Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Warning : OOC, Gaje, Typo
Rated M
.
.
Present
.
.
.
Why?
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
Suara teriakan yang saling bersahutan memecah keheningan malam. Bahkan derasnya hujan terkalahkan oleh teriakan-teriakan yang berasal dari sebuah rumah mewah yang jarak tempatnya lumayan jauh dari rumah-rumah lainnya. Sehingga tidak akan mengusik para tetangganya yang tengah terlelap dalam mimpinya.
PRAANG
Suara bantingan berbagai macam benda yang entah sudah keberapa kalinya terdengar.
Seorang lelaki berparas rupawan dengan rahang yang mengeras dan tangan yang terkepal tengah berdiri menatap seorang gadis yang tengah menangis dengan pandangan jijik. Sedangkan gadis yang ditatap seperti itu hanya bisa menahan isak tangisnya. Buliran air mata terlihat mengalir dipipi mulusnya yang langsung diusapnya dengan kasar. Terlihat seorang wanita paruh baya menghampiri gadis itu lalu memeluknya erat. Bahu wanita itu terlihat bergetar seraya bibirnya yang terus bergumam 'Cukup.. sudah cukup'
"Cukup Sasuke! Tak bisakah kau menuruti perkataan Kaa-san sekali ini saja?!" teriak wanita itu tanpa melepaskan pelukannya dari sang gadis.
"Cukup Kaa-san! Sudah cukup aku melakukan semua perintah Kaa-san selama ini. Tapi.." lelaki itu berhenti berkata sejenak. Dari pandangan matanya terlihat sekali bahwa ia sedang diliputi amarah.
"Tapi untuk masalah yang satu ini, aku tidak bisa. Ini hidupku. Aku yang berhak memilih dan menentukan semuanya. Cukup sudah kalian sebagai orang tua yang selalu mengekangku sejak kecil dan membanding-bandingkanku dengan Itachi."
"Sasuke! Jaga bicaramu! SUDAH BERANI KURANG AJAR KAU?! KAMI ORANG TUAMU. TIDAK SEPANTASNYA KAU BERKATA SEPERTI ITU!" seru lelaki paruh baya yang sedari tadi hanya terdiam meihat semuanya. Ia merasa anaknya itu sudah benar-benar keterlaluan.
"Kenapa? KENAPA?! HAH?! Bukankah itu benar? Kalian selalu saja membanggakan Itachi. Oh, sekarang aku tanya, KENAPA TIDAK ITACHI SAJA YANG KALIAN SURUN MELAKUKAN HAL ITU?! KENAPA HARUS AKU?!" teriak Sasuke lebih keras.
"ITU KARENA ITACHI SUDAH MENIKAH! KAMI TIDAK MUNGKIN MENYURUHNYA MENGHIANATI ISTRINYA!" teriak Fugaku
"Kenapa? Kenapa aku yang harus melakukan semua ini? KENAPA TIBA-TIBA WANITA JALANG INI MASUK KE DALAM KEHIDUPANKU DAN MEGHANCURKAN SEMUANYA?! KENAPA KAU HARUS DATANG SEKARANG?! KENAPA TIDAK KETIKA ITACHI BELUM MENIKAH, DNEGAN BEGITU KAU BISA MENIKAH DENGANNYA TANPA HARUS MELIBATKAN AKU?!" seru Sasuke seraya menunjuk gadis yang masih berada dipelukan ibunya dengan tatapan menghina. Sedangkan gadis itu hanya bisa bergetar ketakutan melihat Sasuke yang begitu menakutkan menurutnya.
"S-Sasuke-kun-"
"Diam kau! Semua karena kau! Kalau saja-"
PLAK
Sasuke memandang tak percaya pada ibunya yang baru saja menampar pipinya dengan amat keras. Sedangkan Mikoto sendiri menatap tangannya yang baru saja ia gunakan untuk menampar Sasuke.
"Bahkan Kaa-san tega menamparkau hanya karena wanita sialan itu." Ucap Sasuke dengan tatapan dingin
"S-Sasu.."
"Cukup!" seru Sasuke tiba-tiba membuat semua pasang mata terdiam
"Aku sudah muak dengan semuanya. Sekali lagi ku tegaskan. Aku. Tidak. Akan . Pernah. Menikah. Dengan. Wanita. Sialan. Itu."
BLAAAM
Setelah mengucapkan itu, Sasuke membanting pintu dengan keras lalu berjalan keluar menuju mobilnya dan pergi menuju suatu tempat yang mungkin bisa mendinginkan kepalanya. Dipacunya mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata menembus hujan yang turun dengan derasnya.
.
.
.
"Hiks.. hiks.."
"Sshh.. Sudahlah, nak. Jangan menangis lagi."
"Semua ini salahku. Sasuke benar. Seharusnya aku tidak masuk ke dalam kehidupannya dan melibatkannya dalam masalahku. Hiks.."
"Ini bukan salamu, Sakura. Semua yang terjadi adalah garis takdir dari Tuhan." Mikoto menatap sendu ke arah gadis yang ia panggil Sakura. Fugaku mengangguk tanda mengiyakan perkataan Mikoto.
Sakura menggeleng. "Tidak. Ini memang salahku. Sebaiknya, pernikahan ini dibatalkan saja."
"Tidak!"
Semua pasang mata menoleh pada asal suara yang terdengar sangat familiar di telinga mereka. Tampak seorang lelaki berbadan tegap tengah berjalan menghampiri mereka.
"Aku tidak akan membiarkan pernikahan ini batal. Bagaimanapun caranya, pernikahan ini harus tetap berlangsung. Sasuke tidak akan bisa lari lagi." Ucap lelaki itu tajam.
.
.
.
"Aaaarrgghh..." mengacak rambutnya dengan frustasi, Sasuke kembali meraih gelas berisi alkohol yang isinya tinggal setengah. Dihabiskannya isi darigelas itu engan sekali teguk. Dari kejauhan tampak seorang wanita berambut merah menyala tengah menyeringai nakal lalu berjalan menghampiri Sasuke
"Hai tampan, butuh bantuan untuk menghilangkan stres? Aku jamin dengan bersamaku, semua bebanmu akan menghilang." Ucap wanita itu dengan suara menggoda. Disentuhnya lengan kekar milik Sasuke dengan perlahan.
Sasuke hanya melirik sekilas, lalu menghentakkan dengan keras tangan wanita itu.
"Pergi." Ucapnya dingin.
Sekilas wanit itu tampak terkejut, tapi kemudian ia tersenyum mengoda
"Ada apa tampan? Tidak kah kau ingin bersenang-senang denganku?" Sasuke menatapnya dingin. Tanpa menghiraukan tatapan tajam Sasuke, ia memberanikan diri menyentuh dasi yang dikenakan Sasuke, melonggarkannya hendak melepas.
PLAK
Sekali lagi wanita itu dibuat kaget atas perlakuan Sasuke.
"Ku bilang pergi! Atau kau ingin aku memakai kekerasan?"
Wanita berambut merah itu mendengus, lalu beranjak perg meninggalkan Sasuke sambil mengumpat dalam hati.
Mendapati wanta yang sedari tadi mengganggunya telah pergi, Sasuke menghela napas kasar. Diraihnya lagi botol yang ada dimejanya, lalu dituangkan ke dalam gelas untuk kemudian diteguknya kembali.
Sesaat kepalanya terasa pusing dan mulai berkunang-kunang. Tetapi sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, dapat ia dengar suara seseorang memanggil-manggil namanya. Hingga kesadarannya mulai menghilang dan pandangannya menjadi gelap.
"Oi, Sasuke. Bangunlah! Ck. Merepotkan."
.
.
.
*Why?*
.
.
.
"Nghh..." perlahan-lahan kelopak mata itu terbuka, menampilkan sepasang iris Onyx sekelam malam.
"Akhirnya kau bangun juga." Suara seseorang menginterupsinya
"Hn. Shikamaru." Dikerjap-kerjapkannya matanya beberapa kali, berusaha membiasakan cahaya yang masuk ke retina nya. Dimana ini? Seingatnya terakhir kali ia berada di bar, lalu karena terlalu banyak minum, ia pingsan. Dan trakhir kali ia mendengar seseorang memangil namanya.
"Ini di apartement-ku. Jika kau ingin tahu. Tadi malam kau mabuk berat, karena itu aku membawamu kesini." Ucap Shikamaru seakan tahu yang dipikirkan Sasuke
"Hn."
"..."
"..."
"Sampai kapan kau akan diam seperti itu, hah?"
"Hn?"
"Ck. Terserah kau sajalah." Shikamaru bangkit berdiri meninggalkan ruangan itu.
"Pulanglah Sasuke. Keluargamu akan khawatir." Ucapnya sebelum menghilang dibalik pintu
Sasuke mendengus. "Aku bukan anak kecil. Lagipula, pulang atau tidaknya aku, mereka tak akan peduli." Sasuke bangkit hendak berdiri, sebelum...
BYUURR
"Apa yang kau lakukan, hah?!" bentak Sasuke kesal. Pasalnya baru saja ada air yang menyiram wajahnya. Yang pelakunya tidak lain adalah Shikamaru.
"Hhhh..."
"Apa maumu?!" tanya Sasuke tajam.
"Aku harap kau sadar, apa yang telah kau lakukan itu salah Sasuke." Ucap Shikamaru datar
Sasuke mendelik. "Apa maksudmu?"
Lelaki berambut nanas itu tertawa kecut. "Kau pikir aku tidak tahu apa yang telah kau lakukan pada keluargamu? Pada gadis itu?"
"Bukan urusanmu."
"Menjadi urusanku jika menyangkut dirinya."
Sasuke berdecak kesal. "Apa maumu?" tanyanya tak sabar
"Tanggung jawablah." Ucap Shikamaru serius
"Apa? Kau menyuruhku untuk tanggung jawab atas sesuatu yang tidak aku lakukan bahkan tidak aku ketahui?!" suara Sasuke meninggi
Shikamaru menghela napas kasar. "Apa kepalamu terbentur? Kau lupa apa yang sudah kau lakukan?"
"Aku tidak ingat telah melakukan sesuatu yang salah sehingga harus bertanggung jawab."
"Sasuke! Nikahi dia, atau kau akan meyesal seumur hidup, bahkan sampai mati." Tangan Shikamaru terkepal erat, dahinya berkerut kesal.
"Bukankah kau sangat mencintai gadis itu?"
Sasuke mendecih. "Jangan bercanda. Mana mungkin aku jatuh cinta pada perempuan hina seperti dia."
Gigi Shikamaru bergemelutuk. " Tutup mulutmu. Sebaiknya kau diam saja dan turuti apa kataku. Kau tidak berhak berkata seperti itu tentangnya. Kau tidak tahu apapun."
'Atau lebih tepatnya tidak ingat.' Batin Shikamaru
"Bagaimana bisa aku diam saja ketika kau menyuruhku untuk menikahinya. Menikahi wanita jalang itu! WANIYA YANG PENYAKITAN SEPERTI ITU! KAU TAHU APA PENYAKITNYA?! PENYAKITNYA-"
BUUGH
"BRENGSEK!" bentak Shikamaru. Ia kehabisan kesabarannya. Ia sudah cukup bersaba sedari tadi. Tapi mendengar Sasuke yang mengungkit-ngungkit tentng hal 'itu' membuatnya geram.
Sasuke menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.
"Tanpa kau beritahu pun, aku sudah tahu." Geram Shikamaru
"Baguslah kau tahu. Tentu kau tidak bodoh 'kan? Kau tahu apa itu HIV atau yang sering disebut AIDS?! Itu penyakit yang menjijikan! Dan wanita itu mengidap penyakit menjijikan itu. Kau tahu kan apa saja yang menjadi penyebab munculnya penyakit itu? Sex. Itu artinya wanita itu jalang, hina, kotor. Rela bersetubuh dengan siapapun. Dia-"
BUUGH
BUAAGH
Pukulan bertubi-tubi ia dapatkan, hingga bau anyi darah menyeruak penciumannya.
"Kau... Akan merasakan akibatnya jika berani berkata seperti itu lagi." Seru Shikamaru lalu berbalik berjalan keluar meninggalkan Sasuke seorang diri yang tengah meringis kesakitan karena pukulan darinya.
.
.
.
.
.
.
TBC
Ini fict pertamaku ^^
Mind To RnR?
