Prologue
Sebuah masa yang kacau
Perang dimana-mana tanpa henti
Tiga bangsa dalam perseteruan abadi
Dalam perseteruan itu, bagaimanapun, terjadi pula banyak hal menarik... hal-hal yang nantinya akan mengubah masa depan ketiga bangsa...
Dan sekarang, tirai akan dibuka oleh datangnya seorang Cora ke planet Novus.
Kedatangan yang nantinya membawa kebahagiaan, haru, kejayaan, dan kehancuran.
Kedatangan dari seorang Ranger muda yang hidup sendirian di Planet Cora.
Inilah kisahnya.
Verse 1, Arrival
"*piip...piip* Em... hem...?" Suara itu terdengar dari seorang pemuda berambut biru sebahu, yang tengah duduk didalam sebuah ruangan dalam salah satu pesawat luar angkasa, pesawat yang bertugas untuk mengantarkan para pejuang baru ke medan perang.
Pesawat ini, berasal dari Planet Cora, dan menuju medan perang, Planet Novus.
Pemuda itu melihat ke layar jurnal elektroniknya, dan menemukan sebuah pesan baru.
"Ini... pesan misi pertama..." gumam pemuda itu. Ia membacanya, dan menemukan instruksi untuk tugas pelatihan pertamanya setelah ia mendarat di Cora Headquarters nantinya.
"Jadi sebagai Ranger... aku akan diberikan pilihan senjata, Bow atau Gun, dan akan diberikan amunisi juga... dan tugas pertamaku... adalah membasmi monster bernama Flem yang dikatakan mengeluarkan gas berbahaya yang mampu merusak bangunan markas." gumam pemuda itu sambil mencatatnya baik-baik kedalam ingatannya.
"Hei! Boleh duduk disini...?" suara seorang gadis terdengar dari samping pemuda itu, yang menoleh dan melihat seorang gadis manis dan anggun berambut putih sepinggang. Pemuda itu melihat kursi disampingnya kosong.
"Ah, tentu saja, nona, silahkan." kata pemuda itu sambil tersenyum, gadis itu pun lalu duduk.
"Namaku Mina, Mina Reisha Arkbird. Kau...?" tanya gadis itu.
"Aku Sheizan... Sheizan Skyline Chandelier..." jawab sang pemuda.
"Wah... nama yang unik... Sheizan..." Mina sedikit terbengong mendengar nama itu.
"Namamu juga unik... Arkbird...? Itu nama salah satu Mothership Cora, kan?" tanya Sheizan, yang melihat gadis itu sepertinya seumuran dengannya dan mulai santai.
"Ah... iya... ayahku penggemar hal-hal demikian... jadi ia memberiku nama itu... jelek ya..." ujar Mina yang mukanya memerah karena malu.
"Ah, tidak kok, itu nama yang bagus." jawab Sheizan sambil tersenyum. Mereka berdua sedikit berbincang-bincang, dan mereka saling menemukan apa yang masing-masing dari mereka lakukan.
"Hoo, jadi kau seorang Ranger?" tanya Mina penuh keingintahuan.
"Yaa... begitulah... kau sendiri seorang Spiritualist ya?" tanya Sheizan, yang dijawab dengan anggukan Mina.
"Hee, ingin menjadi Grazier seperti kebanyakan orang, ya?" tanya Sheizan lagi, yang lalu dijawab dengan gelengan Mina.
"Aku... ingin menjadi seorang Dark Priest... Aku ingin punya kekuatan yang juga bisa membantu orang-orang daripada hanya kekuatan menghancurkan..." jawab Mina dengan senyum keyakinan. Sheizan melihatnya dan memikirkan impiannya; menjadi seorang Adventurer.
"Kalau kau sendiri mau menjadi apa, Shei? Kupanggil Shei tak apa?" tanya Mina.
"Ahaha, tak apa... aku... ingin menjadi seorang Adventurer. Aku mengagumi para Adventurer sejak dulu, mereka adalah orang-orang yang tidak terlalu dianggap, namun berjasa besar dalam perang..." jawab Sheizan, yang juga tersenyum penuh keyakinan.
"Kalau begitu... kenapa tidak menjadi Stealer...? Mereka jauh lebih jarang, kan?" tanya Mina.
"Ah... para Stealer... aku pernah memikirkan seperti itu... tapi kurasa aku jenis orang yang suka menyerang dari jarak yang jauh sekali... bukan jenis orang yang mengacaukan musuh dengan teknik-tekniknya." Mina mengangguk-angguk mendengar penjelasan Sheizan.
"Oh iya, kau ingin jadi Dark Priest dari apa...?" tanya Sheizan.
"Tapi kau beritahu dulu mau jadi Adventurer dari apa! Hihi!" ujar Mina.
"Adventurer kan hanya dari Archer..." jawaban Sheizan membuat Mina sedikit shock dan menutup mulutnya dengan tangannya.
"Ah... aku lupa... ahahahahaha! Baiklah... akan kuberitahu..." Mina menghela nafas sebentar.
"Aku ingin jadi Dark Priest dari Summoner... aku ingin membantu orang-orang dengan Inanna dan Paimon... " jawab Mina dengan penuh keyakinan.
Mereka berdua bicara dengan senang, mengobrol tentang apa yang mungkin mereka temukan nanti setelah sampai di Novus, di Headquarters. Banyak hal lain yang mereka bicarakan, tentang Bellato dan Accretia yang selama ini hanya mereka lihat di layar, tentang Chip War, tentang dataran-dataran baru yang belum terjelajahi; Ether, yang katanya melayang di angkasa dan berwarna putih bagaikan surga; Elan, yang dirumorkan memiliki berbagai monster kuat, mulai dari yang seukuran serangga hingga yang lebih besar dari MAU milik Bellato.
Saat mereka berbicara, bagaimanapun...
"*ting* PERHATIAN PARA PENUMPANG SEKALIAN, DIHARAP BERLINDUNG!" suara pengumuman menggema di seluruh pesawat, menimbulkan kepanikan di pesawat raksasa yang dipakai untuk mengirimkan pasukan tersebut.
"Ap... ada apa?" Mina bertanya sambil bergetar, orang-orang disekitar mereka belarian, Sheizan lantas menggenggam tangan Mina.
"Entahlah... *BLAAAMM!!!!!* Hua! Guncangan apa itu...?" pesawat itu terguncang, terkena serangan entah dari mana.
"Sial, Mina, ayo, kita cari tempat perlindungan!" Mina yang masih kaget, ditarik oleh Sheizan menjauhi suara ledakan tadi.
Mereka berdua berjalan jauh, cukup jauh dari tempat mereka semula, namun tidak menemukan tempat untuk berlindung.
"Ini... kelihatannya kita diserang... Mina...?" Sheizan melihat kebelakang, dan baru sadar kalau Mina sudah tidak ada.
"Mina!" seru Sheizan, yang berjalan sambil menengok ke segala arah untuk mencari Mina.
"Shei!" Sheizan menoleh, suara Mina sedikit tenggelam dalam kepanikan para penumpang. Dalam keributan, Sheizan menemukan Mina dan lantas menariknya dekat dengannya, bahkan, terlalu dekat.
"Ah... maaf... terlalu dekat..." wajah Sheizan memerah, namun Mina sepertinya linglung.
"Mina, Mina? Kau tak apa...?" tanya Sheizan lagi.
"Ah...ah...? Iya... Shei... aku tak apa." Mina juga tampaknya mulai sadar kembali.
"Ah, ayo kesana!" Sheizan menarik Mina ke sebuah celah kecil yang cukup gelap di dinding ruangan itu. *DUARR!!* sebuah ledakan lain terjadi pada pesawat itu.
"Mina, pegangan!" ujar Sheizan, yang lalu memeluk Mina sekuat tenaga.
*BLAMMM!!! DHUARRR!!!* Ledakan demi ledakan terjadi, serta merta menghancurkan pesawat penumpang itu sedikit demi sedikit.
"S...Shei... aku... aku..." Mina berkata lirih, suaranya menunjukkan kalau dia putus asa. Sheizan mengangkat kepala Mina dan melihat air matanya mengalir.
"Mina... tenang... tenang, ya...?" Sheizan mengatakan itu sambil memeluk Mina, lebih erat lagi. Diluar celah itu, orang-orang masih berlarian, Sheizan memeluk Mina kearah belakang, sehingga hanya ia yang melihat orang-orang itu.
"Kita akan selamat... Mina... yang lainnya... juga..." gumam Sheizan.
Sheizan hanya bisa melihat, apa yang terjadi pada orang-orang itu, pada mereka yang masih berlarian diluar, dan dalam hatinya, ia merasakan perih yang amat sangat, karena tidak mampu membantu apapun.
...
Tiga puluh menit kini telah berlalu... Sheizan dan Mina tertidur dalam celah tempat mereka bersembunyi tadi.
...
"Nnnggh..." pelan-pelan, Sheizan mulai membuka matanya, didepanya berdiri seseorang.
"Ungh... kau... siapa...?" tanya Sheizan lemah, masih kelelahan akibat kejadian tadi.
"Ah... sudah bangun..." ujar orang itu sambil tersenyum. Sheizan baru menyadari sesuatu, ia tidak lagi berada dalam pesawat, Mina juga tidak bersama dengannya. Ia lalu kembali melihat orang tadi, seorang Cora juga seperti dirinya.
"Ini... aku... dimana...?" tanya Sheizan sambil memegangi kepalanya yang sakit.
"Yah... selamat datang... di Cora Headquarters..." ujar pemuda yang berdiri didepannya sambil tersenyum. Sheizan terbelalak mendengarnya.
"Cora... Headquarters...?" tanya Sheizan sekali lagi, masih tidak percaya.
"Iya! Ini Cora Headquarters, gadis yang tadi bersamamu ada di sebelah sana." kata pemuda tadi sambil menunjuk salah satu tempat tidur di seberang Sheizan dengan ibu jari tangan kirinya, menperlihatkan Mina yang masih tertidur. Sheizan lalu bernafas lega.
"Yah, istirahatlah... oh ya, aku lupa memperkenalkan diri... Prestious Meson Windall, seorang... Ranger. Kau seorang ranger, kan...? Aku juga baru disini, jadi tenang saja." ujar Prestious sambil tersenyum.
Setelah itu, Prestious pergi dan Sheizan kembali menenangkan diri dan berusaha menyamankan dirinya sendiri.
Beberapa jam setelah itu, datang sebuah laporan di jurnal elektronik milik Sheizan yang berisikan penyerangan sebuah pesawat transportasi Cora oleh sebuah pesawat asing yang tidak diketahui asal usulnya. Dari yang diidentifikasi, pesawat aneh itu tidak mungkin dimiliki oleh Bellato ataupun Accretia kecuali mereka memiliki teknologi baru yang dirahasiakan. Korban jiwa dalam penyerangan itu berjumlah ratusan, namun pesawat itu akhirnya selamat saat masuk kedalam atmosfer Novus dan berhasil mendarat darurat di daerah Numerus Highlands. Selain itu, datang pula laporan kalau pesawat transportasi Bellato dan Accretia juga diserang.
"Hhh... aneh juga ya..." Sheizan menutup matanya untuk beberapa saat, memikirkan hal tersebut.
"Kuharap... mulai sekarang semuanya biasa saja..." ujar Sheizan penuh harap, ia lalu memejamkan matanya untuk tidur.
Walau mungkin, harapannya itu tidak akan menjadi kenyataan.
End of Verse 1
