Annyeong Readers~~ Author Rin disini *tebar lope*

Jujur ini fanfic screenplay pertama author Rin bersama Author Hyo (Akun ini yang ngurus ada 2) dan pernah di post di blog pribadi Author.. kkk~
Well, Author gak bakal ngebanyakin bacot dah, yang penting readers RnR aja, hohoho.


CAST : Park Jung Hee (OC), Xi Luhan, Kim Jongdae, Jung Hyo Hee (OC), Oh Sehun, Byun Baekhyun

ALL CAST MINUS OC BELONGS TO SM ENT, THEIR PARENTS AND THEMSELVES

WARNING : TYPO, OOC, GAJE, DAN BEBERAPA HAL YANG SANGAT DIPAKSAKAN


"Junghee-ah! Kemari! Ayo kemari!"teriak beberapa anak kecil dan remaja.

Seorang gadis berumur 8 tahun yang merasa dipanggil pun menoleh.

"Ne?"tanyanya

"Ayo main! Kajja!"salah satu dari mereka berkata dan menarik tangan Junghee. Junghee tidak melawan, tapi tidak juga ingin.

"Wae yo, Junghee ah?"tanya seorang lagi. mereka semua berhenti mendengar kata kata orang itu.

Junghee memberanikan diri menatap orang orang yang lebih tua darinya itu.

"A..Ani… aku… hanya tidak ingin pergi ke toko itu"ujar Junghee pelan.

"Ck! WAE?! Toh, orang orang botak dengan jas hitam itu sudah ada dibelakang kita sejak tadi! Tidak akan ada yang berbuat jahat!"protes gadis yang tadi menarik tangan Junghee.

"A… Bukan begitu… bukan begitu Hana Onnie…. Tapi….."

Seorang gadis lain pun mulai menarik tangan Junghee walau dengan senyum palsunya. "Kajja, Junghee-ah, ayo kita beli tas cantik itu…"bujuknya.

Terlihat jelas Junghee tidak mau. Sama sekali tidak mau. Namun apa daya, tenaga mereka semua jauh dari mereka. Dan pada akhirnya Junghee hanya menurut.

Dia benar benar sudah mengerti. Mereka bukan teman sesungguhnya. Mereka hanyalah orang yang ingin memanfaatkannya. Dia benar benar tahu itu. Dia merutuki mereka. Juga merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa melawan.

"Ssst, pabo yeoja. Hehe, laki laki berjas dibelakang juga ada. Bersyukur deh, hari ini kita bisa belanja banyak!"bisik seorang gadis pada adiknya yang lebih kecil.

"Ne Onnie… Menyenangkan,eoh?"

Junghee mendengarnya, air mata mulai menetes dari pipinya.

"J…Jongdae-Oppa…. Ottohkae? Tolong aku Oppa…."batinnya memanggil nama sang Oppa.

Syukurlah Tuhan mengabulkan doanya. Tak lama kemudian, muncullah seorang anak laki laki seusia Junghee yang langsung menarik tangan Junghee kasar.

"Ya! KAU…"teriakan sang gadis terhenti melihat sosok anak kecil dihadapannya.

"Wae?! Kenapa hah?! Apa aku salah menarik yeodongsaengku sendiri? Apa itu masalah?!"hardiknya kasar. Dia memang lebih muda dari mereka, tapi dia jauh lebih pintar dari semua orang dihadapannya.

"A…aniyo… Jongdae-ssi…"

"Pergilah. Aku dan Junghee juga akan pergi. Kalian pasti tidak bawa uang kan? Tapi maaf, aku tidak bawa uang juga. Kalian punya kaki, kalian pasti bisa berjalan ke rumah kan? Oke, aku akan pergi. Kajja Junghee-ah!"ajak Chen alias Jongdae.

Chen adalah nama China dari Park Jong Dae, Kakak Junghee. Oppa yang ia sebutkan tadi. Chen dan Junghee sendiri diberi nama China karena Ibu mereka adalah Orang China. Junghee bernama China Mulan.

"Junghee-ah, sudah kubilang kau tidak usah berteman dengan mereka! Kenapa masih membantah!?"tanya Chen ketika mereka masuk ke mobil.

"A.. Aku tidak bisa Oppa… mereka memaksaku dan tenaga mereka lebih besar dariku…"jawab Junghee jujur.

Chen berdecak kesal. "Geurae. Aku akan bilang pada Appa agar memberimu teman!"kata Chen mengambil air minumnya.

"Shireo! Oppa, Jebal. Jangan begitu! Aku lebih baik memilih sendiri dari pada harus memiliki teman seperti itu! Oppa, jebal!"teriak Junghee memohon.

Chen tidak bisa melakukan apa apa selain mengangguk mengiyakan permintaan Junghee. Bagaimanapun juga, Junghee berhak mengatur hidupnya kan?


Makan malam saat itu benar benar berlangsung formal. Tidak ada suara selain suara dentingan antara pisau-garpu-sendok.

"Junghee-ah, kau mau ikut Eomma liburan?"tanya Sang Eomma lembut setelah selesai dengan makanannya.

Junghee tersenyum senang dan mengiyakan. "Nde Eomma! Aku ikut! Kita akan liburan kemana?!"Senyum Junghee terlihat antusias

"Kita akan ke CINA!"ucap sang Eomma tersenyum manis mengelap mulut Junghee.

"Appa, kita kesana untuk…."

Perkataan Chen terhenti saat Appa-nya mengisaratkan untuk diam. Chen mendesah kesal dan pergi beranjak dari tempat duduknya.

"Mwo, ada apa dengan Oppa?"batin Junghee dan mengikuti kemana Chen pergi.

Chen tahu kalau adiknya yang satu itu mengikutinya, tapi dia diam. Dia akan menunggu sampai mana Junghee bertahan mengikutinya sok diam diam seperti itu. Chen pun berkeliling rumah besar itu. Dapur… ruang tamu… ruang makan….kamar… dan seluruh bagian rumah ia telusuri agar Junghee memperlihatkan reaksi yang menurutnya bagus.

"YA! OPPA!"

Chen tersenyum dalam hati. Dia berbalik dan menatap Junghee

"Mwo? Sejak kapan kau mengikutiku?"tanya Chen

"YA! Sampai kapan kau mau berkeliling?! Kau bukan pemandu wisata Oppa!"seru Junghee. "Aku lelah!"ucapnya duduk dilantai.

"Siapa suruh mengikutiku hah?"ejek Chen halus. Junghee menggembungkan pipinya.

"Oppa, kau kenapa pergi begitu saja?"

Chen diam mendengar pertanyaan itu. Dia mendengus dan duduk disebelah sang adik tanpa berkata apa apa.

"Oppa, kapan kita berangkat?"tanya Junghee

"Besok"jawab Chen singkat.

"Mwo? Besok? Darimana kau tahu? Bukannya kau tidak bertanya apa apa tadi?"

"Aku hanya tahu"

"YA!"teriak Junghee keras keras.

"JUNGHEE-AH! Kau ini! Ada apa?"tanya Chen kesal. Kupingnya sampai berdenging.

"Kau menjawabnya singkat sekali. Aku benci itu"

Chen mendengus. "Perempuan…. Ribet sekali sih"batinnya.

"Oppa…. Sebenarnya ada apa?"tanya Junghee dengan aegyo ampuhnya. Dan benar saja, Chen langsung luluh seketika.

"Begini…"mulainya. Namun tidak sampai satu detik setelah itu, Sang Eomma datang dan menyuruh mereka untuk tidur. Chen tidak punya pilihan selain berjanji untuk memberi tahu Junghee besok.


"Eomma!~ Aku tidak mau kesana… Eomma, ayo kita pulang… jebal"pinta Junghee tepat saat pesawat terbang di angkasa.

"Aniyo. Junghee-ah. Kita kan akan liburan"jawab sang Eomma.

"Kata Chen-Oppa, kita bukan liburan di Cina. Eomma dan Appa sedang bekerja.. kami akan duduk diam saja. Eomma… Jebal! Junghee mau pulang…"ucapnya

Chen, sang kakak hanya mendengus. Dirinya begitu sial. Tahu begitu, dia tidak akan mengatakan hal begitu pada Junghee adiknya. Dia masih mengingat kejadian tadi. Kejadian saat adiknya merengek menagih janjinya. Dia memberi tahunya dan kini…. Dia sedang emnimbang nimbang ekspresi apa yang akan ia tunjukkan untuk melawan wajah marah sang Appa.

Untungnya, Eomma maupun Appanya tidak ada yang menjawab. Mereka hanya diam dan kembali membaca dokumen dokumen yang tidak dimengerti oleh kedua anak kecil itu.

Beberapa jam kemudian pesawat telah sukses mendarat di bandara. Kini mereka ada di Cina. Keempatnya turun dengan bodyguard serta beberapa pelayan dibelakang. Setelah memanggil mobil mereka, mereka pun berangkat menuju sebuah rumah yang menurut sang Appa adalah rumah milik mitra kerja sang Appa.

Mobil pun berhenti disebuah rumah yang berpagar besar dan bisa diteak, rumahnya jelas sangat luas dan besar. Mereka memasukinya dan disambut dengan baik oleh si empu.

"Annyeonghaseyo Mi Ran-ssi, lama tidak bertemu"sapa Sang Eomma pada seorang wanita ketika bertemu di ruang tamu.

"Ne. Apa mereka anak anak-mu?"

"Nde. Yang laki laki si kakak, namanya Jongdae, tapi panggil saja Chen. Ah, yang kedua yang perempuan, namanya Junghee."

"Aigoo. Manis sekali"

Wanita itu mencubit pipi Junghee pelan. Tak lama kemudian, mereka menyuruh Chen dan Junghee untuk pindah ke ruang tamu untuk menunggu bersama anak dari wanita tadi, sementara para orang tua pergi ke ruang kerja.

"Junghee-ah, kau lihat orang disana?"tanya Chen.

"Ani. Tidak ada sepertinya"ungkap Junghee.

Junghee dan Chen celingak celinguk selama beberapa saat untuk menemukan sesosok anak kecil yang ternyata bersembunyi dibawah meja.

"Ya! wae yo? Kau sakit?"tanya Chen dengan suara tinggi tanpa sengaja sambil menatap namja kecil sambil berjongkok. Bukannya apa, namja kecil itu malah berlari menuju taman.

"Hee… kenapa dia? Dia aneh ah."ujar Chen.

"Oppa, tunggu disini saja, biar Junghee yang mengikutinya"ucap Junghee pelan.

Mendengarnya, Chen tidak melaksanakannya. Dia tidak mau ambil resiko anak tuan rumah kabur melihatnya tapi juga tidak mau kena jotos sang Appa mengetahui dia tidak mengawasi yeodongsaeng-nya. Apa yang salah sih? Apa wajahnya begitu seram sampai sampai anak itu kabur?

"Wajahku tampan kok"batinnya

Junghee mendapati anak itu menangis sambil memeluk boneka teddy bearnya di bangku taman. Dengan hati hati, Junghee mendekati anak itu dan berhasil duduk disampingnya.

"Ne, Kenapa kau pergi saat melihat Chen-Oppa?"tanya Junghee kecil.

Namja kecil itu menatap Junghee. "A..Aku takut. Dia…dia menakutkan. Seperti Appa kalau sedang marah"ucap namja kecil itu.

Junghee tidak mengerti. Appa-nya tidak pernah memarahinya. Karena itu dia sendiri bingung, apa raut orang yang marah sangat menyeramkan? Kalau Eomma atau Appa-nya marah sedikit tidak seram menurutnya. Entah kenapa beberapa kalimat Chen muncul dibenaknya.

"Itu artinya Appa-mu sayang padamu. Dia ingin kau jadi hebat"

Namja itu memasati Junghee. "Appa… selalu menyuruhku belajar. Belakangan ini… nilaiku turun… Appa marah besar…"ceritanya.

"Appa-mu itu sayang padamu! Sudah pasti. Kalau dia tidak sayang, dia tidak akan menyuruhmu belajar. Terus, nanti kau di biarkan… terus terus… er… nanti kau tidak dapat pekerjaan… terakhir, nanti kau tidak bahagia! Kau harus bahagia! SEMUANYA HARUS!"ucapnya dengan penekanan diakhir.

Namja itu mulai bingung. "Kenapa harus?"

Junghee terlihat kebingungan juga. "Mollayo. Mungkin karena Junghee senang, makanya, semua orang harus senang!~Alias bahagia~"jawabnya asal asalan.

Mendengarnya namja itu tertawa kecil. Junghee terlihat sangat takjub. Namja didepannya sangat cantik.

"Luhan-imnida. Xi Luhan."ucap namja itu.

Junghee tertawa senang. "Ne, Junghee-imnida. Park Jung Hee"


"Oppa!"panggil Junghee menghampiri Chen sambil menarik narik tangan Luhan.

"Ne Junghee ah, Wae yo? Aaa… Luhan-ssi sudah mau ikut denganmu"ujar Chen singkat. Dia sudah tahu dari tadi, tapi dia menyembunyikannya

"Lihat Luhan-ah! Chen-Oppa tidak terlihat seram kan? Dia tidak pernah marah kok!"ucap Junghee menunjuk Kakaknya.

"Ya! Junghee-ah! Panggil dia Oppa! Luhan-ssi lebih tua tahu?!"

"Mwo?! Jinjja?! Luhan-ah, berapa usiamu?!"tanya Junghee kaget.

"10, 10 tahun"jawab Luhan singkat.

"Omo~~! Aku harus memanggilmu Oppa! Aku baru 8 tahun…"gumam Junghee kalut. Dia sudah terbiasa memanggil Luhan dengan sebutan Luhan-ah.

Luhan tersenyum. "Gwenchanayo. Panggil aku Luhan-ah saja"

"Ne~! Luhan-ah! Gomawo!"seru Junghee memeluk Luhan tanpa alasan pasti. Tiba tiba sang eomma datang dan membisikkan sesuatu ke telinga Junghee. Seketika, wajah Junghee berbinar.

"Eomma dan Miran Ahjuma bilang, kita akan liburan ke Hawaii! Kau, aku dan Luhan-ah!"ucapnya.

"Mwo? Jinjja?!"tanyaLuhan dengan raut senang.

"Jinjja yo! Bukankah itu bagus?!"tanya Junghee balik.

"Eomma, Jinjja yo?"tanya Chen masih tidak percaya.

"Nde, tentu saja Chen-ah"

Chen hanya bisa mendengus. Entah kenapa, dia punya sedikit firasat buruk tentang ini. Dan benar saja yang ia pikirkan. Entah karena apa…. Eomma Luhan… bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri ke laut. Dan sejak saat itu pula, Luhan menutup dirinya. Mentalnya pun terguncang. Beruntung, saat itu Junghee dapat menolongnya. Mereka bermain dan tertawa layaknya anak anak pada umumnya. Itu semua akibat sifat ceria Junghee dan juga sifat polosnya. Namun sayang, Junghee dan Luhan harus berpisah akibat waktu. Junghee harus kembali ke Seoul bersama sang Eomma. Sedangkan Luhan bersama Appanya di Cina. Chen pun begitu. Dia harus bersedia untuk membantu mental Luhan sampai Luhan sembuh.


2 tahun kemudian.

"Yoboseo?"

Seorang gadis mengangkat telepon yang berdering sedari tadi.

"Junghee-ah? Junghee-ah?! Jinjja-yo?!"

Junghee membelalakkan matanya untuk beberapa saat. Chen, sang Op… oh, sang kembarannya yang pergi bersama sang Appa telah menghubungi ternyata.

"Oh, Chen-ah ternyata. Wae yo?"

"Mwo?! Ya! Park Jung Hee! Siapa kau pikir dirimu?! Panggil aku Oppa!"seru Chen diujung sana.

"Cih, Andwae. Kau hanya lebih tua sehari dariku. Aku menolak memanggilmu Oppa"ucap Junghee sebal. "Palli! Ada apa?"tanya Junghee.

"Mana Eomma? Aku ingin bicara dengannya"jawab Chen.

Junghee mengedikkan bahu dan memanggil sang Eomma. Setelah itu, dia masuk ke kamarnya.

Tak disangka, ketika dia duduk diatas ranjangnya, dia malah menangis. Menangis untuk pertama kalinya sejak kejadian itu.

"Aigoo… aku menangis…"gumamnya entah pada siapa. Batinnya mengingat ngingat lagi kejadian saat ia kecil dulu. Saat dia bermain bersama Luhan, dan saat ia sedang tertawa bersama Chen Oppanya.

Hanya mereka berdua teman Junghee. Dia tak punya teman lagi. hanya mereka berdua. Dan akibat perpisahan itu…. Junghee menutup erat hatinya dan menjadi dingin. Dia benci pada setiap orang yang berusaha mendekatinya. Satu lagi. dia tak pernah menangis.

"Luhan-ah, Chen-ah, sedang apa kalian sekarang?"batinnya

"Junghee-ah!"panggil sang Eomma dari luar.

Junghee keluar dari kamarnya dan menengok Eommanya. Sepertinya sang Eomma telah menutup hubungan telepon. Sial. Padahal dia masih ingin bicara dengan Chen.

"Wae?"tanya Junghee duduk disebelah sang Eomma.

"Kau kesepian?"

Junghee menatap Eomma-nya bingung lalu menghela nafas. "Astaga, Eomma. Walau aku tidak punya teman seumur hidup, aku tidak apa apa"jawab Junghee sok dewasa.

"Cih, omongan anak 10 tahun"desis sang Eomma.

"Ngomong ngomong, ada apa Eomma?"

Sang Eomma akhirnya menatap dirinya. "Mau liburan? Dijamin kau senang disana"

Mata Junghee berbinar senang. "Jinjja? Liburan? Tentu mau Eomma, gomawo!"Junghee pun memeluk sang Eomma. Sudah lama dia tak mendengar kata liburan bersama. Eommanya selalu sibuk sih!

Eomma Junghee tersenyum dan membalas pelukan anaknya.


Junghee dan Sang Eomma tiba di sebuah vila di bibir pantai. Perjalanan lama membuat Junghee pulas tertidur dan masih ingin tidur sampai sekarang. Dia bahkan tidak sadar bahwa ia sudah masuk ke dalam vila.

"Nona, kau mengantuk?"tanya seorang pelayan. Junghee mengangguk.

"Kalau begitu, ayo ikut saya ke…"

"Tunjukkan jalannya. Biar aku kesana"ucap Junghee sok dewasa lagi.

Pelayan itu mengangguk walau tidak pasti. Dia khawatir kalau Junghee akan salah kamar. Secara, di vila ini ada 2 keluarga berkumpul.

Dan kekhawatirannya benar benar terjadi.


HOW IS IT GUYYS!?

Jujur, gua yakin kalo ni ff gajenya kelewat batas, jadi maklumin aja yah -"
Sekali lagi readers, jan lupa tinggalkan jejak anda lewat review, bubay :*