 'kenapa-kau-senekat-ini?'.

Yunho merendahkan tubuhnya sejajar dengan yeoja itu –Jaejoong, mengulas senyum tipisnya yang membuat dada Jaejoong semakin bergemuruh, lihatlah sekarang mukanya memerah. Refleks ia mundur beberapa langkah saat Yunho mendekatkan wajahnya.

"A-apa yang Yu-Yunnie lakukan?" tanya Jaejoong gugup. Yunho berjalan semakin mendekat, mengangkat tangannya ke arah wajah yeoja di hadapannya. Semua yang menonton menerka-nerka apa yang akan dilakukan oleh Yunho terhadap Jaejoong, mengusap lembut pipinya? Seperti yang ada di drama-drama biasanya, atau mengusap kepalanya? Entahlah...

Semuanya masih menunggu tindakan Yunho selanjutnya, tak tekecuali Jaejoong. Selain sibuk menebak apa yang dilakukan oleh Yunho-nya, ia juga sibuk menetralkan wajahnya merah. Sampai–

Ctak

–Yunho menyentil kening Jaejoong, membuat yeoja itu meringis sambil mengusap keningnya yang menjadi korban sentilan Yunho yang tak bisa disebut pelan itu.

"Ya! kenapa Yunnie menyentilku?" poutnya imut. Entah sadar atau tidak, rona merah yang cukup samar menghiasi pipi Yunho saat ia melihat bibir cherry yang terpout itu.

"Yunnie menolakku?" tanyanya saat Yunho hanya diam tak menjawab pernyataan cintanya yang kesekian kalinya. Yang ditanya hanya diam, tak mengangguk ataupun menggeleng.

'Aku bahkan tak ingat berapa kali kau menolakku,' batinnya cairan bening lolos dari matanya, lekas ia hapus cairan itu dan memasang senyum terbaiknya –walau terkesan terpaksa.

"Gwaenchana, Yun.." ia berbalik, bersiap untuk meninggalkan tempat itu. Namun, sedetik kemudian ia berlari menuju Yunho dan mengecup sekilas pipi namja Jung itu, dan lekas berlari meninggalkan Yunho yang masih shock atas tindakannya barusan.

"Aku tak akan menyerah Jung Yunho! Akan kubuat kau jatuh cinta padaku!" teriaknya penuh semangat dengan tangan membentuk love sign.

. . .

Rupanya ucapan Jaejoong saat itu bukan main-main, terbukti selama seminggu ini ia terus mengekori Yunho kemana saja, menyatakan perasaannya hampir setiap saat. Ia juga memasakkan bekal untuk namja Jung itu, yang akan diterima senang hati oleh Yunho karena bisa menghemat uang jajannya yang tak seberapa.

Ya, Yunho hanyalah murid beasiswa yang beruntung bisa mengenyam pendidikan di Shinki High school. Sedari kecil ia tinggal di panti asuhan karena orang tuanya telah meninggal sejak ia berumur 8 tahun. Namun sekarang ia tinggal sendiri di flat-nya dan bekerja paruh waktu untuk menghidupi dirinya sendiri.

Satu hal yang tak diketahui oleh Jaejoong. Yunho sebenarnya sudah membalas perasaannya sejak lama, tepatnya saat keduanya masih kelas X. Strata keduanya lah yang membuat Yunho enggan mengungkapkan perasaannya. Dulu, ia bisa menahan rasa ingin memiliki yeoja Kim itu, tapi sekarang? Yunho tak berani menjamin, ditambah lagi Jaejoong yang selalu mengekorinya kemanapun ia pergi.

"Hhhh~ bisakah kau berhenti mengikutiku?"

Jaejoong tersenyum, lalu menggeleng. "Ani!"

"Apa yang kau inginkan?"

"Tentu saja menjadi yeojachingu Yunnie," jawabnya ringan.

"Apa yang sedang kau pertaruhkan?" tanya Yunho tajam.

Yeoja itu memiringkan kepalanya, "Maksud Yunnie?" tanyanya tak mengerti.

"Apa aku sedang menjadi bahan taruhan antara kau dan teman-temanmu? Barang apa yang kau pertaruhkan? Cincin? Tas limited edition? Atau parfum keluaran terbaru? Apa eoh? Jawab aku.." tanya Yunho panjang lebar.

Air muka Jaejoong berubah, tatapannya menjadi dingin. "Asal kau tahu, aku tak pernah melakukan taruhan dengan siapapun," balasnya singkat dan dingin, dibalik nada dinginnya tersirat rasa kecewa yang cukup besar. Siapa yang tak kecewa jika usahanya hanya ditanggapi dingin oleh sang pujaan hati, dan sekarang? Namja yang ia cintai menuduhnya –secara tak langsung– apa yang ia lakukan selama ini hanya taruhan konyol dengan teman-temannya.

. . .

Beberapa hari sudah berlalu sejak hari itu, selama itu pula Yunho merasa kehilangan. Tak ada lagi yang membawakannya bekal untuknya, dan itu berarti ia harus rela makan di kantin sekolah. Makanan di kantin sekolah tidaklah seenak makanan buatan Jaejoong, harganya mahal pula. Inilah yang membuat Yunho enggan makan di kantin, selain rasanya tidak pas di lidahnya, ia juga menghemat uang.

Merindukan makanan yeoja cantik itu bukan berarti ia tak merindukan sosok yang memasakkan bekal untuknya itu. Ia merindukannya –sangat. Entah sadar atau tidak, setiap kelas Jaejoong mengadakan olahraga di lapangan, mata Yunho secara otomatis mengamati pergerakan Jaejoong. Seperti sekarang, bukannya mendengarkan penjelasan dari Lee songsaengnim, ia malah asik memperhatikan yeojanya.

pluk

Sebuah gumpalan kertas mengenai kepalanya, ia mengernyit bingung dan memperhatikan seisi kelas. Semuanya terlihat tengah menyimak dengan seksama –mungkin juga tidak– penjelasan dari Lee songsaengnim.

Well, setidaknya itu yang ia dapatkan sampai matanya menemukan seseorang yang ia yakini pelaku pelemparan. Seorang namja berpipi chubby dengan dahi yang lumayan lebar tengah memberikan cengirannya serta dua jarinya yang membentuk huruf 'V'.

Yunho membuka gumpalan kertas itu, sedetik kemudian matanya mendelik ke arah Yoochun –sang pelaku pelemparan– 'shit!' umpatnya dalam hati. Ia memilih tak membalas isi surat itu dan mencoba fokus dengan pelajaran.

. . .

"Kalau kau merindukannya, kenapa tak kau temui saja dia?" usul Yoochun cuek. Ia sedang asik dengan hp-nya sekarang, berkirim pesan dengan seseorang, mungkin?

"Usulmu tak membuatku lebih baik Chun!" erang Yunho frustasi. Sungguh, ia sangat merindukan yeoja bermata doe itu. Namun nyalinya terlalu pengecut untuk menemui yeoja Kim itu.

Yoochun berdecak pelan melihat tingkah Yunho yang uring-uringan, "Hei! Kau seorang namja, bro! Dan lagi, tingkahmu sekarang tak seperti Jung Yunho yang kukenal. Jung Yunho yang kukenal akan menyelesaikan masalahnya secara gentle dan tenang, bukan uring-uringan seperti ini! Temui dia dan katakan kau juga mencintainya.." saran Yoochun atau lebih tepatnya mendesak.

"Di mana aku bisa menemukannya, Chun?" pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut seorang Jung Yunho yang membuat Yoochun seakan ingin melemparnya ke laut.

"Ya! Mana kutahu bodoh!"

. . .

Di sinilah ia sekarang, di depan pintu perpustakaan. Salah seorang siswa mengatakan bahwa ia melihat Kim Jaejoong masuk ke perpustakaan.

"Annyeong, Yunho-ssi," sapa penjaga perpustakaan ramah, ia tersenyum saat Yunho baru memasuki perpustakaan. Namja Jung itu hanya membungkukkan sedikit badannya seraya tersenyum sekilas padanya dan langsung mengitari perpustakaan guna mencari Jaejoong.

Mengelilingi perpustakaan yang tak bisa disebut sempit ini hanya akan membuang-buang waktu, begitulah pemikiran yang terlintas di otaknya. Berterima kasihlah pada otak jeniusnya sehingga masih dapat berpikir jernih di tengah kekalutannya.

"Permisi, apakah Kim Jaejoong ada berkunjung ke sini hari ini?" Yunho merutuki mulutnya yang lagi-lagi melontarkan pertanyaan bodoh. Bukankah ia sudah tahu bahwa Jaejoong ada di sini? Ck! Babo.

"Kau mencarinya? Yeoja itu akhir-akhir ini memang sering berkunjung ke sini, dan biasanya ia akan menduduki kursi di samping jendela di pojok ruangan, yang di dekatnya ada rak berisi buku sastra lama. Tempat itu lumayan tersembunyi karena terhalangi oleh beberapa rak," jelas penjaga perpustakaan secara rinci. Yunho mengernyitkan keningnya samar, namun tak urung juga ia merasa sangat terbantu. Setelah mengucapkan terima kasih, ia bergegas mendatangi tempat yang dimaksud.

"Akhirnya aku menemukanmu.." gumamnya saat ia telah sampai di tempat yang ditujunya. Berdecak pelan saat mengetahui bahwa yeojanya tengah tertidur pulas.

'kukira kau tertarik dengan sastra lama, ternyata..'

Ia menggeser sebuah kursi untuk ia duduki agar bisa lebih dekat memperhatikan wajah cantik Jaejoong. Menatapnya dengan tatapan memuja dan penuh rasa kagum.

"Kau sangat cantik.." lirihnya. Tangannya terulur mengelus pelan pipi mulus Jaejoong, sangat pelan agar sang empunya tak terusik.

"Masih adakah kesempatan itu untukku?" tanyanya pada diri sendiri. Ia takut jika Jaejoong menolaknya.

"Kuharap masih ada.." monolognya.

Chu~

Dua bibir berbeda bentuk itu bertemu. Entah keberanian dari mana sehingga ia bisa mencium Jaejoong padahal sebelumnya ia merasa ragu akan kesempatan itu. Darahnya berdesir hangat, jantungnya berdetak dengan cepat. Ciuman pertamanya terasa sangat polos dan.. manis.

"Saranghae Kim Jaejoong," bisiknya di depan bibir cherry itu.

"Nado saranghae Jung Yunho.." balas bibir cherry itu. Namja Jung itu terlonjak kaget, hampir saja ia terjengkang ke belakang.

"Kau.. kapan kau bangun?" tunjuknya pada yeoja di depannya itu, tanpa sadar ia menaikkan suaranya.

"Memangnya siapa yang mengatakan kalau aku tidur?" tanya Jaejoong balik.

"Jadi.. kau? Kau.. kau mendengar semuanya? Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" ucapnya frustasi. Jaejoong tertawa menyaksikan tingkah Yunho itu, jarang-jarang seorang Jung Yunho mengucapkan nada frustasi.

"Kenapa kau tertawa?" seru Yunho. Sungguh, ia sangat malu sekarang.

"Ternyata benar kata Kibum," jawab Jaejoong yang bukan merupakan jawaban atas pertanyaan Yunho.

"Apa yang di katakan Kibum, eoh?" tanyanya bingung.

"Kata Kibum, aku harus memberikanmu waktu agar kau menyadari perasaanmu padaku. Aigo.. ternyata Kibum benar kau juga menyukaiku. Dia hebat, ne?" tutur Jaejoong polos.

"Jadi selama seminggu ini kau tak menemuiku gara-gara itu?" tanya Yunho yang mulai paham akan situasi.

"Iya," jawabnya kalem.

Yunho meringis mendengar jawabnnya Jaejoong. Ia kira, Jaejoong membencinya sehingga tak mau menemuinya lagi.

"Jadi Yunnie mau jadi namjachinguku?" tanya Jaejoong penuh harap.

"Aish, kau ini! Harusnya namja yang mengatakan itu!" protesnya. Jaejoong mengangguk paham, memberikan waktu agar Yunho mempersiapkan dirinya. Aigo Jung, kau kira ini acara lamaran eoh? Ck!

Yunho menarik nafasnya pelan, ia sangat gugup sekarang, walau ia sudah tahu pasti jawaban yang akan didapatkannya.

"Kim Jaejoong, dangsineun naui[1]?"

"Ne, isseoyo~[2]" jawabnya dan langsung menerjang tubuh Yunho. Ia bahagia –sangat. Akhirnya impiannya terwujud, ia bisa menjadi kekasih seorang Jung Yunho. Begitupun Yunho, ia tak pernah menyangka bisa memiliki makhluk seindah Kim Jaejoong, angan-angan bisa menjadikan Jaejoong miliknya terwujud sudah.

"Gomawo.. gomawo.." bisik Jaejoong tulus.

[End of Flashback]

Ah, kenangan yang manis. Jaejoong mengusap air matanya yang menetes kala ia mengingat itu semua.

"Ah, aku ingin ke atap, menikmati langit yang cerah ini.." gumamnya. Ia memutar tujuannya, yang semula ingin ke kelas menuju atap sekolah.

Tak sampai sepuluh menit, ia telah tiba di depan pintu masuk menuju atap. Tinggal menaiki tangga, maka sampailah ia.

Tap

Tap

Tap

Jaejoong berhenti sesaat, pengdengarannya ia tajamkan. Terdengar dua suara tawa renyah di balik pintu ini. Yang mana, salah satunya sangat ia hapal. Suara tawa milik Yunho.

Ia membuka pintu itu, bibir bawahnya ia gigit. "Yu-Yunho.." gumamnya tak percaya. Di sana, kekasihnya tengah bersama yeoja lain yang ia ketahui bernama Kim Junsu, teman sekelas Yunho. Keduanya sepertinya baru menghabiskan makanan yang Junsu bawa, karena Jaejoong yakin Yunho tak bisa memasak.

Mendengar suara pintu berderit, kontan saja membuat keduanya menoleh ke arah suara. Yunho membulatkan matanya kaget, sama halnya dengan Junsu. Namja bermata musang itu beranjak dari duduknya, melangkahkan kakinya sebelum terhenti karena Jaejoong telah berlari meninggalkannya.

"Boo..jae.." nafasnya tercekat, ia bahkan belum menjelaskan apapun pada yeojanya.

.

.

.

TBC O_O

Wkk.. gimana? Aneh ya? -,-" ya.. aku tahu ini aneh dan juga.. aku ga pede buat publish ini ff, tapi mau gimana lagi? aku selalu dibayang-bayangi ff ini(?) wkwk XD chap 2-nya masih dalam proses.. chap depan end B) gomawo buat yang udah baca :D

HAPPY YUNJAE DAY \m/ :* /aigo DX telat banget!/

Sebenarnya nih chap udah selesai sejak tgl 3 kemarin -..- tapi karena ga ada waktu buat publish ya gini deh(?) maklum, mau UN /,\ hwhwhw do'akan aku lulus ne? :3

Hufftt, bagi author senior atau siapa aja, reader juga boleh :3 tolong kasih masukan gimana cara biar mood nulis ga buruk mulu -_- akhir-akhir ini aku semakin ga mood buat nulis nih :'( takutnya entar kena WB /otidaaakkkk/

Akhir kata,

Review juseyoooo :3 /aegyo bareng Junchan/