Terkadang, sebuah keheningan itu mempunyai berjuta makna.
Hatsune Miku, siapa yang tidak kenal dengan nama itu. Diva terkenal yang baru berumur 16 tahun itu sudah bisa dibilang menguasai dunia dengan lagu-lagu dan suara merdunya. Dan aku beruntung bisa bertemu dengannya, walau di tempat yang bisa dibilang mengenaskan ini.
Ah, perkenalkan, namaku Otonashi Naoe. Aku hanyalah pemuda berumur 18 tahun. Mungkin pemuda seumuranku harus berada di sekolah dan berkumpul bersama dengan teman-teman, menghabiskan waktu dengan mengerjakan tugas di perpustakaan (walaupun aku ragu masih ada hal seperti itu), dan mungkin menjalin hubungan cinta monyet (benarkah seperti itu?) dengan teman perempuannya. Tetapi nyatanya, aku disini. Di sebuah rumah sakit besar di daerah Tōkyō, duduk di ranjang pasien dan memandangi hiruk-pikuk kota yang serba teratur ini. Aku menghabiskan hampir 3 minggu di rumah sakit ini. Kenapa? Kejadian yang mengenaskan menimpa diriku.
Bisa disebut sebagai keisengan remaja kelewat batas, temanku dengan isengnya menaruh petasan di loker sepatuku. Karena hal itu, tangan kananku terbakar dan telingaku hanya bisa mendengar dengingan yang terus menerus. Parah ya? Yang jelas, keisengan kelewat batas itu sudah ditegakkan. Temanku dikeluarkan dari sekolah. Aku tidak menaruh dendam padanya. Toh itu tidak akan mengembalikan pendengaranku dan menyembuhkan tanganku. Karena pendengaranku yang, sebut saja rusak, mau tidak mau aku harus berkomunikasi dengan media. Sebuah note kecil dan pensil selalu berada di kantong celanaku. Terkadang aku juga mengetik di handphone. Aku masih bisa berbicara, tapi karena pendengaranku, aku tidak bisa mengatur nada dan kerasnya pembicaraan. Aku belajar untuk tidak berbicara dan menggunakan perantara, entah note yang selalu kubawa, atau handphone.
Ah, sepertinya aku menceritakan diriku terlalu panjang ya? Kita kembali lagi ke awal. Seminggu setelah aku dirawat disini, entah kenapa aku terus menerus melihat banyak orang berlalu-lalang ke arah kamar disebelahku. Awal mulanya aku tidak curiga. Tetapi selama 3 hari berturut-turut, sepertinya pasien di kamar sebelahku tidak pernah sepi pengunjung. Suatu saat, aku bertanya kepada suster yang selalu mengecek keadaanku. Aku menulis di note.
"Di ruang sebelah ada pasien baru?"
Suster berambut putih dan panjang itu mengambil Note ku dan menulis.
"Iya. Artis muda yang sangat terkenal. Hatsune Miku"
Hatsune Miku? Aku memutar otakku, mencoba mengingat. Karena aku tidak begitu mengikuti trend, butuh waktu agak lama mengidentifikasi nama itu. Oh! Anak yang berambut Teal itu. Kalau tidak salah, dia sudah melakukan banyak konser di berbagai tempat. Aku menulis lagi.
"Kenapa dia disini?"
Suster itu agak ragu menuliskan jawabannya.
"Dia sepertinya terlalu capai, managernya melihat dia terbaring di lantai, lalu membawanya kesini minggu lalu."
Aku mengangguk pelan.
"Bagaimana kondisinya sekarang?"
"Dia baik-baik saja, tetapi sepertinya para wartawan dan fans-nya tidak terlalu peduli dengan keadaannya yang harus istirahat."
Memang lelah ya, harus menjadi makanan kamera dan menjadi orang yang selalu diperhatikan gerak-geriknya. Aku membayangkan dia dihujani pertanyaan diatas kasurnya. Aku merasa iba dengan dirinya.
"Haku-san, apa kau tidak bisa membatasi jumlah pengunjung untuknya?"
Suster yang bernama Haku itu hanya menunduk. Sepertinya dia sudah berusaha untuk melakukan hal itu, tetapi gagal. Ah, memang dunia ini penuh dengan perjuangan. Suster Haku mohon diri, karena masih banyak pasien yang harus dia cek. Aku melihat dari jendela di pintuku. Sepertinya masih banyak pengunjung di kamar sebelah. Aku mulai merasa iba terhadap artis itu.
Setiap malam aku selalu pergi ke lantai teratas di rumah sakit ini, tiupan angin sejuk bulan April setidaknya bisa mengurangi sakit kepala dan dengingan yang tak kunjung berhenti ini. Aku duduk di sebuah bangku panjang, memejamkan mata untuk menikmati hembusan angin. Kurasakan ada gerakan di sebelahku. Ah, mungkin hanya kucing. Tapi hewan kan tidak boleh ada di rumah sakit? Aku memutuskan untuk membuka mataku.
Sepasang iris berwarna Turqoise bertemu dengan pandanganku. Angin yang agak kencang membuat rambut tealnya yang panjang itu terurai mengikuti hembusan angin malam.
Hening.
Itulah yang terjadi.
Tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan mengatakan sesuatu.
Aku mengeluarkan HP ku dan mengetik.
"Siapa namamu?"
Sebenarnya aku sudah mengetahui jawabannya, tapi hanya untuk memastikan saja.
Dia mengambil HP ku dan mengetik.
"Hatsune Miku. Salam kenal."
Dia memberikan HP ku, dengan senyum kecil. Ternyata tidak selamanya artis di TV itu menyebalkan, ya? Aku mengambil HP ku, dan mengetik lagi.
"Otonashi Naoe. Salam kenal. Apa kau Hatsune Miku yang terkenal itu?"
Aku memberikan HP ku. Wajahnya agak terkejut, lalu tenang lagi. Dia mulai mengetik, dan memberikan HPku.
"Iya, aku penyanyi yang itu. Sepertinya baru kali ini ada seseorang yang tidak tau denganku. XD"
Oke, dengan emote yang seperti itu, aku agak tersinggung.
"Maaf ya, aku memang tidak mengikuti tren. Jadi aku tidak tahu tentang para penyanyi dan artis." Aku menyerahkan HPku dan memasang muka agak.. yah.. bisa dibilang masam. Dia menyadarinya dan menulis.
"Maafkan aku.. Bukan maksudku seperti itu. Disini aku hanyalah gadis 16 tahun yang dirawat."
Aku tersenyum kecil. Lalu menulis lagi.
"Bercanda kok. Kalau boleh tau, kenapa kamu mau saja berkomunikasi seperti ini?" Aku memberikan HPku.
Dia sepertinya bingung, lalu mengetik, dan menyerahkan HPku.
"Apa maksud kamu?"
Aku menulis lagi.
"Maksudku berkomunikasi dengan HP." Lalu menyerahkan HPku.
Dia mengangguk kecil, lalu menuliskan sesuatu dan memberikan HPku.
"Aku memang tidak ingin mengeluarkan suara. Lagipula, suaraku kan mahal~ XD"
Aku mau tidak mau menahan tertawa. Lalu mengetik.
"Suaramu yang seperti itu dibilang mahal? Wow, sepertinya dunia ini terbalik ya.." Aku akui, aku memang mempunyai satu kaset album miliknya, itupun aku hanya mendengarnya sekilas. Suaranya juga biasa saja.
Dia memasang muka kesal. Lalu mengetik.
"Hei! suaraku ini bisa menghidupi diriku sendiri! Dan aku sangat berterimakasih karena suaraku ini!" Dia memberikan HPku, dan raut mukanya menjadi agak sedih.
Aku dengan cepat mengetik.
"Aku minta maaf. Bukan bermaksud seperti itu. Aku hanya bercanda kok. Setidaknya aku pernah mendengar suaramu dulu. Dan aku akui, memang ada hal unik di dalam lagumu."
Dia membaca tulisanku, dan mengangguk kecil, sepertinya dia memaafkanku. Tetapi pada saat dia membaca pesanku yang agak akhir, dia memiringkan kepalanya. Lalu mengetik.
"Dulu? Maksudmu.. apa?"
Aku mendesah, mungkin agak keras, karena gadis yang bernama Hatsune Miku itu menatapku dalam-dalam.
"Saat ini, pendengaranku bisa dibilang tidak berfungsi. makanya aku menggunakan HP sebagai media."
Dia melihat pesanku dalam-dalam.
Lalu mengetik dengan perlahan, sepertinya ia tidak ingin mengungkapkannya. Tetapi ia menyelesaikannya dan memberikannya padaku.
"Aku kehilangan harta paling berharga milikku.
.
.
.
Suaraku"
Ini fic pertama saya yang saya publish disini, sepertinya disini pairing dengan OC tidak terlalu laku ya? Tapi biarkanlah, saya masih terbuka untuk membuat pairing lain kok. Terimakasih sudah mau membaca! Dan untuk chapter 2 nya akan saya buat dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, selama tugas sekolah tidak membebani~
