Bleach By Tite Kubo
Warning : OOC, Typos, AU
Rate : M for Save
Hanya dengan tubuh tak seksimu, kau membuatku tergila-gila. Hanya dengan sifat kerasmu, kau mampu membuatku berteguk lutut. Dalam sikap dinginmu, kau menyimpan ketulusan untuk menerimaku.
Menerimaku yang telah kau kutuk untuk setia kepadamu selamanya. Meskipun begitu, kenapa aku harus menikahimu? Karena menikah denganmu, semua itu terjadi. Aku melukaimu, sedangkan aku tak menyadarinya.
Aku mencintaimu selamanya, Rukia… meskipun kau tak mencintaiku sekalipun.
Skenario MBA
*Gay*
Chapter 1
Sunyi. Itulah satu kata yang mampu mendefinisikan suasana malam—di mana hujan deras mengguyur dan udara dingin mendominasi, kenapa bisa? Tapi, sepertinya segala hal tersebut sama sekali tak berpengaruh pada sepasang pengantin baru yang satu ini.
Penantian berjam-jam telah di tempuh oleh mereka. Tentu saja demi malam ini. Sebut saja malam pertama. Yang konon adalah malam yang ditunggu-tunggu oleh sepasang muda-mudi untuk merajut cinta mereka lebih dalam.
Mengenal segalanya, mengetahui apa saja dari masing-masing pasangan yang tentu saja sudah mendapat status legal untuk diketahui. Khususnya… hal seintim apa pun.
Seperti yang terjadi sekarang. Di sebuah kamar istimewa itulah, mereka akan memulai permainan. Setelah penantian lama tentunya, perjalanan yang sering disebut transmigrasi itu bukanlah perkara yang menyenangkan. Mereka terlalu jauh menentukan lokasi malam pertama.
Hanya seorang gadis yang tak seksi dengan seorang pria berambut mencolok yang tak ada seorang pun yang tak mengenal sosoknya. Tentu saja, Ichigo Kurosaki.
Pria yang mencoba-coba, setidaknya ini adalah kali pertama dirinya mencium, mengecup atau bahkan memagut bibir seorang gadis. Terlebih lagi istri barunya itu, Rukia Kuchiki.
Mungkin mengetahui rasa dari berciuman itu sangat menggairahkan sehingga pria berstatus suami itu tak mampu menghentikan aktivitasnya semenjak beberapa saat yang lalu.
Seorang gadis yang bisa dikatakan mungil, kecil atau bahkan mini terlihat sangat tersiksa dengan berat badan sang suami yang tak henti-hentinya menekan, menindih atau sekedar menggesek tubuhnya.
Satu hal yang pasti, mereka masih sama-sama perawan. Mereka belum melakukan apa pun. Karena baru beberapa menit yang lalu mereka baru sampai di tempat malam pertama mereka tersebut—sang suami langsung saja menyerang gadis malang itu.
"Engh…"
Sepertinya sulit bagi sang gadis untuk mengucapkan satu kata sekali pun. Karena Ichigo sama sekali tak memberi waktu barang sedetik pun bagi Rukia untuk bernapas bebas.
Pelukan Ichigo semakin intim terasa bagi Rukia. Pagutan bibirnya seakan menginginkan semua yang ada pada diri gadis berusia dua puluh tahun itu—terlalu muda untuk ukuran seorang istri selain karena tubuh mungil tentu saja.
Tok! Tok! Tok!
"Woi, Ichigo! Kita perlu bicara. Sekarang!"
Terdengar suara teriakan menggema di balik sebuah pintu kamar berfasilitaskan hotel berbintang lima itu. Namun sepertinya Ichigo sama sekali tak menggubrisnya. Tentu saja karena ia terlalu sibuk.
"Engh…"
Sekali lagi Rukia mencoba untuk berbicara, tapi tetap saja ia tak mampu menahan tekanan yang Ichigo berikan untuk membuatnya bisu dan terbungkam dalam kemesraan mereka. Di sela-sela ciuman mereka, Ichigo tersenyum menyadari bahwa sang istri tak mampu menahan aktifitas yang dilakukan secara paksa oleh dirinya—sedikit merasa bangga.
Ichigo menurunkan kecupannya menuju rahang kemudian meneggelamkan wajahnya diantara bahu dan leher pasangannya. Salah satu tangannya menggenggam erat salah satu tangan Rukia dan yang lain ia gunakan untuk mengelus rambut sang istri.
"Aku mencintaimu, Rukia…" ungkap Ichigo yang mampu didengar baik oleh Rukia.
Namun, sepertinya Rukia sudah tak mampu lagi mengatakan apa pun untuk menjawabnya. Gadis itu merasa pusing dan demam dadakan sekarang. Mungkin saja lelaki di atasnya ini yang menjadi penyebab.
"Sial kau, Ichigo! Cepat bangun!" seseorang yang baru saja masuk secara paksa itu segera menarik kerah belakang baju Ichigo, membuat kesenangannya sirna.
Salahkan pada pintu yang tak terkunci. Kini Ichigo hanya menatap sahabat karibnya itu dengan pandangan malas. Bagaimana tidak? Malam pertamannya terganggu.
"Kenapa kau membuang kontrak ini ke tempat sampah, Bodoh? Kau menghinaku?" teriak lelaki tersebut dengan kilatan mata tajamnya.
Ichigo tak mwnggubris pria yang kini tengah menenteng sebuah dokumen yang menurut Ichigo memang sangat tak penting. Dengan cepat Ichigo membalas tatapan tajam pria di depanya.
"Sudah kukatakan, aku tidak tertarik dengan sekenario itu, Grimm. Berhentilah menghantuiku." jawab Ichigo sambil menarik kerah baju pria berambut turquoise tersebut.
"Kau meremehkanku? Kau tahu, semua film garapanku selalu menjadi boxoffice. Dan bukannya kau yang selalu kurekrut untuk memainkannya?" tuntut Grimmjow membalas cengkraman kerah baju milik Ichigo.
"Aku tidak menyukai Drama Romantis dengan judul yang memuakkan! Itu membuatku ingin muntah!" cela Ichigo menampik cengkraman Grimmjow.
"Lagi pula… bukankah ini malam pertamamu dengan…" lanjut Ichigo yang terhenti begitu mendengar sebuah teriakan yang berasal dari arah pintu kamarnya.
"Grimm, apa yang kau lakukan disini? Kau meninggalkanku sendiri. Inikan malam pertama kita." seorang gadis bergelayut manja memeluk Grimmjow dari belakang.
Tripikal gadis seksi idaman setiap pria di dunia fana. Memiliki tinggi yang semampai, lekuk tubuh sempurna, rambut indah menjuntai dan…
"Wah… kau benar! Aku sudah tidak sabar untuk melihatnya," kata Grimmjow terkekeh sambil melirik dada istrinya.
Semburat merah jelas terlihat di pipi gadis itu. Tapi Ichigo yang melihatnya menjadi tertular merona.
"Sial kau! Cepat pergi, kau mulai mengusikku!" marah Ichigo saat melihat kemesraan pasangan selain dirinya di kamar yang notabene adalah tempat pribadi bagi dirinya.
"Ayo, Nell. Aku ingin mandi bersama denganmu dulu. Ahahaha… aku sudah menunggu saat-saat seperti ini sejak lama," kata Grimmjow yang sama sekali tak menggubris usiran Ichigo.
Ichigo yang merasa tertantang segera berbalik ke arah istrinya dan dengan teriakan lantang dan dengan bangga ia berkata,
"Rukia, bagaimana jika kita mandi bersa…" kata Ichigo penuh semangat sebelum ia mendapati keadaan Rukia yang sedikit tak normal sekarang.
Bibir gadis pujaannya itu memucat. Titik-titik keringat dingin memenuhi dahinya. Matanya terpejam erat hingga lipatan-lipatan keloak mata indahnya menojol mengesankan bahwa gadis itu tengah menahan sakit.
Ichigo secepat kilat mengubah ekspresi wajahnya menjadi panik tingkat ketujuh. Selalu saja, hal sekecil apa pun yang terjadi pada Rukia mampu membuat stimulus berlebihan bagi Ichigo.
"Rukia! Rukia! Kenapa? Apa yang terjadi padamu? Apa ada yang sakit? Ba—bagian mana?" dengan cepat Ichigo menahan tubuhnya di atas Rukia, memeriksa suhu tubuhnya dan mengenggam tangan Rukia.
Grimmjow dan Neliel—pasangan lain yang tentu saja menikah dan berbulan madu bersama Ichigo tersebut sontak menghentikan aksi candanya dan mendekat melihat kondisi Rukia.
Rukia yang menyadari suara suaminya itu dengan cepat membuka mata. Tak ingin melihat suaminya khawatir, ia cepat-cepat bersikap normal.
"Eh, aku tidak apa-apa. A—apa maksudmu, Ichigo?" kata Rukia berusaha berbicara normal seperti sebelumnya.
Namun perkataan Rukia sama sekali tak berefek bagi pria yang sudah panik atau sangat panik tepatnya. Kedua mata lelaki itu masih menatap serius Rukia.
"Apakah sakit lagi? Perutmu sakit? Aku harus segera membawamu ke Dokter, Rukia!" kata Ichigo yang dengan cepat mengambil posisi berdiri dan berbalik beranjak meninggalkan ranjang tersebut.
Tapi salah satu tangan Rukia berhasil menangkap pergelangan tangan Ichigo. Menariknya sekuat yang ia mampu. Membuat Ichigo dengan mendadak tertarik dan jatuh kembali ke arah tubuh istrinya.
Gerak reflek Ichigo beraksi cepat. Kedua tangannya menahan tubuh tingginya untuk tidak menghantam tubuh mungil sang istri di bawahnya.
Tanpa ba-bi-bu, Rukia menarik leher Ichigo dan membawa sang pria menuju godaan terbesar dalam hidupnya. Berkontak fisik dengan Rukia adalah sesuatu yang mampu membuat apapun yang bersarang di otaknya lenyap.
Bahkan kedua orang di dalam kamar itu sudah tak dihiraukan lagi oleh mereka. Dengan susah payah Rukia mencoba untuk menggoda suaminya, dan sepertinya berhasil.
"Bukankah ini malam pertama kita… Ayolah…" kata Rukia dengan nada yang terkesan menggoda dan itu mampu membuat Ichigo kembali mendominasi aktifitas mereka.
Grimmjow yang melihat adegan live tersebut hanya bisa menatap dengan malas kemudian dengan cepat ia menjambak rambut jingga Ichigo, menariknya untuk menjauhkan kontak fisik yang mereka lakukan.
"Hei, sadarlah. Istrimu sekarat, Ichigo." kata Grimmjow yang terkesan melebih-lebihkan.
Tapi akibat jambakan itu Ichigo kembali ke dunia nyata. Dan tentu saja ia tahu bahwa saat ini bukan waktu mereka untuk bermesra-mesraan. Ichigo kembali panik.
"Aku harus cepat! Rukia, kita harus ke rumah sakit sekarang!" kata Ichigo cepat sambil mengobrak-abrik isi tasnya untuk mencari sebuah kunci mobil saja.
Ichigo nampak tergesa-gesa. Seakan-akan sesuatu sedang mengejarnya. Grimmjow yang melihat kepanikan yang keterlalauan itu lagi kini segera mendekat ke arah sahabat karibnya tersebut.
"Sudahlah Ichigo, biar aku yang mengantarkannya. Kau terlalu sakit meskipun hanya untuk menyetir sebuah mobil," kata Grimmjow mendiksikan kepanikan Ichigo.
Sontak Ichigo langsung berdiri dan mencengkram kerah Grimmjow. Dalam kebingungan melihat kondisi Rukia dan pencarianya yang tak juga menunjukkan hasil, ia mulai murka.
"Apa maksudmu? Apa kau ingin berkata bahwa aku tak mampu menolong Rukia? Tak bisa mengurusnya? Sialan kau!" marah Ichigo yang ditanggapi biasa oleh Grimmjow.
Kebiasaan sejak SMU, bila menyangkut tentang Rukia. Lelaki berumur dua puluh satu tahun ini mejadi hilang akal dan cepat emosi. Tak peduli lawan atau kawan, semua tersembur amarahnya.
"Oke, oke. Terserah kau. Kami akan menyusulmu." kata Grimmjow sambil mengangkat kedua tanganya pertanda menyerah.
Dengan takut-takut gadis berambut seagreen itu mulai mendekat ke tempat kedua pria yang tengah beradu mulut saat ini. Begitu sampai,
"I—ini, Ichigo. Kunci mobilmu kutemukan di meja." Kata Neliel sambil mengulurkan tangan, menyerahkan kunci mobil MazdaMX-5 milik Ichigo.
Dengan cepat Ichigo menyahut kunci mobil tersebut dan dengan segera menuju ke arah Rukia, menggendongnya dengan kedua tangannya dan berjalan setengah berlari meninggalkan ruangan.
Grimmjow hanya geleng-geleng kepala. Bukan hal bagus membiarkan pria sepanik Ichigo untuk menuruni alur jalan yang berklok-kelok di malam sepetang ini. Mengingat tempat bulan madu mereka adalah daerah pegunungan, yang sungguh berbahaya menyetir dalam keadaan kalap.
Dengan kecepatan penuh Ichigo meninggalkan vila mewah tersebut. Beranjak pergi padahal dirinya sendiri tak tahu lokasi rumah sakit terdekat di wilayah tersebut. Sangat bodoh dan terlalu gegabah.
*(_)*
"Ichigo, maafkan aku," kata Rukia menatap kepanikan suaminya.
Ichigo seakan lupa dengan segala hal di sekitarnya. Bahkan saat ini Ichigo hanya mengenakan sebuah boxer untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Tidak memakai sandal, bahkan tak memasang sabuk keamanan untuk keselamatan mereka sendiri.
"Apa maksudmu, Rukia?" kata Ichigo menjawab dengan cepat seraya terus berkonsentrasi pada jalan di depannya.
"Di malam pertama kita sekalipun, aku selalu membuatmu kesusahan. Seharusnya kita tak perlu pergi seperti ini," lanjut Rukia menyesal.
"Kau sedang sakit, Rukia. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu lagi." kata Ichigo yang kini mulai pecah konsentarasi pada Rukia.
"Ini malam pertama kita. Aku ingin kembali. Sekarang! Aku tidak ingin…" kata Rukia namun terpotong.
"Apa maksudmu, Rukia? Malam kedua masih tetap ada kan? Yang peting kita harus ke Rumah sakit sekarang," tegas Ichigo mengingat kondisi Rukia yang memang pesakitan sejak dulu.
"Benarkah? Apa malam kedua itu benar-benar ada?" gumam Rukia namun tetap terdengar jelas oleh Ichigo.
Ichigo hanya tersenyum. Kemudian sebelah tangannya ia gunakan untuk mengelus rambut istrinya yang begitu ragu akan perkataan yang baru saja diucapkannya. Apa lagi menyangkut hal bercinta, membuat Ichigo ingin tertawa saja.
"Kurasa… malam kedua itu takkan pernah ada, Ichigo…" kata Rukia sambil menatap dalam sisi dari wajah suaminya yang masih bersikukuh menatap jalan beraspal di depannya.
Berhasil. Perkataan Rukia itu telah membuat Ichigo berpaling ke arah Rukia sekarang. Nada bicara Rukia terdengar sumbang dan misterius. Membuat gurauan tersebut tak lucu lagi baginya.
Sepasang mata musim gugur itu menatap heran ke arah Rukia. Sedangkan Rukia menatap ragu kepada Ichigo. Ichigo menemukan kejanggalan di kedua iris violet tersebut.
Dan tanpa mereka duga, di tikungan setajam itu, sebuah truk kontrainer melaju lurus berlawanan arah dengan mobil Ichigo. Konsentrasi Ichigo yang kini beralih pada Rukia membuat sorot lampu dari truk mengejutkan Ichigo karena menuju langsung pada mobilnya dengan sangat menyilaukan.
Gerak reflek Ichigo bekerja terlalu cepat dan tanpa kontrol. Karena panik dan terkejut dengan silaunya cahaya tersebut, Ichigo membanting setir ke kanan. Padahal truk tersebut takkan begitu saja menabrak mobil Ichigo.
Yang justru terkejut adalah Rukia dan si pengendara truk itu. Gerak reflek Ichigo tersebut membuat body kiri mobil Ichigo menabrak keras dinding tebing yang tepat berada di sisinya. Rukia berteriak dan Ichigo melebarkan mata terkejut. Akhirnya…
*(_)*
"Penanganan mereka terlalu lama. Salah satu dari mereka mengalami penyumbatan pada saraf otak akibat benturan hebat yang tidak ditangani dengan cepat,"
Tampak Grimmjow begitu terpukul atas kejadian tersebut. Ia sudah menduga bahwa kecelakaan ini akan terjadi. Ia mengutuk dirinya sendiri karena tak berhasil mencegah sahabatnya sendiri untuk tak berhadapan dengan maut.
Grimmjow hanya terdiam, menatap kedua sepatu kets putih yang dikenakannya. Jantungnya berdebar kencang mendengar setiap kata yang terucap dari dokter dihadapannya.
"Ini bisa berakibat fatal. Struktur limbiknya saja sudah seperti ini. Dan kami tidak bisa menjamin dia akan sembuh total," kata dokter tersebut sambil menunjukkan hasil ronsen di depannya.
Neliel mendengarkan baik-baik penjelasan dokter bernamakan Urahara Kisuke itu, "La—lalu?" Neliel mulai tak sabar dengan penjelasan selanjutnya.
Dokter tersebut diam sejenak kemudian kembali berkata, "Salah satu dari mereka akan mengalami…"
*(_)*
Grimmjow hanya terdiam melihat keadaan sahabat tercintanya tersebut. Sungguh payah, Ichigo terlihat sangat lemah sekarang. Bahkan ia belum juga sadar sejak lima jam yang lalu.
"Payah kau, Ichigo. Karena menungguimu, aku jadi tak tidur sama sekali. Sial!" maki Grimmjow sambil menatap nanar pada sahabatnya.
"Sindrom amnestik*? Aku tak yakin kau mampu menerimanya, Ichigo…" kata Grimmjow pelan sambil melirik pada wajah pucat Ichigo.
Ia merasa suatu bencana akan hadir setelah ini. Dan takkan mudah menanganinya. Kini Grimmjow mulai berpikir hal apa yang harus diperbuatnya.
"Bahkan lebih baik kau amnesia* selamanya, Kawan. Kau pasti akan terluka berat saat mengetahuinya,"
*(_)*
"Jadi… bersifat permanen ya? Kau tidak akan mengingat siapa Ichigo? Berita yang sangat bagus," kata Neliel pada Rukia yang kini tengah memandangi wajah pucat gadis tak sadarkan diri tersebut.
Ia mulai berjalan mendekat dan duduk di samping ranjang Rukia. "Ya! Dan lebih bagusnya lagi, kalian belum melakukan apapun setelah pernikahan ini. Bonus satu untukku," lanjut Neliel sambil tersenyum.
Ia kembali berdiri dan memutar-mutarkan tubuhnya. Tersenyum riang sambil memejamkan mata. Begitu geraknya terhenti, ia meloncat dan kembali berdiri tepat di samping ranjang Rukia. Ia condongkan tubuhnya untuk merapatkan wajah miliknya dengan telinga Rukia.
Dengan berbisik ia berkata, "Bonus keduanya… Ichigo juga tak mengingatmu, Sayang…"
Neliel tersenyum dan mengecup pelan pipi Rukia, "Terima kasih, Loser…"
*(_)*
Grimmjow menggenggam kedua tangannya dengan gelisah. Perasaannya tak menentu mengingat beberapa saat yang lalu Kakak Rukia—Byakuya Kuchiki menghubugi handphone Ichigo. Tentu saja dirinyalah yang menerima.
Kebohonganpun dibuatnya. Untuk menghindari murkaan pria kaya raya itu Grimmjow berdalih bahwa dirinya dan Ichigo memutuskan untuk menetap di Noches dan sudah meninggali rumah yang baru saja mereka beli.
Awalnya Byakuya sempat tak menerima keputusan sepihak tersebut, mengingat Ichigo tak pernah berkata akan merebut Rukia seutuhnya dari dirinya. Namun tetap saja, ikatan legal yang sudah di sandang mereka mau tak mau membuat Byakuya berkata,
"Baiklah, jika pria itu ingin memonopoli Rukia sendiri,"
Kedengarannya memang tak menyenangkan. Tapi sekarang, Grimmjow harus berpikir keras untuk mengembalikan ingatan Ichigo dan membuat Rukia kembali jatuh cinta kepada Ichigo sehingga membuat pernikahan mereka kembali seperti semula.
Dan Grimmjow memutuskan untuk…
"Mereka berdua harus memainkan skenario buatanku, Nel. Dan ini harus berhasil. Bukan lagi di dunia hiburan, ini dunia nyata," kata Grimmjow serius.
Seorang Grimmjow yang notabene adalah produser sekaligus writer atau bahkan sutradara film yang cukup fenomenal itu menantang dirinya sendiri untuk melakukan…
"Mulai besok, kita syuting dadakan! Dan mereka berdua yang akan memainkan skenario buatanku! Hahaha…" kata Grimmjow dengan berbangga hati.
Lain halnya dengan Neliel. Ia mengendus rencana yang tak menguntungkan baginya. Kesempatan untuk mencuri perhatian Ichigo hilanglah sudah, gara-gara ide bodoh suaminya yang pasti.
"Terserah kau sajalah…" jawab Neliel pasrah.
Bersambung di Chapter 2
*Amnesia adalah hilangnya ingatan/memori seseorang, seperti kejadian, informasi, dan pengalaman. Bersifat sementara. Akibat dari kerusakan struktur otak yang membentuk sistem limbik tempat pengendalian emosi dan kenangan. Struktur ini meliputi talamus di pusat otak dan formasi hipokampus yang berada di lobus temporal otak.
*Sindromamnestik merupakan Amnesia berupa Sindrom yang bisa menyebabkan penderita kehilangan ingatan secara permanen. Menghapus semua kenangan namun tidak keahlian, kecerdasan, atau identitas diri. Dan mengurangi tingkat daya ingat penderita.
Review, Review, Review ditunggu, Readers… Untuk fic Untitle ditunggu yaw… Sulit buat lemon nih. Hehehe…
Kritik, Saran, atau Flame Gay terima dengan tangan terbuka. Tinggalkan review yaw? Akan Update cepet lo readers maksa autor. hehehe...
