Perfect Nanny
Donghae Eunhyuk
Chaptered, Yaoi, Homo, Typos, alur lambat.
Remake from Perfect nanny candidate. Sasunaru fanfiction by haraguroi harikin.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
Tahun lalu, saat libur semester seperti saat ini, seharusnya Hyukjae menikmati liburannya di kota romantis seperti Paris, atau tengah menikmati keindahan Swiss atau yang paling dekat Hyukjae akan bersantai ke negeri seberang—Jepang. Atau paling tidak, jika tidak ke semua Negara itu, Hyukjae pasti sedang menikmati keindahan pulau Jeju. Hyukjae akan menghabiskan waktu liburan semesternya untuk mengunjungi tempat-tempat yang indah dan berbelanja.
Hyukjae memang anak orang kaya. Dia adalah tuan muda Lee Hyukjae, anak tunggal dari pengusaha ternama di Korea. Hyukjae selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, bahkan jika uangnya habis di kartu ajaib miliknya, ayahnya akan mengisi debit card miliknya dengan jumlah yan fantastis sehigga Hyukjae akan berbelanja sesuka hati dan mengunjungi tempat-tempat yang menarik baginya.
Hidup bergelimangan harta merupakan berkah tersendiri bagi Hyukjae. kegilaan Hyukjae pada barang-barang kelas satu di mulai sejak kecil. Ibunya selalu memberikannya barang-barang branded dengan harga selangit dan tentu saja kualitas terbaik. Keberuntungan Hyukjae tidak sampai disitu. Ayahnya merupakan pemilik sebah hotel bintang lima di Korea dengan banyak cabang yang tersebar di seluruh penjuru Korea. Selain itu, ayah Hyukjae juga memiliki beberapa resort di luar negeri, seperti Thailand atau Hawaii. Ayah Hyukjae juga pemilik salah satu perusahaan ternama di Tokyo—Jepang.
Tapi Hyukjae tetaplah Hyukjae. dia juga merasakan kesepian. Ayah dan ibunya sering tidak pulang ke rumah karena sibuk dengan segala urusan pekerjaan mereka. Parahnya lagi, kebeuntungan Hyukjae sedikit menghilang sekarang. libur semester ini merupakan bencana besar bagi Hyukjae. benar-benar bencana!
Hyukjae menundukan kepalanya dalam-dalam. Disana, tepat di seberang tempatnya duduk, ada dua orang paruh baya—orang tua Hyukjae—yang sedang menatap Hyukjae layaknya seorang pencuri.
"Lee Hyukjae!" baru saja Hyukjae akan memulai pembicaraan, ayahnya sudah menegurnya terlebih dahulu. Hyukjae menatap kedua orang tuanya takut-takut.
"Y-ya, A-ayah?" Hyukjae bisa melihat manik kecoklatan ayahnya menatapnya dengan penuh kemarahan. Rasanya Hyukjae ingin lari saja kalau begini.
"Apa maksudmu menghabiskan seluruh uang yang ku berikan hanya dalam waktu tiga hari saja, hah?!" Ayah Hyukjae bertanya sarkastik.
Hyukjae terkesiap. Ia menggigit bibir bawahnya dan gelisah. Astaga, ayahnya menatap Hyukjae seolah ingin menelan Hyukjae bulat-bulat. Hyukjae jadi takut.
"Tapi ayah, aku bahkan pernah menghabiskan uang yang ayah berikan padaku hanya dalam sehari," Hyukjae berhenti bicara ketika melihat ayahnya semakin menatap tajam padanya. Tubuh Hyukjae yang tadinya duduk tega kini merosot melemah seperti tak punya tenaga "Bukannya Ayah tidak pernah marah padaku soal berapa banyak uang yang ku pakai." Lanjut Hyukjae lirih.
"Tapi yang kau habiskan itu sepuluh juta won dalam tiga hari, Lee Hyukjae!"
Hyukjae meringis pelan. Tubuhnya menegang dengan keringat yang membasahi pelipisnya. Hyukjae tahu dia sudah keterlaluan dengan menghabiskan sepuluh juta won dalam tiga hari, tapi ayahnya tidak pernah semarah ini sebelumnya.
"A-aku kira, Ayah memberikannya padaku sebagai hadiah liburan semesterku seperti biasanya,"
Hyukjae melhat ibunya menutup mulut dengan tangannya. Ibunya sedang menahan tawa melihat putera tunggalnya ketakutan. Dan lagi-lagi Ayah Hyukjae melotot ganas padanya.
"Awalnya Ayah mengisi debit card-mu dengan uang itu, karena Ayah pikir dengan itu Ayah tidak akan repot-repot mendengarmu merengek minta uang untuk ke Paris, Lee Hyukajae!" Ayah Hyukjae mengerang frustasi. Dia tidak habis pikir soal Hyukjae yang menghabiskan uangnya dalam waktu singkat.
Hyukjae memang sudah merencanakan ingin ke Paris tahun ini. Hyukjae sangat ingin ke sana. Dia sangat suka dengan Negara penuh romansa itu. Terkahir Hyukjae ke Paris adalah dua tahun lalu. Lagi pula ini juga salah ayahnya kan? Kenapa ayahnya tidak menjelaskan jika uang yang dikirimkan padanya adalah untuk persiapan liburan ke Paris? Jika ayahnya bilang waktu itu, Hyukjae pasti bisa sedikit berhemat.
"A-ayah …"
"Apa?! Kau menghabiskan seluruh uangmu untuk berbelanja dan mengajak teman-temanmu yang tidak jelas itu liburan ke Singapore! Dan parahnya, kau mentraktir semua temanmu itu, Lee Hyukjae!" Ayah Hyukjae mendengus. Punggungnya menyandar di sofa dengan kedua tangan bersidekap di depan dada. "Kenapa kau tidak mengajak Kibum dan Heechul?" lanjutnya.
"A-aku ingin mengajak mereka, tapi mereka malah menolak untuk ikut." Bela Hyukjae.
"Kau memilih menghabiskan uang sebanyak itu untuk membawa teman-teman bajinganmu itu? Mereka itu berandalan yang hanya memanfaatkanmu, astaga Lee Hyukjae!"
Hyukjae bergeming di tempatnya. Dia tidak berani bergerak sama sekali. Dia mencuri pandang ke ibunya berharap ibunya bisa membantunya keluar dari masalah ini. Setidaknya ibunya bisa membantu meredakan kemarahan ayahnya.
Seakan mengerti tatapan Hyukjae, wanita paruh baya itu tersenyum lembut pada Hyukjae. Tangan ibunya kini mengelus pundak sang ayah. "Sudahlah, Jaeshin-ah. Semakin kau marah, semakin kau cepat tua, suamiku." Kata ibu Hyukjae lembut. Hyukjae tersenyum dalam diam. Ibunya memang pandai merayu ayahnya.
"Lagipula kau juga salah tidak memberitahukannya pada Hyukjae, sehingga dia pikir itu memang hadiah untuknya."
Hyukjae mengangguk kecil membenarkan perkataan ibunya. Ya Tuhan, suara ibunya seperti suara malaikat yang turun dari Surga.
Jaeshin—ayah Hyukjae—hanya merengut kesal. "Padahal aku sudah memberinya hadiah," gumamnya "Tapi Hyukjae, kau jangan senang dulu. Tahun ini, tidak ada jatah liburan ke Paris, Hawaii atau papaun itu!"
Mulut Hyukjae menganga kebar. Matanya berkedip seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan ayahnya. Yang benar saja!
"T-tapi, Ayah. Bukankah ayah sudah mengizinkanku untuk liburan ke Paris tahun ini?" Protes Hyukjae.
"Kau sendiri yang membuat liburanmu batal!" Ayah Hyukjae tidak mau kalah "Ayah tidak akan memberimu uang lagi untuk liburan semestermu tahun ini. Kau, Lee yukjae, sebaiknya kau habiskan saja liburan semester ini dengan bermain di taman kota!"
Setelah membentak dan mengancam Hyukjae, Lee Jaeshin langsung pergi begitu saja meninggalkan Hyukjae yang tengah beduka. Ia batal liburan ke Paris dan tidak aka nada uang jajan selama liburan. Benar-benar bencana besar. Hyukjae mengangkat wajahnya dan menatap sang ibu yang masih ada di sana. Wajahnya dia buat seiba mungkin, meminta belas kasihan dari ibu tercintanya.
"Sebaiknya kau turuti saja perkataan ayahmu ya, sayang." Wanita paruh baya itu mengelus rambut Hyukjae kemudian pergi dari sana, meninggalakan Hyukjae sendirian.
Hyukjae makin berduka. Gagal sudah rencana liburan ke Paris. Oh, Tuhan, kenapa tahun ini begitu mengenaskan?
.
.
.
oOoHaeHyukoOo
.
.
.
Hyukjae meneguk minumannya dengan sekali teguk sehingga menyisakan setengah dari isi gelas yang dipegangnya. Dia memutar-mutar gelas itu tepat di depan wajahnya. Kadang wajahnya terlihat cemberut, kadang juga Hyukjae akan tertawa mengejek. Pikiran Hyukjae sedang kacau sekarang.
"Aku, hik—kenapa ayah jahat sekali padaku?!" Rengek Hyukjae. Dia kembali menegak sisa minumannya.
"Berhenti meminum strawberry juice milkimu seperti meminum alcohol, Hyuk!" Heechul berkata sarkastik. Dia jengah juga melihat tingkah absurd Hyukjae. kedua tangannya terlipat di dada, mata tajamnya menatap Hyukjae aneh.
"Aku kan sedang menghayati rasa sakit hatiku, Heechul hyung." Hyukjae menepuk-nepuk dadanya.
"Oh, ayolah Hyuk. Lagipula tidak bisa ke Paris tahun ini bukan berarti kiamat." Tambah Kibum.
Hyukjae menatap Kibum yang ada di sebelahnya dengan sebal. Tidak pergi ke Paris memang bukan kiamat, tapi bencana. Bencana besar yang akan membuat Hyukjae kiamat. Hyukjae makin ingin menangis saja memikirkan dirinya tidak jadi ke Paris.
"Kita bisa pergi berlibur ke pulau Nami atau Jeju kan?" lanjut Kibum.
"Ayolah Kibum! Kita sudah sering ke sana. Paling tidak setiap akhir bulan kita ke sana. Sungguh, ini benar-benar Liburan semester yang tidak menyenangkan."
"Sesekali jadilah orang biasa, Hyuk, jangan terus menerus menjadi tuan muda yang manja."
Hyukjae beralih menatap Heechul. "Aku tidak manja, hyung." Rengek Hyukjae.
Heechul hanya bisa menggelengkan kepalanya seolah tidak setuju dengan kalimat Hyukjae tadi. Hyukjae memang tidak manja, itu hanya naluri Hyukjae. Naluri sebagai laki-laki yang menjadi tuan muda.
"Bagaimana jika sekaran kita pergi ke Gangnam? Ku dengan ada pembukaan Mall baru di sana." Kibum memberi saran.
Mata Hyukjae berbinar mendengar saran Kibum tadi. "Aku mau! Ayo kita pergi!" Ajaknya bersemangat. Hyukjae segera berdiri dari duduknya. Dia sudah akan menyeret dua sahabatnya tapi sesuatu di saku jaketnya bergetar. Dia meraba sakunya, megambil ponsel yang tengah bergetar. Ada panggilan masuk dari seseorang.
"Halo?"
"Hyuk, kau dimana?"
"Di café dekat taman kota."
"Dengan siapa?"
Hyukjae menatap dua sahabatnya. "Dengan Heechul hyung dan Kibum. Ada apa?"
"Temui aku di apartemenku, oke?"
Sambungan terputus. Hyukjae menatap layar ponselnya sejenak kemudian melihat Kibum dan Heechul beragantian.
"Maaf, aku tidak bisa pergi."
"Zhoumi lagi?" Tebak Heechul, dan Hyukjae mengangguk sebagai jawaban.
"Dia memintaku menemuinya." Jelas Hyukjae. Heechul dan Kibum menatap Hyukjae dengan tatapan bosan.
"Ayolah, Hyuk. Dia itu laki-laki brengsek." Kibum menahan lengan Hyukjae agar tidak pegi menemui laki-laki bernama Zhoumi itu.
"Zhoumi tidak brengsek!" Protes Hyukjae.
"Dia ketua anggota gangster, Hyukjae! kau tahu sendiri dia suka balapan liar kan? Aku juga yakin jika Zhoumi adalah seorang pecandu!" Tambah Heechul.
Heechul menghempaskan tangan Kibum yang masih menggenggam lengannya, "Berhenti mengatai Zhoumi! Zhoumi bukan orang seperti itu!"
Heechul berdecak gemas. "Lihat saja nanti, Hyukjae. Suatu saat nanti kau akan tahu jika Zhoumi hanya memanfaatkanmu!"
Hyukjae menutup telinganya rapat-rapat. Ia mengabaikan teriakan Heechul yang membuatnya semakin emosi. Ia kemudian memutuskan pergi dari café meninggalkan dua sahabatnya yang terus memanggil namanya.
.
.
.
.
.
oOoHaeHyukoOo
.
.
.
.
"Kau ini, kenapa bisa jadi begini?"
Hyukjae terus mengomel. Dia sedang mengobati wajah lebam Zhoumi. Hyukjae memutuskan untuk mengunjungi Zhoumi saat meninggalkan café. Biar saja dua sahabatnya itu marah-marah. Yang jadi kekasih Zhoumi itu kan dirinya. Lagipula, Hyukjae tidak percaya dengan semua bualan Heechul soal Zhoumi.
"Maaf, tadi aku menolong seorang yang kerampokan."
Hyukjae berdecak. Dia menatap sang kekasih penuh selidik tapi percuma saja. Wajah Zhoumi telihat sama saja, tidak bedosa.
"Aku ke dapur sebentar untuk mengambil es batu."
Hyukjae langsung ke dapur apartemen. Sebenarnya Hyukjae juga ikut andil dalam pembelian apartemen Zhoumi. Hyukjae membayar lebih dari setengah yang Zhoumi bayar. Tapi itu tidak masalah bagi Hyukjae. Zhoumi kan kekasihnya, jadi wajar kan? Hyukjae membuka freezer, ia mengernyit saat mendapati banyak sekali susu stroberi kemasan di dalam kulkas. Pasalnya Zhoumi bukan tipe orang yang suka makanan dan minuman manis.
"Zhou, ini susu stroberi milik siapa?" Teriak Hyukjae dari arah dapur.
"Itu milikmu. Aku sengaja membelikannya untukmu."
Hyukjae makin menautkan kedua alisnya. Tidak biasanya Zhoumi begitu perhatian padanya. Ia tersentak saat merasakan pundaknya dirangkul. Zhoumi sudah ada di sebelahnya Hyukjae dan tersenyum penuh arti.
"Hyuk, kau tahu Balenciaga?"
"Balenciaga? Tentu saja aku tau. Kau meremehkan ku?" Hyukjae menyikut perut Zhoumi. "Kenapa dengan merek ternama itu?" Tanya Hyukjae.
"Boleh ku pinjam uangmu dulu? Aku ingin sekali membeli jaketnya." Ujar Zhoumi santai.
Hyukjae mengernyit lagi. Meminjam? Ini pasti akal-akalan Zhoumi. Zhoumi tahu jika Hyukjae tidak pernah meminta semua uang yang sudah Hyukjae berikan padanya.
"Entahlah, Zhou. Aku rasa tidak bisa." Lirih Hyukjae.
Zhoumi tidak menyerah. Dia berdiri di hadapan Hyukjae dan memegang kedua pundak Hyukjae. maniknya menatap lekat manik Hyukjae sehingga Hyukjae mendongak saat bertatapan dengannya.
"Kau mencintaiku kan?" Tanya Zhoumi dengan suara rendah.
Hyukjae menghela napas. Selalu saja seperti ini. Zhoumi selalu tahu titik lemahnya. "Hah, kau pakai saja uangku. Tidak usah meminjamnya. Tapi aku tidak bisa memberimu banyak. Ayahku sedang menghukumku."
Zhoumi tersenyum miring. Dia tahu Hyukjae pasti akan memberikannya dengan suka rela. Hyukjae sadar akan hal itu. Selalu seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi? Hatinya sudah dibutakan oleh cinta.
.
.
.
.
.
oOoHaeHyukoOo
.
.
.
.
.
Lagi-lagi Hyukjae dihadapkan dalam situasi yang menyusahkan hatinya. Berhadapan dengan kedua orang tuanya di tempat yang sama dengan kasus terakhir saat Hyukjae di panggil oleh ayahnya.
"Kau tahu apa kesalahanmu kali ini, Lee Hyukjae?" Lee Jaeshin meninggikan suaranya. "Kau memberikan uang kepada kekasihmu yang brengsek itu secara Cuma-Cuma!"
Hyukjae menunduk. Ia menggigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa gugupnya.
"A-aku meminjamkannya, ayah." Bohong Hyukjae.
"Berani berbohong rupanya." Lee Jaeshin menyandarkan punggungya di sofa. "Kau pikir ayah bodoh, hah?"
Hyukjae makin menunduk. Dia yakin jika ayahnya akan marah besar kali ini.
"Ayah tidak pernah peduli dengan orientasi seksualmu, Lee Hyukjae. Tapi kekasihmu itu seorang bajingan dan brengsek! Tidak bisakah kau mencari kekasih yang lebih baik?"
"Zhoumi bukan bajingan, ayah!" bantah Hyukjae.
"Diam kau! Dasar anak tidak tahu diri!"
Hyukjae menegang di tempat. Ini pertama kalinya ayahnya marah besar sampai memakinya. Selama ini ayahnya hanya menasihati dirinya saja, tapi kali ini ayahnya sampai memakinya,
"Kekasih brengsekmu itu hanya memanfaatkamu! Dia seorang bajingan yang bergantung padamu sebagai parasite. Dia juga seorang pecandu!"
"Zhoumi tidak mungkin memanfaatkanku, ayah!"
"KAU!"
Hyukjae menutup kedua matanya saat tangan ayahnya terangkat seperti akan menamparnya. Beruntung ibu Hyukjae lebih dulu menahan tangan ayahnya.
"Sudahlah, suamiku, tidak perlu menggunakan kekesaran." Hana mencoba mencairkan suasana. Dia usap pelan pundak sang suami.
"Anak ini. pasti bocah brengsek itu sudah merecokimu dengan obat-obat terkutuk itu!" Geram Jaeshin. Dia masih tidak terima Hyukjae memiliki kekasih seperti Zhoumi. "Aku tidak keberatan kau mengahbiskan uangku berapa banyak pun. Segala yang kau minta, kami turuti tanpa pikir panjang. Kami tidak pernah mempermasalahkan apapun selama ini. tapi kau sebagai anak, bisa-bisanya kau membankang pada kami demi bajingan tolol macam itu!"
"Ayah—"
"Hyukjae," Hyukjae menatap ibunya. Ada kesedihan di mata wanita yang sudah melahirkan Hyukjae itu. "Tinggalkan kekasihmu, dia bukan orang baik untukmu. Kami tidak melarangmu ingin memiliki kekasih wanita atau pria, tapi kami juga tidak ingin kau memilki kekasih tidak benar seperti Zhoumi."
Hyukjae menggeleng.
"Zhoumi orang baik, bu. Tidak mungkin Zhoumi memanfaatkanku seperti yang ayah dan ibu katakan. Di juga bukan pecandu."
"Masih membelanya ternyata." Jaeshin makin kesal dengan sikap keras kepala Hyukjae. "Kau masih mau dengannya yang jelas-jelas bejat itu?"
Hyukjae mengangguk sedikit ragu. Ia masih mencintai Zhoumi.
"Baiklah, kau boleh bersamanya." Hyukjae mengerjap bingung. Ada sedikit rasa lega dalam dadanya. "Sebagai gantinya, kau pergi dari rumah ini. aku tidak mau punya anak yang pembangkang dan memiliki kekasih bajingan dan seorang pecandu!"
"Ayah, aku—"
"Jaeshin-ah, jangan seperti ini. pikirkan lagi." Hana mencba membujuk suaminya,
"Silahkan pergi. Aku tidak mau melihatmu lagi!"
Hyukjae mematung saat ayah dan ibunya lagi-lagi meninggalkan dirinya sendirian. Kali ini berbeda. Keduanya benar-benar marah besar. Ayahnya jelas-jelas mengusirnya dari rumah. Mereka tidak membutuhkan Hyukjae lagi. Mereka tidak menyayangi Hyukjae lagi.
"Ayah … ibu … hiks,"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continue...
Holaa Holaaa...
Aku bawa ff baru nih, oh iya ini ff Remake yaa...
Jadi kalau ada yang flame aku bakal aku flame balik hahaha
Dan untuk kakaknya jisung yang canss terimakasih makasih banyak atas kontribusinya hahaha luph luph
Okey see you next chapter
