Chapter 1

.

..

...

...

...

...

...

..

.

Begin!

Seorang pemuda manis yang menyerupai kelinci tampak menunggangi kuda putihnya dengan pelan. Baju yang dikenakannya hanya baju biasa namun masih terlihat lebih berada daripada orang-orang kumuh biasanya. Ia tidak membawa apa-apa melainkan hanya dirinya juga beberapa barangnya yang diikat pada kuda yang dinaikinya. Jubah putih panjang dengan tudung yang menutupi surai coklat keemasannya menutupi tubuh mungilnya.

Beruntung ia tahu kalau keluarga dari ibunya memiliki mansion yang berada di pusat kota Jermaine. Meskipun hanya diurus oleh pelayan disana. Jadi pemuda kelinci manis ini segera pindah ke mansion yang berada di pusat kota itu. Meninggalkan mansion yang sudah ia tinggali selama ini di desa. Menyadari hari mulai sore, pemuda ini segera menghentakkan kudanya lalu mengendarai kudanya dengan cepat agar ia bisa tiba disana tepat sebelum malam.

Semua yang ia perlukan agar bisa masuk ke pusat kota Jermaine ternyata sudah disiapkan oleh mendiang ibunya. Mendiang ibunya berpesan bahwa ia harus segera meninggalkan mansion yang berada di desa setelah kematiannya. Jadilah sekarang ia berangkat sendirian kesana.

Kuda jantan putih keperakkan bernama Jeonie yang ditunggangi memelankan larinya. Tudung jubahnya tertiup angin lalu terjatuh. Menampakkan wajah manis pemuda yang terlihat masih berusia 17 tahun itu. Pemuda ini bernama Jeon Jungkook.

Jungkook turun dari kudanya lalu menuntun kudanya. Berjalan mendekat ke arah gerbang kota yang masih terbuka. Setibanya disana ia langsung dihadang oleh penjaga gerbang.

"Mau kemana bocah?"

"Tentu saja memasuki kota, ahjussi. Memangnya apa lagi?" tanya Jungkook heran karena ia merasa penjaga gerbang itu menanyakan pertanyaan yang aneh. Sekali lagi Jungkook hanya mengendikan bahu. Penjaga gerbang itu menghela nafas lelah. "Baiklah, berikan kartu identitasmu."

Jungkook memberikan kartu identitas yang telah disiapkan oleh mendiang ibunya. Lalu manik kembarnya kembali melihat-lihat disana dengan binary tertarik. Tanpa ia sadari, Jungkook tersenyum lugu sembari melihat-lihat pusat kota Jermaine yang terlihat sebagai pemandangan baru baginya. Penjaga gerbang yang tak sengaja melihatnya hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya kagum. Lalu mengembalikan kartu identitas yang dipegang mereka pada Jungkook.

"Berencana akan tinggal disini, nak?"

"Begitulah, ahjussi. Lagipula aku juga melakukan ini sekaligus mengurus mansion yang ditinggalkan oleh ibuku. Aku akan merawatnya sekaligus menjalankan bisnis keluarga."

"Geurae ne? Kalau begitu, semoga berhasil. Kau bisa masuk, nak."

"Ghamsahamnida, ahjussi." Jungkook mengatakannya sambil membungkukan tubuhnya beberapa kali. Lalu kembali menunggangi kuda putihnya dan menungganginya pelan. Jungkook sadar bahwa kini ia berada di pusat kota tentunya pasti banyak warga kota yang beraktifitas.

Jungkook menatap sekelilingnya dengan pandangan kagum. Tak menyadari bahwa ia sendiri ditatap kagum oleh pemuda berwajah panjang yang tak jauh dari tempatnya. Pemuda berwajah panjang ini terlihat berada diatas usia Jungkook.

Jungkook turun dari kuda putihnya lalu berjalan sambil menuntun kudanya. Tiba-tiba suara perutnya terdengar dan ini segera membuat Jungkook memerah menahan malu dengan sebelah tangan ia letakkan di perutnya. Merasa lapar. Beruntung karena saat ini tidak ada yang melihat kearahnya karena mendengar suara perutnya. Pemuda berwajah panjang sebelumnya yang berada tak jauh dari sana hanya tersenyum geli melihat Jungkook.

Namun manik kembar Jungkook tak sengaja bertemu dengan manik kembar milik pemuda berwajah panjang tersebut. Hal ini membuat Jungkook terpaku malu karena apa yang dilakukannya disadari oleh orang lain. Sementara pemuda tadi juga terpaku kagum dengan manik kembar Jungkook yang menatapnya. Terlihat sangat indah dan jernih.

"Hei, siapa namamu?" tanya pemuda berwajah panjang ini sambil tersenyum ketika tersadar dari acara kagumnya. Jungkook mendadak gugup karena ini adalah kali pertama ia berinteraksi dengan orang lain selain pelayan di rumahnya. Hal ini membuat pemuda tadi tersenyum gemas melihat perilaku lucu Jungkook.

"Jungkook."

"Hm?"

"Jungkook em…tapi hyung bisa memanggilku Jungkookie atau Kookie, hyung."

"Jungkookie? Kau bisa memanggilku Hobie hyung, Kookie. Nama hyung Jung Hoseok. Sepertinya kau lebih muda dariku. Apa itu benar?"

"Hyung berusia berapa?"

"Hyung sudah 18 tahun. Kookie?"

"Kookie baru mau 17 tahun hyung."

"Jinjja? Berarti 16 tahun 'kan? Tapi Kookie imut sekali seperti anak kecil berusia 6 tahun." Hoseok tertawa gemas setelah melihat wajah cemberut Jungkook.

"Baru datang ke kota ini, Kookie?"

"Hm…begitulah, hyung. Rencananya juga aku akan tinggal disini seterusnya."

"Begitu? "Geurae ne? Lalu, yang tadi itu kau sedang apa, Kookie-ah?" Tanya Hoseok menahan geli. Jungkook disampingnya merona manis namun cemberut. "Aku…a-aku…aku lapar hyung," cicit Jungkook pelan. Sontak tawa lepas terdengar dari mulut Hoseok. Ini semakin membuat Jungkook cemberut. "Hyung?!" rengeknya.

"Hahahahahahahhahah…..aigoo kelinci manisku, kenapa imut sekali? Baiklah. Ayo kuantar ke restoran yang kutahu memiliki makanan yang enak dengan harga terjangkau. Mau kuantar, Kookie-ah?" sontak hal ini membuat Jungkook memekik senang. Lantas Jungkook langsung menarik lengan Hoseok menuju kudanya dan menyuruh –lebih tepatnya merengek- Hoseok untuk menunggangi kuda bersama Jungkook. Meminta diantarkan.

"Kau tidak sabaran sama sekali, eoh?"

"Tentu saja, hyung! Aku sudah lapar daritadi."

"Baiklah. Kajja sebentar lagi sampai, Kookie-ah. Memang tempatnya tidak begitu jauh dari gerbang kota."

"Baiklah. Terserah hyung saja."

Hoseok dan Jungkook yang menunggangi kuda putih Jungkook dengan pelan. Kota saat ini sedang dalam aktifitas sibuk-sibuknya. Jadinya mereka harus berjalan dengan pelan. Kini mereka sudah sampai di depan restoran kecil namun terlihat nyaman. Hoseok memberi arahan untuk segera turun dari kudanya. Lalu Hoseok mengikatkan tali kekangnya ke salah satu tempat yang tersedia.

"Kajja masuk, Kookie-ah."

"Ne hyungie," pekik Jungkook senang tatkala ia tahu bahwa mereka sudah sampai di restoran. Bahkan kini Jungkook sudah menarik lengan Hoseok untuk segera masuk ke restoran itu. Hoseok hanya menggeleng kepalanya maklum. Masih anak-anak begitu pikirnya. Kini Jungkook dan Hoseok sudah duduk di kursi yang tersedia.

"Ahjumma!"

"Ne? Mau pesan apa anak muda?"

"Aku pesan kimchi stew, nasi dengan daging pagang lalu minumnya jeruk hangat saja. Hoseok hyung pesan apa?" Jungkook menoleh kearah Hoseok yang berada disampingnya. Hoseok masih melihat menu yang dipegangnya. Jungkook juga ahjumma tadi masih menunggunya lalu Hoseok menutup buku menunya dan menatap ahjumma tadi.

"Aku pesan bulgogi dengan nasi lalu minumnya teh hangat saja, ahjumma."

"Ne. Jadi yang kalian pesan adalah kimchi stew 1, bulgogi 1, nasi 2, jeruk hangat 1 dan teh hangat 1. Hanya itu saja nak?"

"Nde, ahjumma. Hanya itu saja."

"Baiklah."

Ahjumma tadi langsung pergi dari meja Jungkook dan Hoseok. Sedangkan Jungkook dan Hoseok terlibat dalam pembicaraan ringan selagi menunggu makanan yang mereka pesan datang. Beberapa saat kemudian, ahjumma tadi datang dengan mendorong troli makanan. Meletakkan makanan itu di meja tempat Jungkook dan Hoseok berada. Lalu pergi dari sana.

Jungkook dan Hoseok memakan makanan mereka dengan tenang. Terlihat sekali kalau mereka tengah kelaparan jadi mereka mencoba memakan makanan mereka dengan tenang dan cepat. Setelah selesai keduanya segera membayar lalu keluar dari restoran. Berjalan menuju Jeonie atau kuda putih milik Jungkook berada sekarang. Melepas ikatannya kini keduanya hanya berjalan dengan menuntun kuda milik Jungkook.

"Mansionmu yang mana Kookie?"

"Aku tahu letaknya hyung. Tenang saja. Dulu sekali aku pernah datang ke mansion ini dengan mendiang ibuku."

"Geurae? Boleh hyung ikut denganmu? Mungkin saja suatu saat hyung bisa berkunjung ke mansionmu, bagaimana?"

"Tentu saja boleh hyung."

Keduanya kembali terlibat pembicaraan ringan dan menyenangkan. Hati Hoseok terasa menghangat ketika melihat senyum bahagia menghiasi wajah cantik nan manis Jungkook. Bahkan berdebar dengan kencang. Kini keduanya sampai di depan mansion megah dengan gaya eropa kuno abad pertengahan. Meskipun luarnya begitu, dalamnya malah masih banyak hal yang tercampur dengan gaya Timur.

Jungkook menatap mansion itu dengan binary bahagianya karena ia telah sampai. Sementara Hoseok tampak menganga saat melihat nama yang tertera di gerbang mansion mewah itu. Jeon. Nama keluarga yang sama dengan Raja Jermaine saat ini. Sejenak kening Hoseok mengerut bingung. Ia pernah melihat kalau sang Raja bersama Putra Mahkota tinggal sementara di mansion ini. Lalu apa hubungannya dengan Jungkook?

"Kookie?"

"Ne hyungie?"

"Ini benar mansion yang kau maksudkan?" anggukan kelewat ceria yang ia dapat dari Jungkook. Tak salah lagi perkiraannya. Jungkook memang benar-benar sosok yang pernah diceritakan oleh sang Raja pada public saat itu. Hoseok mengangguk yakin dengan serius.

"Kalau begitu sudah sampai 'kan? Hyung boleh pulang 'kan?"

"Emm…hyung?" cicit Jungkook malu-malu. Membuat Hoseok gemas sendiri melihatnya. Hoseok berdehem sedikit. "Ada apa Kookie?"

"Hyung, aku ingin sekolah. Kau tahu sekolah yang bagus disini?"

"Emm…sekolah ya? Kalau begitu, sekolah dengan hyung saja, bagaimana?"

"Hyung sekolah dimana?"

"Nama sekolahnya Jermaine Academy. Hyung memasuki tahun kedua disana, Kookie. Bagaimana menurutmu?"

"Umm…apakah berasrama hyung?"

"Tentu saja berasrama. Wae?"

"Baiklah hyung. Kookie mau!"

"Bagus. Besok hyung jemput eoh? Hyung akan mengantarmu ke sekolah hyung. Pendaftaran masih buka untungnya. Bagaimana Kookie?"

"Tentu saja hyung! Besok jam 9 pagi. Bagaimana hyung?"

"Jam 9 pagi. Oke, hyung pulang dulu Kookie ne?"

"Ne hyungie!"

.

..

...

...

...

...

...

..

.

TBC.

How you think about this fic? Is it ok to continue this story? I'm very curious!

With love,

Han Ae So