Disclaimer, all properties belong to Masashi Kishimoto.

Day.

"Kau sudah mendengarnya, Shikamaru?" tanya Chouji sambil menyamai langkah sahabatnya, setelah kegagalan Orochimaru untuk menghancurkan Konoha yang mengakibatkan Kazekage dan Hokage meninggal saat ujian Chuunin beberapa tahun lalu, peperangan antara Suna dan Konoha tidak dapat dibendung. Banyak desa-desa yang menentang perang tersebut, tetapi semuanya terlambat, tidak ada satupun yang berhasil selamat dari perang dingin tersebut bahkan keluarga Kazekage. Suna telah tiada. "Hei, kau mendengarku, Shikamaru?"

Shikamaru hanya mendehem pelan, "Kau tahu, kau berubah semenjak perang tersebut." Ucap Chouji pelan, ia sama sekali tidak peduli jika temannya tersebut mendengarnya atau tidak, "aku juga tidak menyukai perang tersebut, tapi kau tidak harus memikirkan hal tersebut hingga seperti ini."

Ia kembali tidak mengatakan apapun hingga langkahnya terhenti didepan rumahnya, "aku ingin beristirahat, maafkan aku."

Dan laki-laki berbadan besar itupun tidak bisa berkata-kata apa lagi, semua yang keluar dari mulutnya tidak akan pernah bisa memasuki kepala sahabatnya tersebut. Sahabatnya sudah berubah karena perang.

Shikamaru menyapa ibunya yang berada didapur dan langsung mengurung diri di kamarnya. Bahkan ibunya sendiripun tidak bisa menolongnya. Ia seperti tenggelam disuatu tempat yang ia sendiri tidak tahu dimana.

"kau lihat, perangmu tidak membawakan apapun selain penyesalan," ucap Shikamaru pada langit-langit kamarnya, ia selalu melakukannya sebelum tidur, tidak dia bahkan tidak pernah tidur setelah perang berakhir. Ia akan selalu terbayang orang-orang Suna yang berada di peperangan. "bahkan aku yang tidak ikut andilpun sangat menyesal dan malu memiliki darah Konoha."

Setelah beberapa jam ia mencoba tidur akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk berjalan-jalan di hutan keluarga Nara.


"s-sial," umpatnya pelan sambil bergemetar, ia benar-benar terkepung oleh Anbu – Anbu Konoha sekarang, "s-ssial." Dia benar-benar berada dijalan buntu dan tidak bisa melakukan apapun. Untuk terakhir kalinya ia berharap seluruh hidupnya tidak serumit dan semenyakitkan ini. Ia berharap ia bisa bahagia walaupun hanya sementara.

Akhirnya ia memutuskan untuk berdiam di tempat itu dan berharap tidak seorangpun menemukannya, atau setidaknya mereka hanya akan menemukan mayatnya saja keesokan harinya. Ia berharap.

"Siapa kau?" tanya seseorang tiba-tiba mengagetkannya, "kau bukan dari desa ini."

Tubuh itu semakin mendekat, ia takut, ingin rasanya menyerang atau melarikan diri tapi dengan keadaannya yang sekarang bahkan bernapas mungkin sudah lebih beruntung.

Napasnya semakin memburu saat wajah bayangan itu semakin mendekat. Ia mengangkat kunainya erat-erat, setelah apa yang terjadi beberapa tahun terakhir dalam hidupnya ia sudah tidak sanggup menahan apapun yang membuatnya takut dan terluka. Ia menangis. "T-temari." Ucap bayangan itu dengan nada tidak percaya, matanya yang sudah tergenang air mata tidak bisa melihat wajah pemilik suara tersebut, "a-apa yang kau la—kau terluka."

Sesaat sebelum tangan pemilik suara itu menyentuhnya ia mengibaskan kunainya, berusaha melindungi dirinya dari orang-orang Konoha yang sudah membunuh seluruh keluarga dan penduduk desanya. "j-ja-jangan sentuh," ucap gadis itu mulai terbata bata, ia ketakutan setengah mati saat laki-laki Konoha itu malah semakin mendekatinya, "j-jangan," ulangnya dengan susah payah, luka disekujur tubuhnya mulai terasa sakit, ia merintih saat ingin menggerakan lengannya yang satunya.

"Temari, ini aku," ucap laki-laki itu lagi, air mata Temari semakin deras. Akhirnya tanpa basa basi lagi ia mengangkat tubuh Temari karena sudah tidak sanggup lagi melihat luka gadis itu, Temari histeris saat tubuhnya mulai diangkat, ia mengerahkan seluruh tenaganya agar ia bisa lepas dari pegangan laki-laki Konoha tersebut tapi yang ia hasilkan malah rasa sakit yang lebih parah.

"kumohon," ucap Temari pelan sebelum akhirnya rasa sakit mengambil seluruh kesadarannya.


Shikamaru melihat tubuh gadis itu, gadis yang menjadi lawannya saat di ujian Chuunin beberapa tahun lalu. Gadis berambut pirang itu, gadis suna yang selalu mengingatkannya akan hari-hari dimana ia merasa bebas tanpa penyesalan. Sudah bertahun-tahun berlalu semenjak perang, ia tidak berpikir gadis ini akan berada ditangannya. Hidup, tidak, ia sekarat dan bernapas.

Mata hitamnya menelusuri wajah dan tubuh gadis itu, ia begitu ringan, tubuhnya kehilangan begitu banyak berat badan, wajahnyanya sangat pucat dan tak terhitung berapa banyak bekas luka yang berada di sekujur ditubuhnya. "apa yang mereka lakukan padamu," bisiknya dengan perasaan berat, dengan cepat ia pergi ke rumah Sakura dan memastikan tidak seorang Anbu dan warga Konoha melihatnya.