.

.

.

.

.

Pertama-tama, ampuni aku Tuhan

.

.

.

.

"Tanggung jawab? Apa maksudmu? Apa aku menghamilimu?"

'...'

"Terserah apa katamu."

'...'

"Tidak.. Tidak.. Kau salah paham tentang itu, aku terbawa suasana ok? Dan aku— Ya! Jungkook! Jeon Jungkook!"

Tut.. Tut..

Sial. Aku menatap ponsel pintarku dengan mimik terjelek dan pernah ada.

Yang barusan itu adalah Jeon Jungkook, kekasihku yang ku kejar-kejar saat berada di bangku kelas dua yang tiba-tiba saja berubah menjadi sosok seperti nenek lampir.

Walau pun dia berubah menjadi nenek lampir sekalipun aku tetap mencintainya, hm.

Malam ini aku berkeringat sangat banyak di karena kan suatu hal yang tak bisa ku jelaskan, rasanya tidak nyaman jika kembali untuk tidur dan ketika aku memilih mandi, aku teringat jika tangan kanan ku masih terbalut oleh gips.

Sial sekali, mengapa semerepotkan ini hidup menjadi manusia?

Aku tak akan menjelaskannya apa yang telah terjadi padaku. Cukup karena kecelakaan motor yang lazim dialami banyak orang. Apalagi untuk bocah tengik tanpa surat keterangan mengemudi sepertiku.

"Yaa! Park Tae hyung! Park Jesper! Cepat turun! Makan malam sudah siap!"

Lengkingan itu terdengar di kesekian belasan tahun aku hidup, jadwalnya tiga kali sehari lengkingan itu akan berbunyi. Seperti alarm sekolah tapi bedanya lengkingan ini aku menyukainya, sangat menyukainya. Karena...

...itu suara lengkingan ibuku yang cantik.

Aku meletakan ponselku dan bersiap untuk turun.

"Yaa! Park Tae Hyung!"

Aku menghela napas.

"Iya, eomma! Sebentar!"

Ingatkan sekali lagi jika namaku adalah Jung Tae hyung dan itu masih tertara di dalam akte kelahiranku!

Marga Park aku dapatkan dari Park Chanyeol yang telah menjadi ayah tiriku.

Sekarang aku dapat melihat Appa sedang membaca berita melalui smartphone miliknya. Ia selalu terlihat sibuk.

"Appa Annyeong."

Dia mengangkat kepalanya dan melihatku. "Sampai kapan kau akan terus memakai gips walau nyatanya kau sudah tidak apa-apa, bocah tengik."

Damn! Damn! Mengapa selalu begini? Ia tahu semua rahasiaku walau aku menyembunyikannya rapat-rapat. Aku memakai gips agar selalu mendapat uang jajan tambahan dari Appa.

Dengan itu aku pura-pura meringis. "Aniya! Aku betul-betul kesakitan."

"Hm." hanya begitu tanggapannya.

Masa bodoh.

Saat ini aku telah duduk di hadapan banyak makanan yang terhidang dan aku dapat melihat adikku Jesper —14 tahun sedang berjalan dengan pantat montoknya yang bergoyang ke kanan dan ke kiri, dan jangan lupa baju tanpa lengan berwarna hitam yang ia kenakan sangat ketat, aku tahu cuaca saat ini cukup panas walaupun sudah malam. Tapi tak mengerti kah dunia jika kakak nya ini adalah seseorang yang mudah horny?

Saat Jesper melangkah mendekatiku, aku menyepatkan diri untuk menampar pelan pantatnya dan ia cukup memekik seperti gadis.

"Ya! Apa yang kau lakukan!" ucapnya nyalang

Dan aku hanya menatapnya dengan senyuman idiot padahal dalam hati aku memuji kekenyalan pantatnya.

Tapi masih jauh kenyal dari pantat ibuku, kupikir.

Aku lapar, dan mengambil satu daging ayam dengan lengan kiriku seraya melahapnya.

"Ganti celana dan bajumu, kau tampak seperti gadis yang baru menstruasi." ejekku sekenanya

Kulihat dia membulatkan matanya. "APPA LIHAT ALIEN INI!"

"Park Taehyung." aku diam saat Appa menegur dan Jesper meleletkan lidah kecilnya kearahku.

Lidah yang terasa manis jika seandainya bisa ku hisap.

"Ya! Jangan berteriak dihadapan makanan, Park Chanyeol letakkan ponselmu dan Park Tae Hyung makanlah menggunakan tangan kanan!"

Aku menatap eomma malas sehari tetap mengunyah ayam.

"Seseorang tolong ingatkan jika lengan kananku sedang dipasang gips sialan ini!"

Eomma terdengar memekik dan menghampiriku lalu mengecup dahi ku pelan. Aku masih memasang wajah datar tetapi tak ku pungkiri jika hatiku terasa hangat.

Appa ku terlihat melotot tak terima. "Taehyung hanya berpura-pura, sayang."

Aku menyeringai puas saat eomma menatap Appa dengan tajam.

"Putraku sedang sakit. Ja, eomma siapkan."

Jesper menatap kami tak terima, dia terlihat berontak seperti gadis. Memang anak itu sering kali kesal jika eomma memanjakanku.

"Eomma juga harus menyuapiku!"

Aku mendengus keras. "Kau masih memiliki tangan, bodoh!"

"Aku tidak bodoh!" sangkalnya lalu dia memegang tangan eomma, tanda dia akan merajuk. "Eomma~~"

Eomma menatapku tajam. "Jangan menyebut adikmu bodoh, Park Tae Hyung."

Dengan menyengir tak iklas dan seringai kemenangan dari adikku, semua berjalan lancar.

"Tidak perlu eomma, aku makan sendiri saja."

Dan aku memiliki info penting perihal seorang lelaki yang merangkap sebagai ibu kandungku merupakan sosok yang sangat seksi dan cantik meski usianya sudah 36 tahun, sedangkan adik laki-laki ku, Park Jesper, sangat manis dan merangsang meskipun baru berumur 14 tahun.

Makan malam telah usai, kini aku sedang akan memakai bajuku. Namun...

Tok Tok

Dengan kesetanan aku memakai gips kembali dan membuka pintu dengan telanjang dada.

"Taehyungie."

Oh, ternyata eomma membawakan ku makanan.

"Eomma? Mwohani?"

Eomma ku memasuki kamar tanpa kusuruh dan meletakan makanan yang ia bawa di atas meja kecil.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya eomma seraya memungut baju ku yang berceceran dan memasukannya ke keranjang.

"Oh, aku sedang akan memakai baju, eomma."

Eomma mengambil baju di atas kasur dan menghampiriku. "Biar eomma bantu."

Aku hanya mengangguk. Dan saat eomma memasukan lubang baju ke kepalaku, ia tak sengaja menyentuh otot bisepku.

Jujur aku tegang.

Eomma ku terdiam dan yang terjadi selanjutnya adalah eomma mengelus otot bisepku, turun ke punggung liat ku dan kembali lagi ke bahu lebarku. Aku banyak menahan nafas dan sedikit berkeringat.

"Eomma tak ingat jika kau memiliki ini, dulu kau sangatlah kecil, sayangku."

Aku menelan ludahku dan menatapnya penuh harap. "Eomma."

Namun harapanku pupus saat eomma mengerjapkan matanya dan memasangkanku baju dengan cepat. "Cha, eomma ke bawah dulu."

Ucapnya sebari mengecup dahiku, meninggalkanku dengan keadaan setengah horny.

Perlu diketahui, walaupun masih berstatus pelajar kelas tiga menengah atas, rasa birahiku sangatlah besar. Hampir setiap hari aku melakukan onani akibat tak kuasa menahan gejolak sex.

Tak jarang aku memergoki ayah tiri dan eommaku yang seksi sedang bercinta di dapur atau di ruang tamu sekalipun. Kadang aku pernah memikirkan bagaimana rasanya meremas pantat bulat eommaku penuh nafsu seperti apa yang ayah tiriku lakukan.

Sangat sering beronani sebari menonton orang tuaku bersetubuh sehingga semakin lama timbul nafsu birahiku untuk menyetubuhi eommaku sendiri.

Sebut aku gila, namun jika kau jadi aku, kau akan sama gilanya dengan ku, persetan dengan dosa.

Bagaimana aku tidak terangsang melihat wajah cantik yang terlihat sensual dan menggairahkan serta tubuh yang seksi luar biasa seperti pemain video porno?

Setiap eommaku mandi, aku selalu menyempatkan diri untuk mengintipnya. Sambil melihat aku pun melakukan onani sampai-sampai maniku berceceran di lantai tempatku mengintip. Disitulah setiap hari aku melakukan aktifitas ini tanpa takut ketahuan oleh eomma maupun adik dan terparah adalah ayah tiriku. Terkadang kalau tidak sempat, aku tidak membersihkan bekas maniku karena takut eommaku lebih dulu datang.

Aku tidak tahu dia sadar akan hal ini atau tidak, tapi yang pasti sampai 3 minggu ini masih aman.

Hari ini adalah kamis pagi, gips sudah terlepas, eomma menyiapkan sarapan untukku, aku duduk di meja makan menunggu sarapan tiba, ayahku telah pergi kerja dan adikku sudah berangkat sekolah.

"Taehyungie, mengapa kau belum memakai seragam mu?"

"Sekolahku hari ini libur, eomma, karna ada rapat para guru membahas ujian kelas tiga."

Kulihat eomma hanya memakai bokser ketat, sedangkan bagian atasnya dia hanya memakai kaos, sehingga pucuk tonjolan di dadanya terlihat sekali. Mungkin dia tidak risih berpakaian demikian, karena ngomong-ngomong, hari ini panas sekali.

Tetapi aku yang melihatnya membuat jantungku berdegup kencang dan darah mudaku pun mendesir. Eomma seakan mengundangku untuk menyentuhnya.

Cepat-cepat aku mengambil segelas air dan meneguknya.

"Celanamu, kenapa, Taehyungie?" tanyanya.

Memang pada saat itu batang kemaluanku tegang sekali sampai terlihat dari luar celana. Saking kagetnya ditanya demikian, gelas yang sedang kuminum pun tumpah, untung tidak pecah

"Kalau minum pelan-pelan dong, Sayang.." sahutnya sambil mendekatiku dan mengelap

tumpahan air di bajuku.

Begitu dia mendekat aku merasa tidak tahan lagi. Aku segera berdiri dan memeluknya serta menghisap lehernya. Waktu itu otakku sudah keruh dan tak perduli apa-apa lagi.

"Taehyungie, sayang, jangan.. Ini eomma."

Hanya itu yang dia katakan, tetapi dia sedikit pun tidak melawan, malah kemudian membiarkan aku membuka kaosnya sehingga tubuh indahnya pun terlihat.

Aku pun mulai menggerayangi seluruh tubuhnya, dadanya yang terasa kenyal dan membesar, kuhisap putingnya seperti waktu aku masih bayi, dan tanganku kupakai untuk memijat dada sebelahnya serta untuk memeluknya.

Setelah itu daerah erotis lainnya pun segera kunikmati seperti dadanya, ketiak, sampai akhirnya aku terduduk mengarah persis di celana dalamnya. Kulihat waktu itu CD-nya sudah basah sekali, lalu kutarik CD-nya ke bawah dan langsung aku melakuan oral seks di penis eommaku. Waktu itu terciumlah bau terindah yang pernah kucium dikarenakan nafsuku sudah memuncak. Aku pun menciumi permukaan penis kecilnya sambil lidahku menari-nari di daerah paling sensitifnya, perbuatanku ini membuatnya melonjak seperti ke setrum.

"Cukup, mmhh Taehyungie, hentikanlaah.. aah.."

Dia menyuruhku berhenti tetapi tangannya terus memegangi kepalaku yang tenggelam di selangkangannya, bahkan menahanku untuk tetap menjilatinya.

Saat lidahku menjilati batang penisnya dengan lembut, tidak lama kemudian tubuh ibuku mengejang dengan hebat, dan desahannya semakin keras. Aku tidak peduli lagi dan terus mengulum penis kecil eommaku yang mulai memuncratkan cairan-cairan kental saat dia mencapai orgasme tadi.

Kuhisap semua cairan sperma yang keluar, meskipun rasanya aneh di lidah tetapi terasa nikmat sekali.

Kemudian eommaku yang terlihat lelah melepaskan kepalaku dan duduk di kursi makan. Aku pun segera berdiri dan melucuti pakaianku. Dia tampak terkesan bahu tegapku kembali dan kemudian melihat ke arah batang kemaluanku yang besar dengan panjang kira-kira 18 cm dan berdiameter 5 cm.

Ketika aku mendekat, eommaku mendorongku hingga aku terduduk di kursi makan dengan sisa tenaganya yang lemas. Kupikir eommaku menolak dan akan marah, tetapi dia segera berlutut mengarah ke batang kejantananku. Mulutnya begitu dekat ke kemaluanku tetapi dia diam saja.

"Kau sama berengseknya dengan ayah kandungmu, bernafsu ingin melakukan seks dengan ibumu hm? Anak nakal."

Jujur aku tidak sama sekali merasa sakit hati akan ucapannya, justru itu semakin membuat gairahku tersulut. Aku yang sudah tidak tahan segera mendorong kepalanya menuju kejantananku.

Eommaku langsung mengulum senjataku dengan penuh nafsu. Hal itu terlihat dari kulumannya yang liar dan berirama cepat serta tangannya menggosok pangkal kemaluanku.

"I love this young cock, the biggest young cock, emmhh."

Aku menyeringai mendengarnya, benah kata ayah Daehyun jika ibuku ini adalah mantan jalang saat masa sekolahnya. Pria manis yang tak tahan dengan sentuhan.

"Kau menyukainya? Kau sangat bernafsu untuk mengulum penis besar anakmu sendiri kulihat."

Sambil dia melakukannya, kubelai rambut hitamnya dan merasakan kenikmatan

yang luar biasa, tidak terkira dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Sampai akhirnya aku merasa tidak tahan lagi, air maniku menyembur di dalam mulut ibuku yang mungil.

Dia segera meminumnya dan kemudian membersihkan sisa-sisa air mani yang menetes di batang kejantananku dengan mulutnya. Melihat batang kejantananku masih tegang, dia segera naik ke pangkuanku dan membimbing burungku memasuki sarangnya. Akhirnya tenggelamlah seluruh batang kemaluanku ini ke liang duburnya. Gila.. rasanya luar biasa sekali.

Meski aku sering melakukannya dengan Jungkook, tapi kuakui liang dubur ibuku ini terasa lebih nikmat luar biasa. Begitu kesat dan lentur secara bersamaan.

Dia mulai naik turun menggosok batang kejantananku sambil memeluk kepalaku sehingga aku berada persis di permukaan dadanya yang basah. Hal itu kumanfaatkan untuk menyusu padanya.

Akhirnya dia berada di puncak orgasmenya, dan langsung mengerang kenikmatan. Aku pun mulai kewalahan menghadapi goyangannya yang semakin liar, dan akhirnya muncratlah air maniku untuk kedua kalinya di dalam liang senggamanya. Kami

pun lalu saling berciuman dengan mesra.

.

.

.

.

.

.

FIND

.

.

.

.

TBC