Title : My Beautiful Past

Cast : Oh Sehun, Kim Jongin, Others

Genre : Angst , Romance

Chapter : 1/2

A/N : Hi There babies ^^. Ini Juga salah satu ff remake aku sendiri. Ini project trilogi dulunya. But i'll see what i would do sama KaiHun ver. Fiction ini sama sekali ga terinspirasi dri lagunya mba' Diva KD yg Cobalah Untuk Setia BUT kemaren pas aku ngedit fic ini tanpa sengaja dengerin itu lagu dan somehow jdi eek bgt.

- Author Point of View -

BRAKKK…

Suara pintu mobil yang dibanting cukup keras oleh Sehun membuat Jongin menoleh padanya heran. Wajah Sehun tampak tidak nyaman dilihat. Datar tanpa ekspresi menunjukan kalau dia benar-benar sedang bad mood. Sehun melangkah mendahului Jongin masuk kedalam rumah mereka yang cukup besar dan nyaman. Rumah yang sudah Sehun tempati 2 tahun terakhir ini. Jongin buru-buru mengunci pintu mobil dan menyusul kekasihnya masuk. Sepertinya mereka perlu bicara.

" Sayang." Panggil Jongin tapi Sehun tidak menjawab.

Dia hanya diam menuju kedapur, menuangkan sebotol air dingin ke gelas dan meneguknya sampai habis dengan ekspresi yang masih datar tanpa mengacuhkan keberadaan Jongin di dekatnya sedikitpun.

" Sehun kau kenapa sih?" Jongin berjalan mendekati Sehun dan menatapnya heran. Sehun hanya mendengus pelan dan berjalan menuju kamarnya meninggalkan Jongin yang kembali menyusulnya.

" Ok, cukup. Katakan padaku kenapa sikapmu seperti ini?" Jongin menarik lengan Sehun dan menatapnya tajam. Sehun balas menatap Jongin nanar tapi mulutnya tetap tak terbuka sedikitpun.

- Sehun Point of View -

" Sehun kau kenapa sih?" Jongin berjalan mendekatiku, bisa kurasakan kalau saat ini dia sedang menatapku heran. Aku hanya mendengus pelan dan berjalan menuju kamar kami meninggalkannya yang kembali menyusulku beberapa detik kemudian.

" Ok, cukup. Katakan padaku kenapa sikapmu seperti ini?" Jongin menarik lenganku dan menatapku tajam. Aku hanya bisa menatapnya nanar tanpa sepatah katapun yang keluar dari bibirku. Hatiku rasanya ingin menjerit kencang mendengar pertanyaannya, batinku rasanya sudah menangis sesengukan saat ini. Bahkan dia tak sadar apa yang membuatku bersikap seperti ini padanya, apa dia sama sekali tidak bisa memahami perasaanku?

Flashback

" Kau mau duduk dimana Sehunie?" Tanya Jongin lembut.

" Disana saja bagaimana?" Aku menunjuk satu sudut di dalam cafe favoritku dan Jongin.

" Apapun untukmu sayang." Jongin menyetujui dan langsung menarik tanganku untuk duduk disana. Aku duduk setelah Jongin menarikkan kursi untukku kemudian dia duduk diseberangku.

" Kau mau pesan apa?" Tanya Jongin.

" Seperti biasa saja." Jawabku lembut.

" Dua beef lasagna, satu lemon tea dan satu frappucino." Pesan Jongin pada pelayan yang melayani meja kami. Pelayan itu mencatat pesanan kami dan pergi setelah memberikan kami senyum komersilnya.

" Sudah lama kita tidak makan disini ya." Ujar Jongin sambil menggenggam tanganku diatas meja.

" Itu kan karena kau selalu sibuk akhir-akhir ini." Aku tersenyum menatapnya.

" Maaf. Aku janji akan mengurangi pekerjaanku dan lebih meluangkan waktu untukmu." Ujar Jongin dengan senyum termanis yang dia punya.

Rasanya hatiku langsung lumer melihat senyumnya. Senyumnya memang indah sekali semua gadis normal dan bahkan pria sepertiku pun pasti akan bertekuk lutut begitu melihat senyumnya yang menawan. Omong-omong, aku senang sekali hari ini. Ini adalah kencan pertama kami selama empat bulan terakhir. Akhir-akhir ini Jongin memang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Statusnya sebagai pengacara kondang dari firma terkenal memang membuatnya tak pernah sepi job bahkan terkadang terlalu berlebihan sampai-sampai dia tak punya banyak waktu untukku. Tapi aku berusaha mengerti itu dan aku bisa memakluminya.

" Apa yang kau lamunkan?" Aku terbangun dari lamunanku saat telapak tangan Jongin yang hangat dan lebar menyentuh pipiku pelan. Aku tersenyum lembut menatapnya kemudian menggeleng perlahan.

" Kau tidak sedang memikirkan laki-laki lain kan?" Tanyanya curiga. Aku tertawa kecil mendengarnya.

" Memang masih ada tempat kosong dihatiku? Kurasa kau dengan serakahnya sudah menempati semua seluk hatiku." Jawabku setengah bercanda.

Jongin tertawa kemudian mengacak rambutku penuh sayang. Rasanya bahagia sekali kalau hubungan kami bisa terus seperti ini tanpa harus ada pertengkaran atau kesalahpahaman diantara kami. Tapi apa mungkin itu semua terjadi?

" Jongin?" Satu suara kembali membuatku terbangun dari lamunan.

Kuangkat kepalaku dan kudapati seorang gadis dengan tanktop pink dan rok mini putih tengah berdiri disamping Jongin. Mereka berdua tampak saling memandang dengan kaget.

" Krystal?"

" Oh my god. Apa kabarmu? Lama tak berjumpa dan kau makin tampan saja. Ya Tuhan, aku merindukanmu Kim Jongin." Gadis itu berseru senang dan langsung memeluk Jongin erat-erat seakan tak melihat tangan Jongin yang sedang menggenggam erat tanganku atau bahkan dengan kehadiranku disini.

" Dan kau tetap tak berubah nona Krystal Jung. Masih seperti dulu." Jongin dengan ringannya melepaskan genggaman tangannya padaku dan membalas pelukan gadis yang dipanggilnya Krystal itu.

Aku terpana melihat pemandangan didepanku. Aku rasa aku normal kalau saat ini hatiku terasa sakit, mataku terasa panas dan aku merasa cemburu. Maksudku, siapa yang tidak akan sakit hati melihat kekasihnya berpelukan dengan orang lain didepan mata kepalanya sendiri?

" Aku benar-benar merindukanmu Jonginie. Aku menyesal waktu itu kita putus seandainya saja—"

" Hei, sudahlah. Itu sudah lewat." Potong Jongin kemudian melepaskan pelukan mereka.

" Baiklah. Mmmmh, dia siapa?" Tanya gadis itu saat akhirnya dia menyadari keberadaanku.

" Oh Sehun." Aku mengulurkan tanganku dan tetap berusaha tersenyum manis walau sebenarnya hatiku sudah meringis perih. Gadis itu membalas uluran tanganku dengan tak acuh.

" Dia kekasihmu?" Tanya Krystal lagi. Jongin hanya mengangguk.

" Oh, baiklah kalau begitu. Maaf aku mengganggu. " Ujar Krystal sambil menatapku sinis. Aku berusaha bersikap sebaik mungkin makanya aku hanya balas menatapnya datar.

" Nomorku masih sama. Kapan-kapan telpon aku ya." Ujarnya sambil mengedip nakal kearah Jongin. Memberikan ciuman sekilas di satu sisi pipi Jongin sebelum beranjak meninggalkan kami. Jongin tertawa kecil kemudian mengangguk pelan kearahnya dan tetap memandangi punggung mantan kekasihnya sampai dia benar-benar hilang dari pandangan kami. Baru setelah itulah dia berbalik menatapku dan tersenyum lebar.

" Ayo kita makan." Ujarnya tenang seakan kejadian tadi tidak pernah terjadi.

End of flashback

Jongin masih menatapku tajam dan aku masih belum mau membuka mulutku. Sekali lagi, selama empat tahun aku bersamanya, aku berharap kalau dia akan menemukan jawaban ini sendiri. Berharap akhirnya dia menyadari kesalahannya, dan berharap akhirnya dia memahami perasaanku. Tapi ternyata sekali lagi harapanku harus terhempas sia-sia karena Jongin masih belum menyadari kesalahannya. Dia tidak bisa memahami perasaanku atau tidak mau memahami perasaanku aku juga tidak tahu. Yang aku tahu saat ini dia hanya diam menatapku tajam dan menuntut jawaban yang harus keluar dari bibirku.

" Kau tidak tahu kenapa aku marah?" Ujarku akhirnya. Jongin menggeleng pelan. Aku menarik napas dalam-dalam. Sungguh aku sedang tidak ingin bertengkar dengannya tapi aku tidak bisa menahannya lagi.

" Tidak bisakah kau instropeksi dirimu sendiri Jongin?" Ujarku pelan. Dahi Jongin mengernyit tanda bahwa dia tidak mengerti perkataanku.

Aku mendesah berat. Sepertinya sudah saatnya aku membicarakan ini dengannya. Sudah cukup aku menahan perasaanku sendiri, sudah cukup aku menekan rasa sabarku dengan mengharapkan kesadarannya.

" Tidakkah kau merasa memeluk mantan kekasihmu di depan kekasihmu sendiri itu adalah salah?" Tanyaku.

" Tidakkah kau pikirkan kalau aku akan sakit hati melihatnya? Tidak pernahkah kau coba pahami perasaanku?" Tanyaku lagi.

" Kau cemburu?" Jongin mendengus pelan.

" Iya. Dan ini bukan untuk yang pertama kalinya Kim Jongin. Aku tahu kau lelaki tampan yang populer dan baik hati dengan puluhan mantan pacar dan ratusan penggemar dalam hidupmu dan aku coba mengerti itu. Aku coba untuk tidak menganggap serius setiap sms-sms centil dari para teman wanitamu. Aku coba untuk tidak ambil pusing dengan wangi parfum berbeda yang sering menempel dikemejamu. Aku coba untuk tetap percaya padamu walau aku melihatmu tetap bersikap mesra dengan mantan-mantan pacarmu." Ujarku dengan nada yang mulai meninggi. "Tapi pernahkah kau coba untuk mengerti perasaanku Jongin? Pernahkah—sedikit saja kau coba untuk mengerti aku? Pernahkah sedikit saja kau hargai perasaanku?" Setetes air mata mulai jatuh diwajahku tanpa bisa kukendalikan.

" Empat tahun. Selama itu aku menahan ini. Selama itu aku berharap kau akan sadar dengan sikapmu itu tapi ternyata tidak." Bisikku.

" Apa maksudmu? Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?" Ujar Jongin datar.

" Karena aku mengharapkanmu menyadarinya Jongin. Aku berharap kau mengerti perasaanku tanpa aku harus mengatakannya padamu."

" Kau keterlaluan." Desis Jongin tajam.

" Apa?" Aku terpaku dengan reaksi yang Jongin berikan.

" Kau keterlaluan Oh Sehun. Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu? kau tidak percaya padaku? Walau aku bersikap baik dengan banyak gadis bukan berarti aku jatuh hati dengan mereka. Bukan berarti aku selingkuh dengan mereka. Kenapa kau berpikir yang macam-macam?" Ujarnya dengan nada tinggi.

" Aku tidak berpikir macam-macam Jonginah. Aku hanya merasa sedih karena kau tidak bisa mengerti perasaanku." Balasku masih berusaha tenang.

" Bagaimana aku bisa mengerti kalau kau tidak pernah mengatakannya padaku?" Timpal Jongin tak mau kalah.

" Sepertinya hal seperti ini tidak perlu dikatakan Jongin. Cukup kesadaran yang membuat ini bisa dimengerti."

" Kau tidak bisa mengatakan seperti itu Sehun. Aku bukan paranormal yang bisa segitu mudahnya mengerti perasaanmu." Hentak Jongin.

Aku terkejut mendengarnya dan hanya bisa menatapnya dengan air mata yang mengalir semakin deras. Kenapa Jongin selalu seperti ini? Kenapa dia benar-benar tidak mau mengerti perasaanku? Apa aku salah kalau aku memintanya sedikit menghargai perasaanku? Apa aku salah karena mengharapkannya menyadari ini? Aku sudah lelah dengan perasaan ini. Aku hanya ingin membicarakan ini dengannya agar batinku tidak tersiksa lagi. Bukannya malah bertengkar seperti ini. Bukan ini yang aku harapkan.

" Sudahlah Jongin. Aku lelah." Ujarku pelan sambil menghapus air mataku perlahan. Aku kembali berjalan masuk ke kamar kami untuk menenangkan diriku. Aku mencoba menyudahi topik ini dan kembali mengalah seperti biasanya. Kalau pembicaraan ini tidak cepat ditutup pertengkaran kami pasti akan semakin besar dan aku tidak mau itu.

- Author Point of View -

" Apa maksudmu? Tadi tiba-tiba kau membicarakan masalah ini dan sekarang kau menghentikannya begitu saja?" Ujar Jongin semakin marah. Sehun kini diam terduduk dikasur seraya memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pening. Dia merasa lelah sekali dengan sikap Jongin dan pembicaraan ini.

" Bukan begitu—"

" Lalu apa? Kau minta aku memahamimu tapi kau juga tidak bisa memahamiku? Kau tahu semua masa laluku Sehun. Kau tahu aku selalu putus dengan mantan pacarku dengan baik-baik jadi wajar jika kelak kami bertemu jadi akrab sebagai teman. Toh mereka semua hanya mantan pacar dan kau kekasihku sekarang. Jadi apa yang perlu kau cemburukan?"

" Justru karena mantan pacarlah aku cemburu karena bukan tidak mungkin kau masih punya perasaan dengannya." Jelas Sehun berusaha sabar.

" Jangan konyol ! Kalau aku masih punya perasaan dengan mereka aku sudah memutuskanmu dan kembali ke pelukan salah satu dari mereka." Raung Jongin.

Sehun tersentak dengan kata-kata Jongin. Jantungnya rasanya berhenti berdetak dan hatinya terasa teriris. Sakit sekali rasanya mendengar Jongin bicara dengan nada yang begitu kasar. Apa yang sebenarnya membuat Jongin marah seperti ini? Apa Sehun salah jika dia meminta pengertian Jongin sedikit saja? Sehun tidak minta macam-macam. Demi Tuhan, dia bahkan tidak pernah menuntut apapun pada Jongin dalam empat tahun hubungan mereka. Sehun hanya ingin dimengerti. Hanya itu. Apa itu begitu sulit untuk dilakukan Jongin? Jongin sudah benar-benar marah sekarang dan saat ini Sehun juga sudah sampai pada batas kesabarannya. Sehun tidak bisa lagi mengalah seperti biasanya. Dia lelah. Demi Tuhan, hatinya sudah terlalu sakit dengan semua ini.

" Aku lelah Jongin. Aku lelah bertengkar seperti ini terus. Lebih baik— Lebih baik kita putus saja." Ujar Sehun pelan tapi masih bisa didengar jelas oleh Jongin.

Jongin terbelalak kaget mendengar perkataan Sehun. Pria tampan itu hanya menatap Sehun lekat-lekat dengan tatapan yang sulit diartikan sementara Sehun sendiri menghindari tatapan Jongin karena sibuk menahan tangisnya yang hampir pecah.

" Baik." Suara Jongin memecah keheningan yang tercipta lama diantara mereka.

" Kita putus. "

To Be Continue...

A/N : Reviews, Subscribes and followers are love. Till next time babies ^^