Garlic and Onion

.

.

Title: Garlic and Onion

Author: TTMilanie

Genre: angst, brothership, family, friendship

Rating: T

Length: chaptered

Cast:

Lee Donghae as Park Donghae

Park Jungsoo as Park Jungsoo

Cho Kyuhyun as Park Kyuhyun

Other

Disclaimer:

FF ini milik saya, cast murni milik Allah SWT

Warning:

Typos, OOC

Pairing: TeukHaeKyu/ TeukHae/ TeukKyu/KyuHae/HaeKyu

A/N:

Saya tahu saya seharusnya fokus dengan I Want to Life (For Them) tapi saya terlanjur dapat ide buat FF ini. Nggak tega banget mau buang ide saya. Akhirnya saya putuskan untuk ditulis aja. Apalah ini, judulnya kayak salah satu cerita terkenal dari Indonesia aja… XD

*- JUST ENJOY-*

.

.

Prolog

"Eomma… aku ingin kau menceritakan sesuatu…"

Sang Ibu hanya menampakkan senyum di wajah cantiknya. Ia mengusap pelan rambut coklat sang putra kecil yang tengah berbaring dalam dekapannya, "Hae ingin mendengar cerita apa?"

"Apa ya…?" bocah itu tampak berpikir, bibirnya mengerucut dalam usahanya untuk mengingat-ingat dongeng sebelum tidur yang pernah dibacanya, "aku tak ingin cerita nenek sihir, Eomma. Dia membuatku takut. Aku juga tak mau mendengar cerita pangeran dan putri. Apa Eomma punya cerita yang lain?"

"Hmm… Eomma rasa ada satu," jawab sang Ibu, membuat sepasang mata coklat anaknya itu berbinar cerah.

"Jinja? Eomma, cepat ceritakan padaku! Aku ingin mendengarnya!"

"Arra…" wanita itu merapikan sejenak selimut yang menutupi tubuh putranya, ia mendekap bocah itu untuk memberinya kehangatan lebih, "ini tentang dua bersaudara yang bernama Garlic dan Onion. Garlic adalah gadis baik hati yang tinggal bersama dengan Appa nya, sementara Eomma mereka telah meninggal dunia saat Garlic masih anak-anak…" kata sang Ibu memulai ceritanya.

"Garlic tidak memiliki Eomma?" anak itu tampak terkejut

"Iya, Donghae sayang. Karena itulah Appa Garlic menikah dengan wanita lain agar Garlic memiliki Eomma baru. Garlic bertemu dengan Eomma barunya yang juga telah memiliki seorang anak. Garlic tidak hanya memiliki Eomma, tapi juga seorang Eonni yang bernama Onion. Pada awalnya, mereka berdua begitu baik pada Garlic. Sang Eomma dan Eonni nya sangat menyayanginya. Tapi itu semua tidak berlangsung lama. Setiap kali Appa Garlic pergi untuk bekerja, sang Eomma dan Onion berubah menjadi sangat jahat.

"Mereka suka menyiksa Garlic. Menyuruhnya untuk memasak, mencuci baju, membersihkan rumah, sementara Eomma dan Onion hanya bersantai dan menggunakan uang Appa Garlic untuk membeli banyak baju baru. Mereka begitu jahat dan kejam. Tapi mereka berubah menjadi baik hanya ketika Appa Garlic berada di rumah."

"Eomma baru itu sangat mengerikan…" komentar Donghae sembari mencengkeram selimut yang menutupi bagian dadanya, "Hae tidak ingin hidup seperti Garlic! Eomma tidak akan pernah pergi dari Hae kan? Hae takut jika Appa memberi Hae seorang Eomma baru yang jahat!"

"Tentu saja tidak," sang Ibu tersenyum, jarinya menyisir lembut rambut Donghae. Sesaat kemudian, ia menunduk sedikit untuk mendaratkan sebuah kecupan di dahi putranya, " Eomma tidak akan pernah pergi dari sisi Hae."

Usia Donghae bahkan masih belum genap tujuh tahun kala ia menatap seorang pria dan wanita yang berdiri di sebuah altar berwarna putih dengan hiasan bunga-bunga lily di atasnya. Ia tak terlalu paham apa yang sedang dilakukannya saat itu, ia hanya duduk di atas bangku kayu nan keras di samping Hyung nya dan beberapa orang lain.

Ia hanya tahu pria yang memakai jas hitam elegan itu adalah sang Appa. Orang yang selalu gila bekerja dan tak banyak memiliki waktu untuk Donghae. Yang membuatnya bingung adalah ketika ia melihat wanita cantik yang berdiri sambil menggandeng tangan sang Appa. Ia melihat dengan matanya sendiri saat sang Appa dan si wanita asing berdiri menghadap seorang kakek tua berkepala botak yang membacakan sebuah buku untuk mereka. Ada kalimat-kalimat aneh yang belum sepenuhnya Donghae mengerti terdengar dari mulut Appa nya dan wanita itu secara bergantian.

"Aku bersedia,"

"Aku bersedia,"

Setelah itu, semuanya terasa semakin ganjil. Donghae melihat Appa nya membuka tudung putih transparan yang menutupi wajah wanita itu, lalu mendaratkan ciuman di bibirnya. Semua orang di sekeliling Donghae bertepuk tangan riuh. Lantas ia melihat dua ekor merpati berwarna putih bersih dilemparkan ke udara, dua makhluk bersayap itu terbang beriringan keluar dari kanopi keemasan yang memayungi mereka semua.

Musik-musik mulai mengalun merdu, dimainkan oleh orchestra kecil yang berkumpul di salah satu sudut. Pria dan wanita yang baru saja resmi menjadi pasangan suami isteri itu turun dari altar, menyalami setiap tamu yang hadir dan memberi mereka sambutan yang hangat. Kemudian keduanya berjalan bergandengan menuju sebuah kue tar raksasa yang dihiasi cream berwarna putih. Para tamu bertepuk tangan ketika melihat mereka bersama-sama memotong kue itu.

"Hyung…" panggil Donghae, jemari mungilnya menarik ujung lengan baju yang dipakai seorang namja yang duduk di sebelahnya, "Jungsoo Hyung…?" ulangnya sekali lagi

"Ada apa, Donghae?" tanya Jungsoo

"Sebenarnya Appa dan wanita itu sedang apa? Kenapa Appa menciumnya? Bukankah selama ini Appa hanya boleh mencium Eomma?" Donghae bertanya dengan polos

Jungsoo tampak bingung bagaimana caranya menjelaskan masalah yang rumit ini kepada dongsaeng nya yang masih kecil, "itu… Hae sebentar lagi akan memiliki seorang Eomma…"

"Eomma?" Donghae mengulangi, ia memiringkan kepalanya dan menatap Jungsoo dengan pandangan menyiratkan kebingungan, "tapi kita sudah memiliki Eomma, Hyung. Eomma kita sedang beristirahat kan?"

Jungsoo menggigit bibir bawahnya untuk mencegah perih yang mulai merayapi hatinya. Sekali lagi ia harus merasakan kebingungan itu. Ia harus memutar otak hanya untuk memilih kalimat yang tepat agar bisa dimengerti Donghae. Bagaimana caranya menjelaskan pada anak itu bahwa Eomma mereka telah pergi dari dunia ini dan sang Appa memutuskan untuk menikah lagi empat bulan setelah kematiannya?

"Hae… uri Eomma akan pergi sangat lama. Kita tak akan bertemu dengannya lagi. Hae benar, Eomma sedang beristirahat, karena itu dia tak akan kembali pada kita," jelas Jungsoo sebisanya

Donghae mengerutkan kening pertanda bingung. Ia sudah akan bertanya macam-macam jika saja Appa mereka tidak memanggil. Jungsoo segera mengalihkan perhatiannya pada Tuan Park yang tengah berjalan bersama isteri barunya. Wanita itu tersenyum dan memandang Jungsoo serta Donghae penuh afeksi.

"Malam ini kita akan makan bersama di rumah Eomma kalian," kata Tuan Park mengawali

Wanita itu berjongkok di depan Donghae yang tampaknya masih malu hingga harus menyembunyikan wajahnya di balik punggung Jungsoo, "aigoo… Hae, jangan takut, ini Eomma. Katakan saja kau ingin makan apa untuk malam nanti, Eomma berjanji akan membawakan semua yang kau suka."

"Maaf, dia masih agak malu. Dia jarang bertemu denganmu… Eomma…" kata Jungsoo, lidahnya sedikit ragu untuk memanggil wanita itu sebagai ibunya.

Sementara Donghae hanya terheran saat mendengar wanita itu menyebut dirinya sendiri sebagai 'Eomma'. Donghae tak mengenal ibu barunya itu sama sekali. Tuan Park sejak awal memang tak pernah mempertemukan mereka secara langsung.

Menjelang petang, Jungsoo baru saja selesai mandi dan berganti pakaian. Ia ingat dengan rencana makan malam di rumah ibu mereka. Karena itu ia segera menuju kamar Donghae untuk menyuruh sang dongsaeng agar segera bersiap-siap. Sangat tidak enak rasanya jika nanti mereka terlambat. Lagipula sang Eomma sudah berjanji akan memperkenalkan putra tunggalnya dari suami terdahulu kepada mereka.

Menurut yang Jungsoo dengar, calon saudara tiri mereka lebih muda satu tahun dari Donghae. Ia senang karena nantinya sang dongsaeng akan memiliki teman bermain. Sejak meninggalnya Eomma mereka, Donghae memang selalu kesepian di rumah. Maklum, Appa mereka sangat sibuk dengan segala pekerjaannya dan Jungsoo pun tak bisa selalu menemani Donghae karena ia juga harus pergi ke sekolah.

"Hae," Jungsoo mengetuk pelan pintu kamar Donghae. Ia menunggu selama beberapa saat, namun daun pintu itu tak kunjung terbuka, "Hae? Ini Hyung. Kau tidur ya?"

Karena tak ada jawaban, Jungsoo mencoba memutar kenop pintu yang ternyata langsung menimbulkan bunyi menceklik. Jungsoo memasuki kamar bernuansa biru laut itu. Ia mengedarkan pandangannya dan mendapati sosok Donghae yang sedang meringkuk di atas ranjang. Tubuh mungil yang membelakanginya itu tengah memeluk erat sebuah boneka ikan badut. Jungsoo berjalan mendekat dan duduk di sisi ranjang Donghae. Ia baru saja berpikir bahwa anak itu sedang tidur, namun tiba-tiba telinganya mendengar suara isakan-isakan kecil.

"Donghae!" Jungsoo tampak panik, ia segera meraih tubuh adik kecilnya dan memaksa untuk menghadap ke arahnya, "Hae? Kau kenapa menangis seperti ini?"

Pada awalnya Donghae tak menjawab karena ia sibuk sesenggukan. Wajahnya tampak merah dan basah. Jungsoo segera mendekap adiknya erat sembari membisikkan kata-kata manis untuk membuatnya tenang.

"Aku…" ucapan Donghae tersendat oleh isakannya sendiri, "aku tidak mau… aku tidak mau hidup seperti Garlic, Hyung…"

"Garlic? Siapa itu Garlic, Hae?" tanya Jungsoo bingung

"Garlic, Hyung… gadis baik hati yang diceritakan Eomma…" jawab Donghae

Jungsoo tidak lagi merasa heran. Ia memang sering mendengar dongeng yang diceritakan almarhum Eomma nya pada Donghae, meskipun ia tidak ingat Garlic adalah tokoh utama dalam dongeng yang mana, "memangnya ada apa dengan Garlic, Hae?" tanyanya lembut

"Eomma Garlic sudah meninggal, lalu Appa nya menikah lagi sehingga Garlic memiliki Eomma baru. Tapi Eomma baru itu ternyata sangat kejam. Garlic sering disiksa Eomma baru dan seorang Eonni nya," cerita Donghae dengan polos, "Appa tidak menikah lagi kan, Hyung?" tanyanya pada Jungsoo kemudian, "uri Eomma, dia tidak meninggal seperti Eomma Garlic kan? Hae tidak ingin hidup seperti Garlic… pasti tidak enak rasanya kalau disiksa seperti itu…"

Sekali lagi Jungsoo hanya mengulum senyum getir. Sungguh, bahkan anak itu belum mengerti tentang takdir yang telah merenggut ibu kandung mereka. Kematian Nyonya Park dalam sebuah kecelakaan mobil memang bisa dibilang mendadak. Tentunya hal itu sangat mengejutkan Jungsoo. Ia harus mengarang cerita sebaik mungkin yang tak akan membuat Donghae bersedih. Ia selalu berbohong dengan mengatakan Eomma mereka sedang berada di suatu tempat yang jauh, ataupun Eomma sedang beristirahat dan belum ingin pulang. Apapun itu, Jungsoo bahkan nyaris kewalahan jika Donghae sudah merengek dan menanyakan kenapa Eomma nya tidak segera kembali sambil menangis.

Padahal saat itu Donghae ada di sana. Di hari pemakaman Eomma mereka. Sayangnya bocah itu tak bisa melihat wajah sang Eomma untuk yang terakhir karena saat itu ia baru tiba dari sekolah dan Eomma nya telah dimasukkan ke dalam peti. Donghae heran kenapa semua orang menangis. Appa nya dan Jungsoo tak banyak bicara. Mereka hanya berusaha meyakinkan Donghae bahwa Eomma mereka harus pergi selama beberapa saat.

Tapi kini apakah bocah itu telah siap dengan fakta bahwa ia akan memiliki seorang ibu dan saudara tiri? Jungsoo bahkan tak yakin bagaimana keadaan Donghae nantinya ketika ia mendengar penuturan yang terlontar dari bibir makhluk yang masih polos itu.

"Tentu saja tidak, Hae," ucap Jungsoo sambil mengelus puncak kepala adiknya, "tidak akan ada orang yang jahat padamu. Bukankah ada Hyung yang akan selalu melindungimu?"

"Tapi dia siapa, Hyung? Tadi Appa menyebutnya dengan 'Eomma kalian'?" tanya Donghae

"Dia memang akan menjadi Eomma kita, Hae," jawab Jungsoo dengan jujur, meskipun ia tak tahu apakah Donghae akan mengerti, "dengar, Eomma akan pergi sangat lama, karena itu Appa ingin memberi kita Eomma baru untuk menjaga kita. Hae sering kesepian karena sering bermain sendiri kan? Kau akan memiliki seorang nam dongsaeng nanti. Tapi percayalah, mereka semua orang-orang baik. Kau bisa pegang kata-kata Hyung…"

"Hae tidak ingin Eomma baru, Hyung…" rajuk Donghae sekali lagi, matanya sudah kembali merah dan berair, bibir bawahya tampak bergetar dalam usaha menahan tangis

"Hae, bukan seperti itu maksud Hyung…" kata Jungsoo sambil mendekap tubuh Donghae dengan erat, "Eomma Park tidak pergi kemana-mana… ia selalu bersama kita. Kau tak perlu takut pada apapun, percayalah Hyung akan selalu melindungi dan menjagamu. Tapi kau juga harus menghargai dan menghormati keberadaan Eomma dan saudara baru kita. Percayalah, Appa pasti memilih Eomma yang tepat untuk kita, Hae."

"Tapi bagaimana…" Donghae berbisik diantara isakannya, "bagaimana jika nanti Hyung lebih menyayangi saudara baru kita daripada Hae…?"

"Ssh…" Jungsoo berdesis dan menempelkan jari telunjuknya di bibir Donghae, "kau tak boleh bicara seperti itu! Kita harus saling membagi kasih sayang. Tentu saja Hyung tetap akan menyayangimu, Hae. Tapi kita juga harus menyayangi dongsaeng kita nantinya. Kau harus janji pada Hyung, kau tak boleh bersikap egois nanti. Percayalah Hyung tak akan meninggalkanmu. Ne, yaksokhalge?"

Donghae terlihat ragu. Ia masih memandangi kedua bola mata Jungsoo dalam diam. Namun saat sang Hyung mengulurkan jari kelingkingnya ia menjadi yakin, "yaksok, Hyung," Donghae menautkan jari mungilnya pada milik Jungsoo.

"Bagus, kau memang adikku yang hebat!" puji Jungsoo sembari mencubit pipi gembul adiknya dengan gemas

T.B.C

A/N:

Ceritanya ini masih prolog. Kalau ada yang nanya dimana Kyuhyun, dia akan nongol di chapter depan. Tapi sudah dapat hint kan kira-kira Kyuhyun akan jadi apa di sini? Udah cukup sekian dulu. Kalo banyak yang suka, akan saya lanjut. Happy Satnight.