Hell-o!
It's my first fiction. . . My apologize if it doesn't fit your liking!
Fanfic pertama saya, maaf bila banyak kesalahan, terima kasih!
Kali ini saya menggunakan budaya campuran, mungkin settingnya nanti bisa di Alcatraz, Praha, Paris, Alaska, dan London. Morganthau adalah nama sekolah di fanfic saya, saya menyukai nama itu karena suatu hal. Maaf ya bila sangat keluar dari watak asli tokoh.
Kebetulan saya sedang mendengarkan lagu Maliq and D'essential Untitled. .!
Please Enjoy. . .
You are my star. . .
CHAPTER I : A NEW SCHOOL, PROLOGUE
3 Januari 2005
Morganthau High School
Pagi cerah di sekolah terbaik di Inggris, terlihat dua orang siswi kelas 1 yang sedang berjalan menyusuri taman pembatas gedung musik dengan gedung sains. Berita yang selalu ada di sekolah ternama ini tidak pernah tidak muncul di breaking news atau koran pagi. Namun, berita atau kabar kali ini bukan hanya akan ada di breaking news saja, atau sekedar berita biasa di koran pagi. Tapi merupakan headline tiap koran pagi itu.
"Hey Gladys, sudah dengar berita baru belum?"
"Apa sih, Ness?"
"Kau tahu perusahaan terbesar di Inggris yang membuka ranting baru di High City, pewaris tunggal mereka adalah seorang perempuan lho!"
"Oh yaaa? Kau dengar isu darimana? Setahuku Presdir Phantom, Mr. Phantomhive tidak menginginkan mewariskannya kepada anak perempuannya."
"Mrs. Durless kan saudara kandung dari Mrs. Phantomhive! Aku mendengarnya ketika melewati ruangan komite."
"Hmmmm. . . Iyakah? Lalu siapa nih "Tuan Putri" ini?"
"Siapa lagi sih kalau bukan dia. Dia... "
! RIIIIIIIIIIIIIIIING!
"Waduh, ayo, cepat, Ness! Kita harus moving ke kelas biologi!"
"Heh, iya iya!"
Dengan terburu – buru kedua anak perempuan tersebut membawa tas Channel mereka yang hanya berisikan notebook dan beberapa barang pribadi itu berlari menuju gedung berwarna biru karena 5 menit lagi waktu untuk moving akan berakhir, kecuali mereka mau berakhir di ruang piket di lobby.
Sementara itu, pada waktu yang sama.
Phantomhive Mansion
"Alice! Mau sampai kapan bermain catur dengan Lizzie?", seorang wanita setengah baya yang berparas cantik berambut pirang stroberi berkacak pinggang ketika menegur anak perempuan er- remaja berambut biru kelam yang wajahnya bahkan akan membuat model – model Gucci dan Prada mendenguskan nafas iri.
"Mom, please... Jangan panggil aku Alice. Mom biasanya memanggilku Ciel saja bukan?", jawab anak perempuan hmmm- remaja tersebut sambil mengerucutkan bibir mungilnya.
"Tenang saja, Auntie! We won't be late, I assure you!", sahut seorang remaja blonde keriting bermata hijau yang bernama Lizzie / Elizabeth Middleford.
CLICK. Wanita cantik inipun merasa darahnya naik ke kepala semua. "Ladies, apakah kalian menyadari jam berapa sekarang ini, hah?", tanya wanita yang bernama Rachel Phantomhive kepada dua remaja tanggung dihadapannya sekarang.
"Kan baru jam 7.00 pagi, Mom!", jawab Ciel dengan tak acuh. Lizzie hanya bergumam. KRIK. "INI JAM 8.00 ALICE MARRIE PHANTOMHIVE, ELIZABETH MIDDLEFORD!", akhirnya Rachelpun putus sudah kesabarannya dalam menghadapi puteri dan keponakannya yang tak acuh ini.
Siiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing… *suasana sepi karena Ciel dan Lizzie hanya diam tak bergeming*
"APAAAAAAAA?" , "Duh, gawat jamku ternyata mati, Ciel!", "Ah, kamu tuh gimana sih, Lizzie! Ceroboh banget sih jadi orang!", kedua remaja ini akhirnya ramai sendiri karena hari itu merupakan hari pertama masuk sekolah, dan masalah bagi Ciel karena memang hari itu benar – benar hari pertama sekolah. Dia baru saja pindah.
"Ya sudahlah, anak – anak, sekarang CEPAT GANTI BAJU, AMBIL TAS KALIAN dan BERANGKAT! Tanaka akan mengantar kalian dengan mobil ayah!", ujar Rachel tidak sabar, dia memijit keningnya yang terasa pusing akibat ulah puteri dan keponakannya.
Kedua remaja tersebut langsung ke kamar masing – masing dan bersiap dalam 5 menit. Meninggalkan papan catur yang berada di ruang rekreasi tanpa dirapikan. "Dasar anak jaman sekarang, ckckck!", Rachel terkekeh sendiri memikirkan puterinya dan masa lalunya.
"Mom, aku berangkat ya!" "Auntie, aku juga!", ujar Ciel dan Lizzie bersamaan.
"Hmmm, iya. Hati – hati ya sayang! Nanti Ciel pulang bersama ayah, dan Lizzie, kau akan dijemput ibumu, sayang!", jawab Rachel kepada mereka lalu, tersenyum.
"Ahhhh, Mom jemput? Yaaah, aku gak kesini dong?", tanya Lizzie dengan nada kecewa.
"Iya, sayangku. Kan masih ada weekend, ingat?", Rachel berusaha agak Lizzie tidak merasa kecewa.
Maklum saja, hanya Ciel lah saudara yang dia punya. Karena Mrs. Middleford adalah satu – satunya saudara Mr. Phantomhive.
"Oh! YAY! Ciel, nanti kita main lagi yaa!", Lizzie spontan menarik Ciel untuk membuat janji, dia tahu, Ciel takkan menolak, apapun alasannya. "Err-Okay, fine!", Ciel menjuruskan pelototan kearah ibunya, Rachel tersenyum meminta maaf, dan Ciel hanya menghela nafas. Dia tahu apa yang difikirkan ibunya yang terlihat awet muda ini.
"Dah, Mom!", Ciel pamit dengan ibunya lalu mencium pipinya sambil berlalu. Lizzie juga melakukannya. Kedua remaja ini berlari keluar rumah dan langsung melesat ke Morganthau High School.
Morganthau High School, Music Hall
Seorang remaja laki – laki berambut hitam harajuku bermata merah darah sedang memainkan biolanya. Menciptakan sekerumunan penonton disekelilingnya, padahal dia sedang mengambil nilai ujian hariannya. Karismanya mampu menyuntikkan aura yang membuat seluruh murid wanita di gedung itu terpesona seketika. Dialah Sebastian Michaelis, murid baru kelas 2 yang terkenal karena sangat bertalenta dan jenius. Dia merupakan keturunan satu – satunya keluarga Michaelis yang berkerabat dengan Phantomhive. Meskipun begitu, dia bersekolah di Morganthau karena beasiswa yang luar biasa. Orang – orang dibuatnya tercengang karena seharusnya sekarang dia setara dengan Master. Matanya tertutup ketika menghayati lagu yang dimainkannya, sederhana, Blue Danube.
"O... Exqusite, Michaelis!", ujar Mr. Landers sambil bertepuk tangan setelah Sebastian menyelesaikan lagu yang dimainkannya. Ash Landers, guru musik berambut putih yang memiliki aura yang hampir sama dengan Sebastian sangat bangga kepada murid barunya tersebut.
"Terima Kasih, Mr. Landers!", Sebastian tersenyum, membuat wanita – wanita ehm- remaja – remaja tanggung disekitarnya mabuk karena imajinasi mereka yang sebentar lagi menabrak Galaksi Andromeda.
Sebastian yang memiliki pembawaan tenang langsung tanpa ABCDE turun dari panggung dan menyimpan biola kesayangannya ditempatnya lalu pergi ke gedung sains. "Mr. Landers, saya harus segera ke gedung sains sekarang. Permisi.", Sebastian pamit kepada guru musik yang masih muda itu lalu di jawab dengan anggukan dan senyuman simpul.
Para penontonpun langsung bubar.
Morganthau High School, Science Building, Lobby.
"Oh, come on, Mr. Spears! Biarkan kami masuk! Lihat, ini Alice Marrie Phantomhive, ini hari pertamanya masuk di Morganthau! Lagipula, Mrs. Blanc telah mengizinkan kami untuk masuk kok! Ini surat izinnya!", Lizzie memprotes keputusan guru piket gedung sains yang amat sangat keras kepala (tapi tidak sekeras kepala si anak baru yang terlihat mulai kesal).
"Hmmm. . maaf, kalian hanya akan mengganggu saja. Kalian akan diperbolehkan masuk setelah bel jam kedua pelajaran sains!", ujar Mr. Spears sambil membetulkan letak kacamatanya.
"Ahhh, but- !", Lizzie masih bersikeras.
"NO BUTS, Miss. Elizabeth!", bentak Mr. Spears.
'Cih, menyusahkan saja sih, kenapa juga ayah memasukkanku ke sekolah dengan peraturan seruwet ini sih?', Ciel menggerutu dalam hati lalu, memalingkan wajahnya ke taman gedung sains yang penuh dengan tanaman herbal dan bunga Magnolia.
Sementara Lizzie masih berdebat dengan Mr. Spears, Ciel yang akhirnya merasa pegal harus berdiri di depan lobby memutar matanya mencari tempat duduk. Voila! Ada! Dia melangkah menuju kursi tamu di pojok lobby dekat meja denah ruangan. "Heehhhh! Gara – gara siapa sih ini sebenarnya!", Ciel berbicara sendiri kepada dirinya sendiri.
3 menit kemudian, seorang murid berlari menghampiri lobby, dia Sebastian. Sebastian menyerahkan surat izin masuk kelas, namun naas, nasibnya sama dengan dirinya dan Lizzie. Lizzie masih mendengus kesal dan melipat tangan sambil bersender ke meja lobby.
"Mr. Spears, saya tadi dipanggil Mr. Landers untuk penilaian musik. Dan bukankah saya sudah menunjukkan surat izin ini? Kenapa tidak boleh masuk?", tuntut Sebastian. Ciel menoleh dan memperhatikan percakapan kedua di lobby. Dia merasa pernah melihat remaja laki – laki / kakak kelasnya yang sama – sama anak baru ini. 'tapi, siapa ya?', Ciel berfikir mengingat – ingat semua pesta dan jamuan makan malamnya selama minggu awal di London.
"Mr. Michaelis, maaf, kau harus menunggu seperti mereka berdua sampai jam kedua berbunyi!", jawab Mr. Spears sama datarnya dengan emosi yang ada diwajahnya.
"Oke, Fine!", Sebastian lama – lama kesal juga dengan guru piket yang satu ini. Teman barunya, Agni juga telah menceritakan kepadanya tentang guru piket penjaga lobby gedung sains.
Sebastian menyadari bahwa sedang diperhatikan seseorang, dia menoleh ke arah Ciel. Lizzie menghentak – hentakkan kakinya sambil berjalan ke arah Ciel dan duduk di sebelahnya. Sebastian ingat bahwa remaja cantik berambut biru kelam hampir kelabu itu adalah gadis yang membuat berita besar di hari pertama sekolahnya, Alice Marrie Phantomhive. Sebastian memang mengenalnya sejak dahulu, karena Mr. Phantomhive adalah atasan Victor Michaelis, ayahnya, dan Mrs. Phantomhive merupakan sahabat dekat Amelia "Mia" Michaelis, ibunya. Ciel melirik ke arah Sebastian, Sebastian hanya membalas dengan senyum ramah. Namun, Ciel hanya berwajah dingin.
Membuat Sebastian terkejut, 'Hm? Dia tidak mengenalku? Bahkan tidak seperti mereka yang berkumpul tadi.', fikir Sebastian.
RIIIIIIIIIIIIING!
Bel kedua berbunyi. Ketiga muridpun dipersilahkan masuk ke kelas. Ciel dan Lizzie ke ruangan 204, sedangkan Sebastian di 102. 'Hmmm, sepertinya aku harus memastikan sesuatu!', Sebastian menyeringai.
TO BE CONTINUE...
I'm Fellixis, just call me Fell.
Yak, mungkin awalnya memang menggantung. Maaf sekali lagi. Karena saya sedang merencanakan sesuatu. Rahasia yaa. Oke lebih baik saya perkenalkan tokoh saja supaya tidak bingung.
Alice Marrie Phantomhive / Ciel : Tokoh Cielnya bergender perempuan, karena saya ingin menciptakan cerita yang normal saja.
Sebastian Michaelis : Seperti biasa, tapi disini Sebastian bukan butler. Dan karakternya sedikit diubah. (apa banyak yaaa?)
Elizabeth Middleford : Sepupu Ciel
Alois Oswald Trancy : ...coming soon... (female)
Angelina Durless / Madame Red : Bibi Ciel, adik Rachel.
Rachel & Vincent Phantomhive : Orang tua Ciel, Presdir Phantom,corp.
Gladys Heinz : Teman sekelas Ciel, WN Jerman.
Carenne Vineyard : SDA, WN Amerika
Claude Faustus : ….coming soon….(male)
Hannah Annafellos : ….coming soon….(female)
Agni & Soma : Teman sekelas Sebastian, murid mutasi dari India
Amelia 'Mia' & Victor Michaelis : Orang tua Sebastian. Mia adalah putri mahkota sebuah mornarki, namun memilik menyerahkan tahta ke adiknya Edward Alcraz. Ayahnya, Dimitri Alcraz dan ibunya Eleanore Alcraz, terbunuh dalam suatu insiden. Mereka berdua dekat dengan orang tua Vincent Phantomhive.
Emily Van Darte : Pengasuh Ciel dan Sebastian
Maylene, Bard, Finnian, Tanaka : Pekerja di rumah Phantomhive
Sylvester & Blaise Faustus : ...coming soon...(couple)
Carnatia Eter Lilian : ….coming soon….(female)
Jeremy Trancy : Paman Alois
Alessandra & Matt Trancy : Saudara Alois
AH, saya menerapkan peraturan sekolah saya, kebetulan kelas saya moving, kayak kuliah gitu. Kalo moving diberi waktu 10 menit, kalao telat ya pasti ada konsekuensi. Hehehe. . Maaf apabila tidak berkenan dihati. Terima kasih.
You are my meteor. . .
