Chapter 1
Hope Song
Hari ini, dia kembali mengerjakan semua dokumen sumber daya yang telah ia kerjakan selama seminggu terakhir. Dia adalah laksamana di markas angkatan lautnya. Namanya saat ini adalah Hakai. Tidak ada yang mengetahui nama aslinya di markas tersebut. Hanya dirinya sajalah yang tahu, dan dia tidak pernah memberitahu siapapun. Dia tetap fokus seperti hari-hari sebelumnya, hingga akhirnya ia mendengar keributan di luar ruangannya. Pertama, ia tidak menghiraukannya. Sedikit demi sedikit keributan itu semakin keras, hingga urat nadinya sudah putus. Ia berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah luar ruangannya. Di sana, ia melihat 'Ooyodo' sedang bertengkar dengan gadis lain.
"Kau selalu saja menghancurkan markas kita ! Kau tahu kita saat ini kekurangan sumber daya !"
"Diam saja, Kacamata. Markas kita sudah sering kuhancurkan, tapi semua tetap baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah."
"Kau…"
"Ada apa, Kacamata ? Sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi ? Dasar orang lemah…"
'Ooyodo' mendengar itu mulai mengangkat tangannya untuk menampar gadis itu. Dan gadis itu bersiap untuk memukul 'Ooyodo'. Namun, tangannya dihentikan oleh Hakai. 'Ooyodo' dan gadis itu melihat ke arah belakang 'Ooyodo' dan menemukan dirinya berdiri di sana.
"Kalian… Dapatkah kalian mengecilkan suara kalian ? Atau jika perlu, cari tempat lain jika ingin bertengkar. Aku sedang bekerja saat ini."
Kedua wanita tersebut terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh admiral mereka. 'Ooyodo' dan gadis itu saling bertukar pandang, dan gadis itu yang pertama pergi. Sebelum pergi ia berkata,
"Kau selamat untuk saat ini, Kacamata"
'Ooyodo' melihat ke arah gadis itu dengan tampang kesal, dan bermaksud mengejarnya. Namun, dirinya ditahan oleh admiralnya yang langsung berkata, "Temui aku di ruanganku setelah kau lebih tenang." Setelah itu ia kembali masuk ke dalam ruangannya.
Lima belas menit berlalu dengan tenang, hingga akhirnya ia mendengar ketukan dari luar.
"Ooyodo melapor untuk bertemu dengan admiral."
Hakai langsung berkata, "Kau dipersilahkan masuk ke dalam, Ooyodo."
'Ooyodo' masuk ke dalam ruang kerja Hakai dan melihat pria tersebut sedang memainkan harmonika. Melihat 'Ooyodo' masuk, Hakai langsung tersenyum, menaruh harmonica ke dalam laci dan berdiri dari kursinya.
"Apakah kau tahu apa tujuanku memanggilmu kemari ?"
"Admiral akan menghukum saya karena keributan tadi pagi…"
Hakai hanya tersenyum saja.
"Tidak… aku tidak akan menghukum dirimu."
"Lalu, apa yang ingin admiral lakukan ?"
Hakai berjalan ke arah 'Ooyodo' dan memegang wajahnya tepat di dagunya. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah 'Ooyodo'. Melihat gerak gerik tersebut, 'Ooyodo' langsung berkata,
"Sepertinya, anda ingin menghukumku secara seksual…"
Hakai langsung tertawa dan berjalan membelakangi 'Ooyodo'. Ia melihat ke arah wanita tersebut dan berkata
"Sayangnya, tidak…"
"Lalu, apa yang anda inginkan, Admiral ? Kau terlalu banyak bermain-main tanpa alasan yang jelas."
Hakai langsung membalikkan badannya dan berkata,
"Aku akan pergi sebentar… Mungkin sebentar bukanlah kata yang tepat."
"Anda akan pergi ke mana ?"
"Aku akan pergi 'berkunjung'. Ke tempat salah satu 'teman'."
"Jadi… tujuan anda memanggil saya adalah…"
"Meminta tolong supaya kau memimpin tempat ini selama aku pergi. Jika ada masalah, langsung saja hubungi diriku. Lagipula, aku hanya akan pergi sebentar"
"Itu sama saja dengan hukuman…"
Hakai hanya tersenyum saja mendengar apa yang dikatakan oleh 'Ooyodo'.
"Apakah setelah anda kembali… anda akan membawa 'teman' untukku ?"
Hakai melihat ke arah 'Ooyodo' dan berkata
"Mungkin akan kubawakan… mungkin juga tidak… Aku pergi sekarang… Aku tidak punya banyak waktu… Lebih dari ini, tidak akan seru lagi"
Setelah itu, Hakai langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut untuk pergi menemui 'Teman'nya.
Di salah satu markas angkatan laut Jepang. Lebih tepatnya di daerah Rabaul. Di sana merupakan salah satu tempat komando gadis kapal untuk menghadapi Abyssal. Semua itu sudah dilakukan selama sepuluh tahun terakhir. Dan tidak pernah menemui titik akhir dari konfontrasi berdarah. Namun, selama dua tahun terakhir, daerah Rabaul sangat jarang diserang oleh Abyssal.
Walaupun demikian, pemimpin distrik Rabaul masih bekerja dengan keras. Pria dengan wajah ramah dan kacamata, diikuti dengan kacamata, dan memiliki rambut hitam sedikit acak-acakan. Nama pria tersebut adalah Okada Kou. Ia membaca dengan seksamasemua dokumen yang masuk untuk daerah Rabaul.
"Pusat sepertinya mengurangi sumber daya di Rabaul lagi karena di daerah lain lebih membutuhkan. Apakah sumber daya kita sekarang cukup ?"
Kou langsung bersandar di kursinya dan melihat ke arah luar sembari mengistirahatkan matanya yang jenuh melihat semua tulisan di hadapannya. Kemudian, ia mengambil harmonika dari dalam laci ruang kerjanya. Sebuah harmonika dengan bekas baret di setiap sisi harmonika tersebut. Ia menutup mata dan mulai memainkan instrument tersebut.
Setiap tiupan dan nada yang dikeluarkan oleh harmonika tersebut sangat indah. Diiringi dengan angin yang berhembus dengan pelan, suasana tersebut sangat nyaman bila mengingat kondisi mereka sedang dalam kondisi perang.
Kou memainkan harmonika tersebut selama lima belas menit. Setelah itu, ia membersihkan harmonikanya dan kembali menaruhnya ke dalam laci. Setelah itu, ia melihat ke depan dan melihat Kaga duduk di salah satu kursi dengan menutup mata. Melihat itu, Kou langsung berdiri dan berjalan ke belakang Kaga.
Tepat di belakang Kaga, ia mendekati telinga Kaga dan berbisik dengan lembut
"Acara musikku sudah selesai, Kaga."
Menyadari itu, Kaga langsung melihat ke arah belakang dengan wajah terkejut dan memerah. Ia langsung menutup wajahnya dengan tangannya setelah melihat wajah Kou yang tersenyum.
"Kau sudah di sini berapa lama ?"
"Semenjak, anda mulai memainkan harmonika…"
"Bukankah lebih baik kau menyapaku dahulu daripada langsung mendengarkannya dan tidak menyapa seperti itu ?"
Kaga hanya diam saja mendengar apa yang dikatakan oleh Kou. Kemudian, Kou berkata sembari melihat ke arah cincin di tangan kiri Kaga.
"Tapi, bila itu istriku yang melakukannya, hal ini bukan masalah. Benar, Kaga ?"
Kaga masih menutup wajahnya karena ini dikarenakan, memiliki hubungan asmara dengan gadis kapal merupakan hal yang tabu di kalangan laksamana di angkatan laut. Apalagi menikahi mereka. Namun, ada beberapa laksamana yang melanggar hal tersebut di distrik lain selain di pusat. Dan Kou merupakan salah satu laksamana yang melanggarnya.
Kou langsung memeluk Kaga dari belakang dan tersenyum. Mereka seperti itu selama sepuluh menit, hingga Kaga tenang.
Setelah itu, Kaga berdiri dan mencium Kou. Kou membalasnya. Mereka melakukan hal tersebut selama beberapa menit, hingga akhirnya, ada suara dari pintu. Di sana berdiri Yura, Akatsuki dan Hibiki. Menyadari mereka bertiga, Kaga langsung menjaga jarak dari Kou. Yura, sembari menggaruk dagunya, berkata
"Admiral-san… Kaga-san… Aku rasa kalian harus melihat waktu dan tempat jika ingin melakukan itu… Ingat… Masih banyak anak di bawah umur…"
Kaga memalingkan wajahnya karena malu. Sementara Kou hanya tertawa kecil saja. Setelah itu, Kou kembali duduk di kursinya dan berkata,
"Maafkan kami mengenai hal itu…"
"Aku tahu kalian baru saja menikah… Tapi ingat, jika atasan mengetahui hal ini, kalian dapat dihukum. Dan apa yang kalian tunjukan juga tidak baik untuk mereka yang di bawah umur"
"Iya, saya mengetahui hal tersebut."
Yura menghela nafas panjang dengan apa yang dikatakan oleh Kou. Kou hanya tertawa saja melihat hal tersebut dan kemudian ia berkata,
"Jadi, apa laporan dari kalian ?"
"Unit pengintai satu di bawah kepemimpinan kapal penjelajah ringan Yura, dengan kapal perusak Akatsuki dan kapal perusak Hibiki, telah kembali. Tidak ada yang janggal dengan kondisi 100 KM di selatan markas kita."
Kou mencatat apa yang dikatakan oleh Yura. Ia melihat ke arah Yura dan berkata,
"Apakah ada laporan lain ?"
Yura menggelengkan kepalanya. Kou kembali bersandar di kursinya, melihat kembali ke kertas tesebut dan kemudian berkata,
"Kalian diijinkan beristirahat hingga ada pengumuman berikutnya. Setelah unit pengintai dua dan tiga kembali. Jika semua sudah kembali, semua pemimpin unit akan berkumpul di ruangan ini sekali lagi."
Yura langsung memberi hormat. Setelah itu, ia mengajak Akatsuki dan Hibiki. yang mengobrol dengan Kaga selama Yura memberikan laporan kepada Kou, untuk ikut dengan dirinya. Setelah mereka bertiga pergi, Kaga langsung berjalan ke sebelah Kou dan berkata,
"Mereka sangat bersemangat dalam mengintai, walaupun tempat ini sudah lama tidak memiliki masalah dengan Abyssal."
"Biarkan saja… Kita membutuhkan mereka yang memiliki semangat untuk hal ini."
"Jadi… saya tidak ada semangat untuk hal tersebut ?"
"Ti… Tidak... Hanya saja kau…"
"Jadi itu alasan kenapa aku tidak pernah masuk ke dalam satupun tim akhir-akhir ini ? Karena aku tidak punya SEMANGAT ?"
Kaga menajamkan matanya ke arah Kou dan melihat Kou yang berkeringat dingin. Setelah itu, Kaga tertawa melihat reaksi dari Kou. Kou langsung berkata,
"Kaga… kau…"
"Maafkan, aku… Kou. Aku hanya berusaha menganggu dirimu saja"
Kaga masih tertawa sementara, Kou terlihat sangat kesal dengan apa yang dilakukan oleh Kaga. Tidak berapa lama, terdengar ketukan lain. Mendengar itu, Kaga langsung berdiri sigap, dan Kou langsung berkata
"Kalian diijinkan untuk masuk."
Setelah itu, mereka yang berdiri di depan ruangan pun masuk.
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 malam. Kou berdiri dari kursinya, dan kemudian menggukan pengeras suara berkata,
"Kapal penjelajah ringan Yura, Kapal penjelajah ringan Kinu, Kapal penjelajah ringan Abukuma dan kapal induk Kaga. Kalian diharapkan berkumpul di ruang kerja saya pukul 1900."
Setelah itu, Kou kembali duduk dan mengambil dokumen yang sangat menarik perhatian dirinya.
Setelah semua yang dipanggil berkumpul, Kou berdiri dan berkata,
"Tujuan utama saya memanggil kalian semua dikarenakan satu hal. Saya mendapat laporan dari pusat mengenai penyerangan di salah satu markas angkatan laut Jepang yang ukuran jauh lebih kecil dari Rabaul seminggu yang lalu. Dan, markas tersebut hancur tidak bersisa. Tidak ada satupun laksamana maupun gadis kapal yang selamat dari penyerangan itu."
Semuanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Kou. Kaga kemudian mengangkat tangannya dan berkata,
"Apakah ada gadis kapal penting di markas tersebut ? Jika markas pusat memberitahukan hal tersebut, tentu saja salah satu gadis kapal penting yang tenggelam"
"Ada… Kapal penjelajah ringan, Ooyodo. Saat ini, markas pusat sudah menggantikannya dengan Ooyodo yang baru."
Semua gadis kapal langsung terdiam. Setelah itu, Kou berkata,
"Lokasi markas tersebut 1500 KM dari Rabaul dan hal tersebut sangat dekat dengan daerah kita. Markas pusat mengatakan akan mengirimkan unit bantuan dari Kure dan Yokosuka untuk menjaga wilayah ini."
Mendengar kata 'Yokosuka', Kaga langsung terlihat khawatir. Yura, Kinu dan Abukuma juga melihat ke arah Kou dan Kaga. Kure dan Yokosuka merupakan markas angakatan laut Jepang, dan Yokosuka merupakan markas pusat dari seluruh kegiatan angkatan laut.
Dan dikarenakan status dari Kou dan Kaga yang sudah menikah, ditambah wakil Yokosuka akan hadir, tentu saja suasana akan cukup rumit. Kou kemudian berkata,
"Tim dari Kure yang akan pertama kali tiba, mereka terdiri dari dua laksamana baru. Mereka akan tiba lebih kurang tiga hari dari sekarang. Sementara itu, tim dari Yokosuka akan hadir dua hari setelah tim dari Kure tiba. Saya harap kalian dapat berteman dengan mereka."
Keempat gadis kapal tersebut mengangguk. Setelah itu, Kou kembali berkata,
"Selama itu, aku harap kalian berhati-hati. Kita tidak tahu kapan tempat kita akan diserang. Atau mungkin kalian akan diserang pada saat kalian melakukan misi kalian. Saya harap, kalian akan menaikan kewaspadaan kalian. Aku tidak ingin satupun dari kalian tenggelam."
Keempat gadis itu langsung mengangguk. Setelah semua selesai, Kinu, Yura, dan Abukuma kembali melakukan aktifitas masing-masing. Sementara, Kaga diam saja di dalam ruangan Kou. Melihat Kaga yang diam saja, Kou langsung berjalan ke Kaga dan mengajaknya duduk. Setelah duduk, Kou kemudian berkata
"Ada apa, Kaga ? Kau khawatir bila wakil dari Yokosuka hadir di sini ?"
"…"
"Kaga… Aku tahu, kau khawatir dengan hal tersebut. Namun, apakah kau ingat apa yang aku katakana pada saat aku meminang dirimu ?"
Kaga melihat ke arah Kou dengan wajah yang masih khawatir. Dan kemudian berkata
"Kau berkata bahwa kau akan menghadapi siapapun yang menghalangi cinta kita. Walaupun itu… atasan dirimu sekalipun…"
"Ingat ? Aku akan menunjukkannya nanti pada saat mereka tiba. Jika mereka tidak suka, biarkan saja. Karena ini adalah hidup kita berdua. Aku akan menepati apa yang kukatakan saat itu,"
Kaga tersenyum dan memeluk Kou. Setelah itu, ia mencium Kou dan menaruh wajahnya di dada Kou. Kou langsung mengelus kepala Kaga. Setelah itu, Kou berkata,
"Aku ingat… Kau pernah berjanji untuk memberitahuku… mengapa kau dapat jatuh cinta kepada diriku… Apakah kau dapat menceritakannya padaku ?"
Kaga menatap tajam ke arah Kou dan tersenyum. Setelah itu, Kaga melihat ke arah Kou dan berkata,
"Tepat pada saat penerimaan laksamana baru, aku dan Akagi melihat semua laksamana baru dengan menggunakan pesawat pengintai kami. Dan, itu pertama kalinya aku melihat dirimu. Mungkin dapat kukatakan… Aku jatuh cinta pada pandangan pertama."
"Jadi itu menjelaskan, reaksimu pada saat bertemu dengan diriku pertama kali. Aku ingat kau sangat terkejut melihat diriku saat pertama kali kita di divisi yang sama."
"Iya… aku ingat aku kehilangan ketenanganku saat itu."
Kaga menghentikan pembicaraannya. Dan melihat ke arah Kou. Setelah itu, Kaga kembali melanjutkannya.
"Pada awalnya, aku masih bingung dengan perasaanku padamu. Namun, pada saat aku melihatmu sekali lagi. Di taman yang berada di Yokosuka. Kau memainkan harmonikamu, dengan kondisi yang sama seperti di sini. Pada saat aku melihat dirimu, aku semakin yakin perasaanku padamu."
Kou tersenyum melihat senyum dari Kaga. Setelah itu Kaga berkata,
"Dan pada saat kau menyatakan perasaanmu dan meminangku… Aku… sangat terkejut dan bahagia… Aku sempat memberitahu Akagi dan Houshou mengenai hal ini."
"Lalu apa kata mereka ?"
"Mereka mendukungku… Dan sekarang aku merasa bersyukur… mengikuti perasaanku… menerima perasaanmu… dan menikah. Dan tidak berakhir seperti temanku…"
"Kaga…"
Kou langsung mencium Kaga, yang langsung dibalas oleh Kaga. Mereka melanjutkannya di kamar Kou.
Dua hari berlalu semenjak hari itu, Kou berdiri di ujung anjungan di distriknya setelah ia berlari keliling markas Rabaul.
"Hari ini… sepertinya tidak ada tanda-tanda dari Abyssal lagi. Semoga saja apa yang ditakutkan oleh markas pusat tidak terjadi di sini."
Kou kemudian melanjutkan larinya, dan menyapa semua orang yang ia lewati. Hingga akhirnya, ia tiba di depan asramanya. Pada saat ia melihat di pintu masuk asrama, ia melihat Kaga berdiri dengan membawa botol minum dan handuk. Kaga langsung berjalan ke arah Kou dan memberikan botol minum dan handuk tersebut kepadanya.
"Ini… Kou"
"Terima kasih, Kaga"
Kaga langsung mencium Kou. Setelah itu, Kou kembali ke kamarnya, mandi, dan langsung berjalan ke arah gedung administrasi dengan pakaian laksamananya.
Setelah tiba di ruang kerjanya, mendadak ia didatangi salah satu staff yang bertugas untuk mengintai.
"Ada apa ? Jika dirimu sebagai pemimpin staff pengintai kemari, berarti ada sesuatu yang buruk."
"Kami mendapat reaksi unit Abyssal yang sangat besar datang kemari."
"Kau bilang 'besar' ? Seberapa besar yang kau maksud ?"
"Lebih kurang tiga kompi…"
"Itu… Gadis kapal kita mungkin mampu menahan mereka. Tapi, bila ada serangan lain… kita akan hancur… "
"Itu… yang kami baca dari selatan Rabaul…"
"Selatan ?"
Orang tersebut terdiam sebentar setelah Kou berkata demikian. Kou langsung menyadari kondisinya saat ini.
"Sumber daya yang kita punya, baik jumlah tentara manusia dan gadis kapal tidak terlalu banyak… Jika mereka juga menyerang dari sisi lain…"
"…"
"Kita harus dapat menahan mereka sampai bantuan dari Kure tiba besok…"
"Mereka tidak akan tiba besok…"
Mendengar apa yang dikatakan oleh orang tersebut, Kou langsung berdiri. Ia langsung berkata,
"Apa maksudmu mereka tidak akan hadir besok ?"
"Kami baru saja mendapat panggilan dari unit mereka. Mereka terjebak di tengah badai, dan harus menghentikan langkah mereka jika tidak ingin tersesat."
Kou langsung lemas mendengarnya. Ia duduk kembali di kursinya, dan melihat ke arah luar. Kemudian, Kou berkata
"Dari observasi kalian… Apakah lawan membawa kapal induk ?"
"Kapal induk type Wo ada tiga unit."
"Selain itu ?"
"Kapal perusak type To, Kapal penjelajah berat type Ri dan Kapal tempur type Ru."
"Perkiraan mereka tiba di sini ?"
"Jika melihat kecepatan mereka, mereka akan tiba pukul 1800"
Kou langsung melihat ke arah jam dinding dan melihat masih ada waktu 9 jam dari sekarang. Kemudian, ia sadar sesuatu,
"Tadi kau bilang… badai… Apakah badai itu akan tiba di Rabaul ?"
"Iya… badai tersebut akan tiba di Rabaul sekitar pukul 2200"
Kou kembali terdiam. Ia kemudian berkata,
"Kau diijinkan kembali ke posmu. Lanjutkan pengintaian sekarang juga."
"Siap, laksamana."
Setelah orang tersebut keluar, Kou langsung duduk dan memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh orang tersebut.
"Hanya ada waktu 9 jam sebelum mereka menyerang. Dan ada perbedaan 4 jam sebelum badai datang. Ditambah lagi pasukan dari Kure datang terlambat."
Kou kembali melihat ke arah daftar tentaranya dan gadis kapal. Kemudian, ia menarik nafas panjang, mengambil mic dan berkata,
"Seluruh pemimpin kompi, kalian diharapkan berkumpul di ruangan saya pukul 1000. Lalu, kapal penjelajah ringan Yura dan kapal induk Kaga, kalian diharapkan berkumpul di ruangan saya pukul 1100."
Setelah memberi pengumuman itu, Kou langsung menyiapkan semua strategi yang mampu menahan serangan Abyssal hingga pasukan dari Kure tiba.
Pukul 11, Kaga dan Yura sudah tiba di depan ruang kerja Kou. Mereka melihat semua komandan di Rabaul keluar dari ruangan tersebut dengan tatapan siap. Dari situ, mereka berdua menyadari akan terjadi sesuatu yang besar akan menimpa Rabaul.
Melihat Yura dan Kaga sudah ada di ambang pintu, Kou langsung mempersilahkan mereka berdua untuk masuk. Setelah masuk, Kaga langsung bertanya,
"Apakah Abyssal yang menyerang markas lain yang akan menyerang kita ?"
"Sepertinya, aku tidak dapat memastikan mereka unit yang sama menghancurkan markas lain. Karena, aku mendengar rumor… Yang menghancurkan mereka, hanya satu."
"Dapat dikatakan unit yang menyerang kita…"
"Merupakan unit yang berbeda, atau mereka berada di belakang pada saat kondisi itu."
Yura kemudian menyela pembicaraan mereka berdua. Ia langsung bertanya,
"Jika boleh saya tahu, berapa besar perbedaan antara kekuatan gadis kapal di sini dan unit Abyssal ?"
"Jika dihitung dengan perkiraan… satu dari kita harus menenggelamkan setidaknya 20 kapal mereka."
Mendengar jumlah itu, Yura dan Kaga terdiam. Kemudian Yura berkata,
"Lalu… Setidaknya unit dari Kure akan…"
"Mereka datang terlambat karena ada badai yang menghalangi mereka. Kita hanya dapat bertahan dengan semua yang ada di sini."
"Tapi… dengan jumlah sebanyak itu… bagaimana kita…"
Kou melihat ke arah Yura dan Kaga, kemudian ia berkata
"Mustahil untuk kita menahan mereka. Jika kita mampu menahan mereka hingga subuh sekalipun, aku tidak dapat menjamin korban yang jatuh di pihak kita. Dan ada kemungkinan, kita kehilangan gadis kapal di perang ini."
Yura mengigit bibir bawahnya mendengar apa yang dikatakan oleh Kou. Kemudian, Kou berkata,
"Namun, kita setidaknya dapat meminimalisir jumlah kematian di pihak kita dengan menggunakan kondisi alam di sekitar Rabaul. Kaga, kau pernah berkata ada wilayah yang cukup dangkal di sekitar sini, apakah itu benar ?"
"Iya… wilayah yang cukup dangkal tersebut terdapat di tenggara dari markas kita."
"Aku akan mengerahkan Kapal Induk Kaga, Kapal Perusak Kagerou, Kapal Perusak Shiranui, Kapal Perusak Hibiki, Kapal Perusak Akatsuki dan Kapal Penjelajah Ringan Kinu untuk ke sana. Tugasmu adalah memberikan perlindungan udara terhadap markas kita, dan kapal penjaga untuk melindungi dirimu."
"Jika saya boleh tahu, berapa kapal induk lawan yang akan menyerang kemari ?"
"Tiga kapal induk type Wo."
"Apakah saya diijinkan menggunakan Reppu ?"
"Diijinkan… Kita sudah cukup lama tidak menurunkan kapal induk. Kita akan menggunakan semua sumber daya kapal induk untuk menghadapi hal ini. Kemudian, untuk Yura…"
Mendengar namanya dipanggil, Yura langsung memberi hormat.
"Kau akan memimpin unit dengan isi Kapal Penjelajah Ringan Abukuma, Kapal Penjelajah Ringan Kuma, Kapal Penjelajah Ringan Tama, Kapal Perusak Inazuma, Kapal Perusak Ikazuchi, Kapal Perusak Kuroshio, Kapa Perusak Hatsukaze, Kapal Perusak Mutsuki dan Kapal Perusak Kisaragi."
"Siap, laksamana."
"Tugasmu merupakan yang paling berat. Kau akan menjadi ujung tombak dari misi ini. Kalian akan mendapat serangan langsung dari lawan. Gunakan manuver dengan baik dan sebisa mungkin hindari korban berjatuhan. Jika sudah tiba saat perang, semua akan bergantung pada intuisimu."
"Siap, Laksamana."
"Aku sudah meminta Kapal Penjelajah Berat Takao dan Kapal Penjelajah Berat Atago untuk menjaga di pelabuhan. Mereka yang akan menjadi perlindungan terakhir dari lawan. Jika kalian sudah merasa tidak mampu, mundur. Bergabung dengan Takao dan Atago untuk melindungi markas ini."
"Siap, Laksamana."
Ruangan tersebut mendadak sangat hening. Hingga akhirnya, Kou berkata,
"Hanya ini yang dapat kupikirkan supaya kita mampu bertahan. Sisanya tergantung dari intuisi kalian masing-masing. Kalian diijinkan untuk bersiap-siap sekarang."
Yura langsung memberi hormat dan keluar dari ruangan. Sementara, Kaga masih diam di dalam ruang kerja Kou. Kou langsung duduk dan dapat terlihat dengan jelas dia sangat letih dikarenakn tiga jam terakhir merupakan tiga jam terlama yang pernah dirasakan oleh Kou. Kaga langsung berjalan ke arah Kou dan memeluknya.
"Kou… Aku tahu ini mustahil… Tapi, istirahat sebentar saja…"
"Tidak bisa… Hari ini merupakan hari yang sangat berat. Dan akan menjadi hari penentuan. Apakah ini akan menjadi hari terakhir markas ini atau kita akan melihat hari esok. Maafkan aku, Kaga"
"Setidaknya… makan dahulu saja… Aku… tidak… Kami tidak ingin laksamana kami pingsan pada saat memimpin nanti."
Kou tersenyum mendengarnya. Kemudian, ia berkata,
"Kau tahu… Ini akan menjadi pertempuran terbesarku yang kedua. Pada saat pertempuran pertama, aku sangat ketakutan, dan tidak dapat berpikir apa-apa. Dan saat itu… Unitku… Tenggelam semua."
"…"
"Aku tidak ingin pertempuran ini berakhir setragis saat itu. Aku hanya ingin kita semua dapat selamat dari pertempuran ini… Kemudian, kita melanjutkan kehidupan kita seperti biasa."
Kaga semakin mengeratkan pelukannya kepada Kou. Kou langsung memegang tangan Kaga, dan menciumnya. Setelah itu, ia mengambil harmonika miliknya, dan kemudian berkata
"Aku akan memainkan satu lagu yang dapat membangkitkan semangatmu. Tolong dengarkan ya…"
Kou mulai memainkan lagunya, dan pada saat itu Kaga menyadari lagu tersebut. Lagu tersebut merupakan lagu yang dimainkan oleh Kou saat di Yokosuka, dimana Kaga meyakinkan dirinya mencintai Kou. Air mata Kaga mulai membasahi pipinya dan jatuh ke pipi Kou. Kou yang merasakan air mata tersebut, menghentikan lagunya dan menyeka air mata Kaga.
"Aku tahu… apapun yang akan kita lakukan sekarang tidak akan memihak kita. Kita akan mati cepat atau lambat."
"…"
"Tapi… aku ingin memberikan perlawanan terakhir kepada Abyssal. Aku ingin memberikan secercah harapan untuk tim kita, untuk tetap hidup. Dan melanjutkan kisah hidup kita"
"…"
"Dan aku yakin… kau juga berpikir hal yang sama. Semua yang kulakukan saat ini hanyalah omong kosong. Sebuah omong kosong yang hanya mengarah kepada kesedihan yang dalam."
"…"
"Namun, akan kutekankan… Aku sudah sangat bahagia dapat bersama dirimu. Dapat bersama dengan yang lainnya. Namun terutama dirimu. Kau merupakan wanita yang paling kucintai sepanjang hidupku. Kaga."
Air mata mulai menitik dari mata Kou. Begitu pula dari mata Kaga. Kou memegang tangan Kaga, dan melihat ke arah Kaga. Kemudian, ia menciumnya lagi.
"Setelah semua ini selesai… Aku akan memberikanmu ciuman sekali lagi. Jadi, tetap hidup di depan sana, Kaga."
"Kau juga tetap hidup… agar kau dapat menepati janjimu."
Mereka menyeka air mata masing-masing, dan berpelukan. Setelah itu, Kaga menarik nafas panjang melihat ke arah Kou, dan berkata
"Saya akan bersiap-siap untuk misi nanti sore"
Kou langsung mengangguk. Ia melihat sosok Kaga yang menghilang melewati ambang pintu. Kemudian, ia melihat ke arah harmonika di tangannya, dan memainkan satu lagu.
Lagu yang ia buat setelah pertempuran pertama. Lagu mengenai perjuangan menghadapi lawan yang tidak mungkin dihadapi, namun masih ada harapan yang akan muncul membantu mereka.
Di luar gedung administrasi, terdengar suara untuk evakuasi secepatnya, dan semua regu bersiap-siap di pos masing-masing. Kondisi yang sesuai dengan lagu yang dimainkan oleh Kou. Setelah selesai memainkan lagu tersebut, Kou menaruh harmonika tersebut di kantong bajunya, dan berjalan ke ruang komando.
Semua orang sudah siaga di pos masing-masing, termasuk semua gadis kapal. Kou menunggu dengan tenang di dalam ruang komando, menunggu laporan dari regu pengintai dan dari unit penjaga radar.
Semua terlihat tegang pada saat matahari semakin terbenam. Kou menutup mata sebentar, hingga mendengar kabar.
"Pesawat lawan sudah mendekati daerah kita. Mereka akan tiba dalam waktu 10 menit dari sekarang."
Kou langsung berdiri dan berkata,
"Kirim pesan kepada Kaga. Luncurkan pesawatnya sekarang juga. Kita akan menahan mereka !"
Setelah itu, Kou langsung mengambil mic dan berbicara dengan lantang
"Kita akan meraih kemenangan hari ini ! Kita tunjukan kemampuan tentara dari Rabaul kepada Abyssal !"
Diiringi teriakan dari luar. Sementara itu, Kaga masih terdiam menunggu pesan dari ruang komando. Tidak berapa lama, ia mendapat pesan untuk meluncurkan pesawatnya. Kaga menarik nafas panjang, menyiapkan busur panahnya dan kemudian berkata,
"Ini akan sangat mudah. Bukan masalah besar… Karena mereka anak-anak yang hebat."
Kemudian, ia melepaskan anak panahnya ke udara. Setelah itu, Kaga menutup matanya, melihat kepada semua gadis kapal di sekitarnya dan berkata,
"Kita akan bertahan di sini. Kalian semua yang memiliki radar dan sonar perhatikan sekitar. Walupun air di sini sangat dangkal, bukan berarti tidak ada kapal selam di sekitar sini. Perhatikan juga kondisi sekitar kita dalam jarak 5 KM dari masing-masing jarak pandang. Jika perlu, Akatsuki, Hibiki gunakan lampu sorot kalian. Yang lain, lindungi Akatsuki dan Hibiki !"
Semua langsung berteriak penuh semangat mendengar perintah dari Kaga. Kemudian, Kaga berkata dalam hati, 'Semoga tim Yura baik-baik saja…'
Sementara itu, tim Yura mulai melakukan ofensif mereka. Mereka menghindari berbagai peluru yang datang ke arah mereka.
"Kita bagi tim kita menjadi dua tim kecil. Aku akan memimpin tim yang terdiri dari Tama, Ikazuchi, Inazuma, dan Hatsukaze. Abukuma kau memimpin unit yang terdiri dari Kuma, Kuroshio, Mutsuki dan Kisaragi."
"Siap, Yura. Aku akan menyerang sisi kiri mereka. Kau langsung saja menyerang sisi kanan mereka."
Mereka langsung memecah formasi mereka dan menyerang kedua sisi dari formasi lawan. Pada saat jarak torpedo sudah tercapai, Yura langsung berkata
"Semua unit, siapkan torpedo kalian. Kita serang mereka 500M dari sekarang ! Target kita adalah Kapal Tempur Ru atau Kapal Induk Wo !"
Mereka semua fokus dengan target mereka dan pada saat Yura berteriak, 'Tembak' mereka menembakkan dua torpedo. Setelah itu, mereka menyiapkan untuk serangan kedua. Pada saat menyiapkan itu, Yura langsung berkata,
"Arahkan meriam kalian… Kita akan menembak mereka selagi menunggu torpedo kita siap. Tetap bergerak zig-zag sembari menghindari tembakan mereka !"
Mereka menembakkan peluru mereka satu per satu. Pada saat torpedo siap, mereka menembakkannya sekali lagi. Mereka melakukan hal tersebut hingga Abukuma memanggil Yura.
"Di sini, kami berhasil menghancurkan dua kapal tempur Ru dan satu kapal induk Wo. Di sisi sana bagaimana ?"
"Kami berhasil merusak beberapa kapal, namun tidak berhasil menenggelamkan satupun. Dan saat ini, kami kehabisan peluru."
"Di sini juga kehabisan peluru. Mari kita berkumpul untuk lebih defensif bersama Takao dan Atago."
Yura langsung memerintahkan unitnya untuk mundur dan bertemu dengan unit Abukuma. Pada saat itu, Yura merasakan sesuatu dan berkata dalam hati.
'Mengapa ada kabut yang sangat tebal…'
Yura langsung menggelengkan kepalanya, dan mendapat panggilan dari Kaga.
"Yura, bagaimana kondisi di lini depan ?"
"Beberapa kapal dari Abyssal sudah hancur. Namun, jumlah mereka masih cukup banyak. Saat ini kami akan mundur."
"Itu sudah sangat bagus. Maafkan saya jika pertahanan udara kurang memadai karena kabut yang mendadak muncul."
"Itu bukan masalah. Apa yang kau berikan sudah lebih dari cukup. Apakah posisimu diserang ?"
"Iya, posisi kami diserang oleh unit kapal perusak Abyssal. Namun, kami berhasil menghancurkan mereka dengan bayaran Akatsuki dan Hibiki rusak berat."
"Itu kabar yang cukup baik. Aku akan melaporkannya kembali kepada laksamana."
"Terima kasih, Yura."
Yura kemudian menghela nafas panjang. Ia melihat ke arah belakang, dan mulai melapor kepada Kou.
"Laksaman, kami akan memulai pertahanan. Tolong siapkan unit kita untuk…."
Yura, yang sudah bertemu unit Abukuma, berhenti sejenak dan melihat sosok seseorang di dalam kabut. Yura kemudian berkata,
"Saya melihat sosok seseorang. Sepertinya saya… berhalusinasi…"
Kou bingung dengan apa yang dikatakan oleh Yura. Dan langsung berkata,
"Yura sebaiknya kau…"
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, ia mendengar suara teriakan. Teriakan dari Tama dan Kuma. Diikuti dengan suara statis.
"Yura… Yura !" teriak Kou sembari mengambil salah satu mic bawahannya.
Di tempat Yura, Yura melihat Kuma dan Tama yang sudah kehilangan tubuh bagian bawah kejadian itu sangat cepat, karena sosok itu bergerak dengan kecepatan yang tidak normal.
"Semua bentuk formasi pertahanan… Jangan sampai dia…"
Yura mendengar suara teriakan lain. Kali ini dari arah Kuroshio dan Hatsukaze. Ia melihat darah dan oli yang mulai tersebar di lautan. Menyadari situasi semakin berbahaya bila mereka tetap di sana, Yura langsung berteriak,
"Semua mundur dengan kecepatan penuh !"
Mendengar itu, semua langsung bergerak dengan kecepatan tertinggi mereka. Yura berusaha memanggil ruang komando, namun gagal. Dan pada saat bersamaan, satu per satu kapal perusak tumbang, dan hanya Yura dan Abukuma saja yang tersisa. Abukuma kemudian berkata
"Yura… Sepertinya… Ini akan menjadi akhir kita…"
"Abukuma… jangan berkata seperti…"
"Kau tidak melihat apa yang terjadi pada mereka ? Kita bahkan tidak mampu menembak ke arah dirinya dengen peluru kita yang tersisa."
"…"
"Jika kita bersama seperti ini, tidak ada satupun yang selamat. Jika satu dari kita menahannya, mungkin… kita dapat meminta bantuan dari unit Takao atau unit Kaga."
"Abukuma jangan bilang…"
"Yura… Pergi, aku akan menjadi umpan…"
"Tapi…"
"YURA."
Abukuma tersenyum kepada Yura dan membalikkan badannya. Sosok yang mengejar mereka mulai terlihat. Abukuma langsung menyalakan lampu sorot dan pergi ke arah berlawanan dari Yura. Sementara, Yura kembali mengarah ke markas sembari mencoba menghubungi ruang komando, atau unit Kaga.
"Tolonglah… Salah satu dari kalian…"
Kemudian, ia mendengar suara wanita yang sangat dikenalnya,
"Yura… Ada apa ?"
"Kaga-san !"
"Yura… kau terdengar cukup panik. Apa yang terjadi ?"
Terdapat keheningan sebentar dari sisi Yura, hingga Yura berkata,
"Unitku sudah hancur total. Tidak ada satupun yang selamat."
"Apa maksudmu dengan…"
"Dengar… Unitku dihancurkan oleh satu sosok yang tidak kami kenal… Satu per satu dibunuh olehnya. Dan mungkin… aku sebentar lagi akan dibunuh."
"Yura… tetap lanjutkan komunikasimu…"
"Abukuma sedang menjadi umpan, namun aku sudah tidak mendapat laporan mengenai kondisinya. Kaga… Aku punya permintaan… Tolong… Kembali ke markas… sekarang… lindungi… Laksamna"
Komunikasi langsung terputus. Pada saat sebelum terputus, Kaga mendengar suara tembakan yang mengenai Yura diikuti seperti suara kepala yang ditarik paksa dari tubuhnya.
Kaga langsung menelan ludah, berusaha mencerna apa yang terjadi dengan Yura. Tidak berapa lama, mereka mendengar ledakan. Kinu melihat ke arah asal ledakan tersebut dan berkata,
"Ledakan itu… bukankah… itu dari markas kita ?"
Kaga langsung melihat ke arah sana dan mulai bergerak secepat yang ia bisa. Kaga tidak menghiraukan unitnya yang memanggil namanya, karena yang penting bagi dirinya adalah kondisi dari Kou, suaminya.
Semakin mendekati markas, ia melihat markas tersebut sudah merah oleh nyala api. Pada saat sampai di pelabuhan, ia melihat tubuh atas Takao di sekeliling mayat tentara. Kaga berlari ke arah Takao, dan menutup matanya. Kemudian, ia melihat sisa dari tubuh Atago. Hanya kepala saja yang tersisa. Tidak berapa lama, unitnya sudah tiba di markas mereka. Kaga memerintahkan mereka semua untuk berjalan mencari orang yang selamat.
Setelah itu, Kaga mulai berlari ke arah ruang komando. Dikarenakan gedung yang runtuh, ia berjalan cukup lama. Dan sepanjang perjalanan, ia mendengar suara teriakan dari berbagai arah.
Hingga akhirnya, ia berhenti di pertigaan yang sudah tertutup oleh gedung. Di sana, ia melihat tubuh Kinu yang sudah terbuju kaku. Kaki kanan dan tangan kanannya sudah tidak ada. Matanya menatap lurus ke atas. Kaga langsung berlari ke arah Kinu, dan kemudian menutup matanya.
Kemudian, Kaga melihat sesosok yang tidak ia kenal. Kaga pertama berlari ke arah sosok tersebut hingga akhirnya, ia melihat dengan jelas sosok tersebut, dan apa yang ada di tangannya. Di tangan sosok tersebut, terdapat kepala dengan wajah yang sangat dikenalnya. Wajah yang ramah, namun sekarang sangat pucat, dan tidak bernyawa. Wajah dari suaminya sendiri, Okada Kou.
Kaga yang melihat itu, langsung berlari ke arah sosok tersebut, dan berusaha memukulnya. Namun, pukulannya ditahan olehnya. Kaga berusaha memukul terus, hingga akhirnya tangannya dipatahkan oleh sosok tersebut.
"Menyedihkan…"
Kaga mendengar apa yang dikatakan oleh sosok tersebut. Sosok itu kembali berkata,
"Aku berharap dapat mendapatkan hiburan lebih di sini. Tapi… Sepertinya tidak…"
Kemudian, sosok tersebut mengangkat kepala Kou dan berkata,
"Tapi… mungkin akan lebih menyenangkan… bila suami istri dapat bersama kembali… di dunia sana…"
Sosok itu melihat ke arah Kaga, dan tersenyum. Kaga melihat, tangan kiri dari sosok dihadapannya berubah menjadi meriam. Meriam itu diarahkan ke arah dirinya.
"Larilah… Sangat tidak menyenangkan melihat target yang tidak bergerak sama sekali. Lari…"
Kaga masih terpaku di tempat dia duduk. Ia melihat ke arah wajah Kou. Dan kemudian, ia berkata,
"Kau pembohong… Kau tidak menepati janjimu… Aku sudah melakukan yang terbaik… Mengapa dirimu… tidak ?"
Sosok itu melihat ke arah Kaga, dan melihat tatapan kosong dari Kaga. Kaga kembali melanjutkannya,
"Kau bermimpi untuk tetap hidup… Kau membangkitkan semangat hidup kita… Kau memimpin kita untuk tetap hidup… Mengapa… Dirimu… Tidak berjuang untuk hidup… Hei… Kou…"
Kaga mendekati kepala Kou, dan bermaksud memeluk kepala Kou. Mengetahui apapun yang dikatakan olehnya akan didengar oleh Kaga, sosok itu langsung mengarahkan meriam itu ke kepala Kaga dan berkata,
"Aku akan mengabulkan satu permintaan yang kau inginkan..."
"Aku ingin bertemu dengan Kou… Aku… Hanya akan dapat hidup… dengannya… Tanpa dirinya… aku…"
"Aku akan mengabulkan permintaanmu."
"Terima kasih…"
Kemudian, Kaga tersenyum dan berkata, "Kou, aku akan menyusulmu… ke dunia sana"
Tidak berapa lama, tidak terdengar suara tembakan meriam. Hanya sebuah suara benda yang tajam dan dingin menembus dada Kaga. Sosok itu mengubah tangannya menjadi sebuah pedang hitam.
Kaga, yang pada saat itu sedikit sadar, melihat ke arah kiri, dan melihat Kou yang berdiri di sana. Ia tersenyum dan berkata "Aku pulang… Kou…"
Setelah itu, tubuh Kaga terbujur kaku di depan sosok tersebut. Pertempuran yang berlangsung selama dua jam tersebut berakhir. Pada saat unit dari Kure tiba, mereka melihat markas Rabaul sudah hancur lebur.
Mereka tidak melihat satu pun mayat dari gadis kapal. Yang mereka temukan adalah mayat tentara dari Rabaul yang sudah tersusun dengan rapi dengan kepala pemimpin mereka di pasang di salah satu sisi dari mayat tersebut. Di sana terdapat sebuah tulisan.
"Semua pengorbanan ini… Semua semangat ini… Untuk menunjukkan siapa kita di hadapan mereka !"
Setelah mereka melapor ke pusat sebuah tulisan tertulis di sana, dengan isi semua yang meninggal dan semua gadis kapal. Semua yang penting di Rabaul tertulis di sana.
Okada Kou – Meninggal
Akatsuki – Tenggelam
Hibiki – Tenggelam
Inazuma – Tenggelam
Ikazuchi – Tenggelam
Kagerou – Tenggelam
Shiranui – Tenggelam
Kuroshio – Tenggelam
Hatsukaze – Tenggelam
Mutsuki – Tenggelam
Kisaragi – Tenggelam
Kuma – Tenggelam
Tama – Tenggelam
Yura – Tenggelam
Kinu – Tenggelam
Abukuma – Tenggelam
Takao – Tenggelam
Atago – Tenggelam
Kaga – Tenggelam
Sementara itu, Hakai sudah kembali ke markasnya. Pada saat ia masuk ke dalam ruang kerjanya, ia mendapat 'Ooyodo' bertengkar dengan gadis yang sama.
"Kau menghabiskan cukup banyak sumber daya hanya untuk menghancurkan unit kecil ini ?"
"Kau memang pengganti sementara, tapi karena kau lebih lemah dariku… Sebaiknya kau terima saja apa yang tertulis di sini. Dan kau sebaiknya tidak menghubungi dirinya… Atau kau akan…"
Hakai memukul kepala gadis itu dan berkata,
"Dia akan diapakan ?"
"Ah… Laksamana… Sejak kapan kau ?"
"Sudah tiba dari pagi tadi… Kembali berlatih sekarang. Aku tidak ingin melihat pertengkaran pada saat aku baru kembali."
Gadis itu langsung pergi keluar ruangan karena takut dengan aura yang dipancarkan oleh Hakai. 'Ooyodo' langsung berdiri dan berkata,
"Apakah anda bertemu dengan teman anda ?"
"Sangat disayangkan tidak… Pada saat ada di sana, ia sudah meninggal."
"Saya turut berduka cita dengan hal tersebut."
"Itu bukan masalah. Apakah kau melakukan tugasmu dengan baik ?"
'Ooyodo' melihat ke arah Hakai dan menceritakan semua yang terjadi selama Hakai tidak ada di markas. Semua menyangkut gadis yang sama.
"Hah… aku rasa, dia perlu sedikit pelajaran mengenai sikapnya…"
"Saya setuju dengan anda, laksamana."
"Daripada itu… Aku membawa teman untuk dirimu. Dia sepertinya akan menjadi teman baikmu."
"Apakah itu benar ?"
"Iya…"
"Dimana dia sekarang ?"
"Saat ini, ia berada di dock untuk sedikit 'perbaikan'. Ia terluka selama perjalanan kemari."
"Apakah saya… boleh menemui dia ?"
"Tentu saja. Ia akan menjadi teman baikmu selama di markas ini. Aku kasihan kau selalu bertengkar dengan mereka semua."
"Terima kasih banyak. Jika saya boleh tahu… Siapa namanya ?"
"Nama…"
Hakai terdiam sebentar, dan mengambil sesuatu dari dalam kantongnya. Kemudian ia melihat ke arah 'Ooyodo' dan berkata
"Nama dia adalah Kapal Induk 'Kaga'. Temani dia selama di markas ini. Dan sebisa mungkin buat di betah untuk tinggal di sini."
"Tentu saja laksamana !"
'Ooyodo' langsung berlari keluar ruangan untuk menemui teman barunya. Sementara, Hakai berjalan ke arah kursi, dan menaruh dua cincin ke dalam laci di tempat yang sama dengan harmonika yang ia simpan. Ia kemudian melihat ke arah langit-langit dan berkata,
"Kalian tentu saja sudah dapat menebak… Apa yang kulakukan selama kejadian itu… Di pihak mana diriku… Dan kalian dapat menebak apa yang terjadi selanjutnya pada Kaga… Tapi harap kalian ketahui… kejadian di Rabaul kurang menarik perhatian dan tidak sesuai dengan ekspetasiku… Namun, ekspresi yang mereka berikan… Sangat menarik… Terutama semangat mereka untuk tetap melawan… Walaupun mereka tahu kondisi tidak ada di pihak mereka."
Hakai terdiam sebentar, melebarkan tangannya dan kemudian kembali berkata sembari tersenyum,
"Sepertinya… akan ada kejadian menarik lainnya… Dan kali ini… Siapa yang akan menjadi teman untuk 'Ooyodo'…"
