WARNING! CRACK PAIRING!

Deidara x Ino Yamanaka

Naruto©Masashi Kishimoto

HAPPY READING!

"The One Who Bright My Heart"

©Redpapillon

.

.

.

"jika kau suka padanya seharusnya kau bilang, Dei. Jika seperti ini terus kau tidak jauh beda dengan orang yang mempermainkan perasaan"

Ucapan itu berhasil membuat Deidara tertegun. Selama ini memang benar, sudah hampir 2 tahun dekat dengan gadis berambut pink—Sakura namanya, yang merupakan junior kelas 1 di SMA sekaligus junior di SMPnya, Deidara belum kunjung menembaknya.

Setelah mendapat kabar bahwa gadis berambut pink itu telah moveon dengan musuh bebuyutannya, uchiha sasuke, Deidara langsung mengambil kesempatan untuk mendekatinya. Dan beruntunglah, Takdir bisa membuat mereka berdua jadi sedekat ini.

"T-tidak bukan begitu, un" Deidara hanya menatap pria yang banyak piercing di wajahnya itu.

"Aku hanya ragu, apa benar dia suka padaku seperti aku suka padanya, un." lanjutnya.

"lalu, apa yang membuatmu ragu seperti ini? Dia itu cewek, Dei. Butuh kepastian. Kau tau itu kan?"

Kalimat itu kembali membuat Deidara tertegun. Ya, bagaimana tidak? Deidara adalah pria yang penuh tanggung jawab. Dia menyukai Sakura, tapi tidak mungkin kan jika dia menembaknya tetapi Sakura belum atau tidak menyukainya sama sekali? Itu menyakitkan, dan Deidara benci sesuatu yang menyakiti dirinya.

"Kau tau Uchiha Sasuke adik itachi itu kan? Belakangan ini, Sakura selalu bercerita tentangnya. Dan itu membuat aku sebal. Lagi pula juga heran, kenapa sih cewek-cewek banyak yang menyukai pria bodoh itu?" Deidara menggerutu kesal

"Sepertinya kau harus bertanya ke salah satu teman yang dekat dengan Sakura, tanya saja sama dia. Siapa tau dia tau bagaimana perasaan Sakura ke Sasuke"

Ucapan Pain membuat Deidara berpikir lebih jauh. Benar juga apa yang di ucapkan Pain, dengan bertanya kepada salah satu teman terdekat Sakura, Deidara bisa tau bagaimana perasaan gadis yang dia idam-idamkan itu kan? Jika bertolak belakang, masih ada cara Deidara untuk menyerah.

"Aku tau nama salah satu teman terdekatnya yang sekelas juga dengan Sakura"

"Jadi, siapa nama cewek itu, un?"

"Ino Yamanaka, Gadis berambut blonde yang di kuncir kuda"

oooooo

"Kau bawa ini, dan ini. Eh tunggu, jangan membantah! Nah, ini juga bawa ya" Guru di Konoha Highschool, Iruka Sensei meminta sang gadis berambut blonde—Ino Yamanaka, membawa setumpuk kertas hasil ujian yang siap di bagikan ke kelasnya.

"Uuhhh, kenapa harus aku? Lagi pula, ini kertas berat tau. Kenapa Iruka sensei tidak meminta Naruto untuk membawanya? Aku itu cewek, dan kau tau itu kan sensei?" gerutu gadis berambut blonde yang membawa setumpuk kertas menuju pintu

Brakkk

Setumpuk kertas yang di genggamnya kini telah berceceran, membuat lantai ruang guru terisi dengan banyaknya kertas putih

"AH MENYEBALKAN SEKALI!" Ino Yamanaka langsung memungut kertas yang berada di lantai

"Iruka-sensei, apa kau kenal dengan cewek yang bernama Ino Yama... ohhh! Astagaa! Maafkan akuu! Maafkan aku, un" dengan mata terbelalaknya, Deidara langsung menghampiri Ino dan membantunya

"Sepertinya dia lah cewek yang kau cari, Dei." Iruka-sensei terkekeh dan langsung berlalu pergi

"Maaf aku ceroboh,un" Deidara membantu membawakan sebagian kertas dan membantu Ino berdiri

"Ya, ya, tidak masalah... Wahh, apa kau Dei-senpai? Wahh kebetulan sekali yaa" Ino menyibakkan roknya yang sebagian menekuk akibat ia memungut kertas yang berada di lantai

"Ya, memang benar namaku adalah Deidara, un"

"Jadi, kenapa Dei-senpai mencariku?" di sepanjang koridor, mereka saling berbincang dengan tetap membawa setumpuk kertas

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan mu, un"

"Soal apa? Dan hei! Berhenti mengucapkan un, aku punya nama tau!" celoteh Ino yang memang tidak suka mendengar kata "un" yang di ucapkan Deidara.

"Ya.. Ini soal..."

"soal Sakura, ya aku tau. Kau ingin membicarakan dia kan?" Deidara memperhatikan gadis yang berada disampingnya. Dan kali ini, gadis itu terlihat malas untuk menanggapi topik yang akan di bicarakan

"Bagaimana kau bisa tau itu? Wah, jangan jangan kau ini penyihir ya? Ih, menyeramkan, un"

"Konyol" masih sama seperti sebelumnya, gadis itu malas menjawab. Tapi kali ini dia menatap Deidara

"Ya, bagaimana tidak tau? Cowok cowok disini pasti suka padanya. Sama seperti Sasuke yang di sukai banyak cewek di SMA ini, ku rasa mereka sepertinya jodoh"

Mendengar itu membuat Deidara sedikit meringis. Ucapan itu membuat dadanya menjerit. Yang jelas, Deidara sakit hati.

"Dei-senpai, kelas ku di sebelah sini. Kau kenapa disitu? Kejauhan bodoh" ucapan Ino menyadarkan Deidara, lekas ia langsung berbalik dan berhenti di hadapan Ino.

"Terimakasih atas bantuannya, Dei-senpai" Ino mengulurkan tangan yang masih menggenggam setumpuk kertas ke hadapan Deidara. Deidara hanya mengernyitkan dahi, bingung apa maksud yang disampaikan gadis itu

"Kertasnya senpai, letakan di atas sini" Ino memutar bola matanya menatap Deidara "Jaa ne, Dei-senpai..." lanjutnya

"tunggu! Ada hal yang ingin ku bicarakan dengan mu. Bisa kau ikut dengan..." ucapan Deidara terhenti begitu Ino yang langsung berlalulalang pergi meninggalkannya

"Lain kali saja, aku malas" suara Ino terdengar samar, dan disertai lambaian sebelah tangan yang di tuju untuk Deidara.

Deidara langsung meninggalkan kelasnya, dan mengernyitkan dahi begitu tau sikap aneh yang di lakukan oleh Ino. Aneh, dia tuh kenapa sih? Gumam Deidara.

Jam istirahat kini telah berganti menjadi jam belajar. Ino Yamanaka bertopang dagu dengan tatapan malas menatap lurus kedepan. Entah apa yang dia pikirkan, di benaknya adalah malas. Mungkin, setelah ia mendengar ucapan Deidara tentang Sakura.

Gadis itulah yang membuat Ino malas. Setiap orang yang ingin membicarakannya, mengucapkan namanya, membuat Ino kesal. Persahabatan Ino dan Sakura memang masih sampai saat ini, cuma kadang Ino merasa malas jika Sakura melakukan hal yang membuatnya malas.

Semua itu berawal dari ulah Sakura yang membuatnya sakit... Saat duduk di bangku SMP, ino bertemu dengan gadis berambut pink yang dia pikir adalah gadis yang pemalu. Dia berkenalan, dan disitu lah untuk pertama kalinya Ino mengenal Sakura.

Ino mengajarinya bagaimana dia harus bergaul dan mendapat banyak teman, dan bahkan mengajarkannya untuk merebut hati seorang pria. Mereka akrab dan terus bersama, bahkan memutuskan untuk satu sekolah. Tapi, keadaan itu jadi berbeda setelah sang gadis berambut Pink merebut cinta pertamanya. Ya, cinta pertama Ino Yamanaka...

Pemuda dengan dua taring yang menonjol, pemuda dengan tattoo segitiga terbalik. Ya, siapa lagi jika bukan Tuan Inuzuka. Inuzuka Kiba, adalah cinta pertamanya. Saat musim semi tiba, dimana bunga bunga bermekaran, di saat itu juga Ino sedang berbahagia di kala sang Inuzuka mengajaknya makan malam untuk kesekian kalinya.

Yang masih sangat dia ingat adalah ketika Kiba membawakan bunga mawar, dan sekotak cokelat. Dan disitu lah, Kiba menyatakan cintanya.

Dia bilang "Aku menyukaimu. Sudah lama sekali aku menyukai mu, dari paras cantik dan perilaku baik mu kepada semua orang. Jadi, apa kau mau menerimaku?"

Ino menerimanya, menerima cokelat dan sekuntum mawar yang Kiba genggam. Namun naas, bunga dan cokelat itu bukan untuknya.

"Bagaimana? Sudah bagus kan? Aku ingin memberikannya kepada Sakura, hehe" ucapan itu membuat Ino terkejut, dan ingin menangis.

"Kau menyukai Sakura? Sejak kapan?" Ino langsung meletakan kotak cokelat dan sekuntum mawar di atas meja dengan kasar

"Sejak dia tiba tiba men-chat ku dan dia bilang dia ingin dekat dengan ku."

"lalu, kau suka?"

"beberapa hari yang lalu, Sakura menyatakan kepada ku jika dia nyaman bersama ku. Ku rasa tidak ada salahnya untuk kami berdua lebih jauh lagi dalam berhubungan. Lagi pula aku juga menyukainya"

Hal itu reflex membuat Ino menangis dan meninggalkan tempat itu dengan terburu buru. Dan sampai saat itu, ia lebih memilih menyembunyikan perasaannya dari pada harus ada orang yang mengetahuinya. Terutama Sakura.

"Ino, Inoo, Ino!" suara familiar milik Iruka sensei berhasil membuyarkan lamunannya

"e-eh? Maaf, Iruka-sensei. Ada apa?"

"coba tolong bagikan ini ke semuanya" dengan malas, Ino menghampiri Iruka-sensei dan membagikan tumpukan kertas kosong. Setelah selesai dan semua mendapatkannya, Ino kembali duduk

"Jika kalian sudah mendapatkannya, coba tulis kalimat yang ingin kalian sampaikan. Entah untuk seseorang, atau bahkan dirimu sendiri" Iruka-sensei menjelaskan

Semua nya langsung menulis, bisa Ino lihat bahwa semua orang di kelasnya menulis dengan ekspresi berbeda beda. Ada yang sedih, malas, biasa saja, dan bahkan tersenyum. Dengan seulas senyum yang ia buat, Ino Yamanaka mulai menulis.

"Jika kalian sudah selesai, perhatikan styrofoam yang berada di belakang. Lalu tempelkan lah kertas itu dengan menggunakan pin yang berada di sebelahnya. Kalian harus menempelkannya berdekatan dengan teman sebangku kalian. Selamat siang, selamat beristirahat" Iruka-sensei berlalu pergi meninggalkan kelas.

"Ino, Ayo kita tempel. Wah, aku tidak sabar ingin membaca punya mu. Aku duluan yaaa"

Ino tertegun menatap secarik kertas dan tulisan yang ia genggam. tujuannya hanya satu, agar semua orang mengerti apa yang dia rasakan. Terutama, orang yang baru saja pergi terlebih dahulu saat mengajaknya menempel.

Ino menempelkan secarik kertasnya bersampingan dengan punya Sakura. Ditatap nya gadis berambut pink yang sedang mengembangkan senyuman

"waw, aku suka kata kata mu."

Ucapan itu membuat Ino Yamanaka mengalihkan pandangan, menatap semua kertas berisi tulisan di styrofoam itu. Gerakan matanya terhenti begitu membaca secarik kertas milik Sakura. Ino tertegun dengan senyuman ketus menghiasi wajahnya

Aku ingin di cintai, dan merasakan kebahagiaan orang lain —Sakura

Aku ingin di cintai, dan tak seorang pun yang mengambilnya. Terutama saat seseorang berhasil membuat ku tersenyum. Seperti seseorang yang berhasil mencerahkan hati ku —Ino

"Terimakasih, Aku juga suka kata katamu" Ino tersenyum kecil

"Kau ingin ke kantin Ino?" Sakura bertanya, namun hanya anggukan kecil yang di hasilkan oleh Ino

"Ayo pergi dengan ku" Sakura menuntun Ino dan pergi menuju kantin

Sementara itu di kelas Deidara

"kata katamu bagus juga, Dei. Apa orang seni selalu begitu?"

"Tidak kok, itu yang ada di pikiranku, un"

Aku ingin di cintai, dan tak seorang pun yang mengambilnya. Terutama saat seseorang berhasil membuat ku tersenyum. Seperti seseorang yang berhasil mencerahkan hati ku —Deidara

"Ayo Dei, kita ke kantin. Aku lapar" Sasori menarik pelan poni panjang Deidara

"Auch! Hentikan itu, un!" gerutunya kesal dan mengikuti Sasori di belakang.

oooooo

Ino menyesap teh panasnya perlahan sampai satu gerakan tersedaknya membuat tawa di satu meja kantin. Hal yang membuatnya terhibur adalah ketika berada dengan sahabatnya. Temari, Tenten, dan tak lupa Sakura. Hobi mereka adalah berbincang, kadang seputar gosip, dan seputar laki-laki.

"Hei, Sakura. Bagaimana dengan mu? Apa kau menyukai seseorang?" Temari menyibakkan kipas kecilnya

"u-um.. Yaa, kurasa seperti itu" Bisa dipastikan, wajahnya memerah

"hehhh? Kau itu mudah sekali suka dengan orang ya, hati hati nanti orang itu tidak suka dengan mu bagaimana?" Ino menyambar dengan ketus.

"aku tidak yakin bisa mendapatkannya atau tidak, tapi kurasa aku akan tetap menyukainya" lanjut Sakura

"Memang kau suka dengan siapa?" Tenten bertanya dengan sedikit mencondongkan badan di hadapan Sakura

"S-Sasuke-kun..." Wajah Sakura kembali memerah

Ino yang mendengarnya terbelalak. Selama ini, Ino tidak pernah memikirkan hal itu. Yang Ino tau, dia masih berpacaran dengan Kiba. Ya, walaupun bukan Sakura yang bercerita, tapi Kiba. Sungguh, apa dia benar benar menyukai Sasuke? Jika begitu, selamat Sakura! Kau telah kembali menghancurkan hati seorang gadis bermarga Yamanaka ini.

"S-SUNGGUH?!" sama halnya dengan Ino, Temari dan Tenten pun terkejut

"Kau suka dengan cowok dingin, berambut raven, dan bermata onyx itu?" Tenten masih terkejut

"Yang paling penting, kau suka dengan cowok bermarga uchiha itu, Sakura?" Temari menambahkan

"Aku kira, kau malah menyukai Dei-senpai. Bukannya kau malah dekat dengannya ya?" Tenten melanjutkan

"Tidak, aku dan Dei-senpai hanya berteman. Aku hanya menyukai Sasuke-kun, tidak—aku mencintainya"

Hal itu membuat Ino tertegun, rasa sesak di dadanya kini tumbuh dengan bertubi tubi. Sakittt, sungguh sakit. Di lihatnya pria berambut dan bermodel sama dengannya tidak jauh berdiri di belakang Sakura, ia memperhatikan tiap obrolan yang Sakura ucapkan. Sepertinya, Pria itu sudah lama memperhatikan Sakura.

Ia melihat pria itu dengan ekspresinya yang sedikit meringis. Ino tau apa yang dirasakan betul oleh Deidara. Rasanya, ia ingin berbagi pelukan bersama pria itu. Pria yang sama sama merasakan sakit sepertinya. Karena, hal paling ampuh untuk patah hati adalah sebuah pelukan. Benar kan?

"Ino, kau diam saja. Tidak mau berkomentar ya?" Tenten memperhatikan Ino dengan sebelah alisnya yang menukik

Ino menggeleng, dan langsung buru buru menjawab "Tidak, ehh itu.. Aku harus ke toilet. Aku mau pipis, dari tadi ku tahan. Maaf ya aku duluan, dahhh" Ino melambaikan tangan dan pergi

Saat mencoba untuk menahan air matanya, satu genggaman kuat mencengkram lengan Ino dan berhasil membuat Ino menoleh.

"Dei-senpai? Ada ap..."

"pst, ada sesuatu yang ingin ku bicarakan, un. Ikutlah dengan ku,Dan kali ini JA-NGAN ME-NO-LAK" Deidara menarik lengan gadis itu pelan, membiarkan gadis itu berjalan di belakangnya.

Tibalah mereka di puncak atas gedung sekolah. Ya, di atap. Hanya mereka berdua yang berada disana

"Jadi, masih sama soal Sakura ya?" Ino membuka suara sambil menatap Deidara dengan tertegun.

"Ya, aku ingin bertanya pada mu. Apa sakura menyukai ku, un?"

"Kau menyukainya ya?"

"Jawab dulu pertanyaan ku, bodoh!"

"Aku tidak bodoh tau!" Ino berkacak pinggang

"Ugh, baiklah baiklah. Oke, aku mengaku. Aku menyukainya, un"

Deidara memalingkan wajah

Ino melihat semburat merah juga kini menghiasi wajahnya. Wajah pria yang ada di hadapannya. Itu membuat Ino terkekeh

"Astaga dei-senpai... Orang seperti mu ternyata bisa juga ya malu"

"Tch, hentikan bodoh" Deidara memutar bola matanya

"Kau ingin tau tentang Sakura?" tanya Ino, dan Deidara pun langsung mengangguk.

Ino menunduk dan menatapnya prihatin "Sepertinya kau sudah mendengarnya tadi di kantin"

Ino kembali memperhatikan Deidara yang berada didepannya. Walaupun ia masih membuang muka, tapi Ino melihat jelas perubahan dari raut wajahnya. Mata itu, wajah itu, sekarang terkejut seperti mendapatkan takdir yang tidak ingin dimiliki. Sama halnya dengan Deidara, Ino juga merasakannya.

"Aku tau, itu sakit. Seperti di iris pakai pisau dan kau tidak bisa melawannya." mata aquamarine milik Ino kini beradu dengan mata biru Deidara sambil menampilkan senyum masamnya

"Jika seperti itu perasaan mu, kurasa aku yang lebih dulu tau" Ino menunduk melamun.

"Jadi, dia benar benar tidak menyukai ku ya? Uhh, rasanya seperti ada yang meletup letup di hati ku,un. Sakit sekali" Deidara ikut melamun

Ino menghampiri Deidara dan menepuk pundaknya pelan, pria ini jauh lebih tinggi 10 cm dari Ino.

"hei, dei-senpai yang lemah. Tenang saja, kau masih bisa mendapatkan kebahagiaan mu.." Ino mengembangkan senyumnya

Deidara tersenyum menatap gadis mungil di hadapannya "Ya, kau benar, un. Ku rasa perlahan tapi pasti aku akan melupakannya"

Grrttt...

Bunyi perut kedua insan itu terdengar. Menandakan mereka berdua sangat kelaparan. Sambil tertawa karena hal itu di rasakan oleh keduanya

"Ayo kita kembali ke kantin" Ino mengajak Deidara, dan Deidara pun mengikuti.

oooooo

Sudah tiga bulan lebih Deidara sering bertukar cerita, makan bersama, pergi ke taman bunga, menonton, dan masih banyak lagi yang ia lakukan dengan Ino. Sakit hatinya karena mengetahui Sakura yang tidak kunjung membalas perasaannya perlahan lahan terganti. Berkat hadirnya gadis bawel bermata aquamarine itu.

Meski begitu, Deidara masih menyimpan foto keseruannya dengan Sakura saat mereka menghadiri festifal musim semi di taman Konaha. Hal itu memutuskan niatnya untuk Membuka lemari kayu tempat ia menyimpan sesuatu yang berharga. Di dapatinya 4 buah foto bersama Sakura.

Foto pertama, terlihat Sakura yang sedang menunjuk kembang api, dan Deidara yang memperhatikan wajahnya. Di foto kedua, memperlihatkan Deidara yang sedang menunduk menatapnya dan Sakura yang berjinjit di hadapannya. Foto ketiga, memperlihatkan Deidara dan Sakura yang memakan permen gulali sendiri dan bertatapan. Foto terakhir, adalah foto dimana Sakura memeluknya secara tiba tiba dan Deidara yang terkejut.

Melihat itu, kembali hati Deidara merasakan sakit. Deidara tau, Sudah sejak SMP hingga SMA Deidara memendam rasa kepada Sakura. Namun naas, cintanya bertepuk sebelah tangan. Di urungkanlah sebuah niat untuk menyimpan foto itu di amplop cokelat dan kembali Meletakannya di dalam lemari.

Deidara menghela nafas, dan sedikit memijat kepalanya. Ia butuh hiburan. Bosan, sangat bosan. Ia berbaring di kasur, mengambil handphone dan menatap layarnya kosong. Sepintas ide tiba tiba saja terlewat di benaknya, kemudian ia mengetuk ngetuk pelan keyboard handphone-nya dan tersenyum

"Yamanaka, Ikutlah dengan ku ke Museum of Art Konoha,un. Berpakaianlah yang rapih"

Deidara bergegas mengganti semua bajunya, dengan pakaian yang begitu rapih. Untuk hari ini dan seterusnya, aku akan melupakan Sakura un, gumamnya

oooooo

Ia memijakkan kakinya di salah satu rumah bermarga Yamanaka, menunggu sosok yang ingin ia temui. Ia menoleh dan mendapati sang Yamanaka yang telah berdiri di depan pagar dengan menggunakan gaun yang memperlihatkan paha mulusnya sebagian. Hal itu hampir saja membuat Deidara salah fokus, namun ia kembali bisa mengaturnya

"Ternyata kau tidak membuatku malu ya, un" Deidara terkekeh, lalu tersenyum. Ia menuntun tangan mungil itu menuju mobil Lamborghini Veneno nya.

Ia mengecup pelan permukaan tangan Ino "Silahkan masuk tuan putri" ia tertawa geli

Selama di perjalanan, mereka berbincang satu sama lain. Tertawa, dan bahkan saling membully. Tapi hal itu tidak masalah bagi Deidara maupun Ino sendiri.

"Sebenarnya, ada acara apa sih kita kesana?" Ino menaikan sebelah alisnya

"Kau akan lihat nanti, un" Deidara tersenyum dengan tetap memperhatikan jalan

"Ngomong-ngomong... Dei-senpai bisa romantis yaa, aku heran padahal kau ini menyebalkan tau" Ino menggerutu dengan mengembungkan bibirnya

"jangan membuatku kesal deh, aku sedang menyetir. Dan.." Deidara menoleh lalu mencubit pipi Ino yang menggemaskan

"Jangan memasang wajah itu, kau terlihat konyol, un" Deidara tertawa geli dan kembali menatap jalan.

Tanpa ia sadari, gadis yang berada disampingnya itu memancarkan rona merah di kedua pipinya. Baru kali ini, Deidara bisa melakukan hal yang membuatnya tersentuh. Cubitan yang dilakukan nya di sebelah pipi Ino tidak membuatnya sakit, melainkan cubitan yang dihasilkannya adalah cubitan—penuh—kasih sayang.

"Kita sudah sampai, un... Eh, tunggu-tunggu biar aku saja yang membukanya" Deidara bergegas membuka pintu namun Ino sudah berada lebih dulu di luar.

"Aku benci kau, un. Bandel" Deidara menyipitkan matanya, hal itu berhasil membuat Ino tertawa lepas.

"Maaf maaf, habis Dei-senpai itu terlalu sopan tau."

"Baiklah, sekarang rangkul tangan ku, un" kata deidara dengan tanpa ekspresi memandang Ino

"a-apa?"

"Lakukan saja, kau itu keras kepala ya, un" Deidara memutar bola matanya

Dengan satu gerakan, Ino langsung mendaratkan lengannya di lengan Deidara.

"Apapun yang kau lakukan di dalam, jangan berkomentar. Mengerti un?" Deidara menatap Ino yang masih bingung, namun tidak ia hiraukan. Kini mereka berjalan di karpet merah dan disambut oleh tepukan meriah beberapa orang, juga paparazi di komunitas seni tentunya.

"kok.. Ada kamera?" Ino berbisik, dan mengernyitkan dahinya

"diam saja, dan tetap perhatikan jalan mu, un"

Langkah mereka terhenti ketika seseorang menyeringai dan memeluk Deidara

"Ah Deidara, sudah lama tidak berjumpa. Apa kabar?" tatapan pria itu kini beralih ke arah Ino

"wah wah, kau kesini membawa pacar ya. Sungguh kemajuan yang luar biasa Dei!" pria itu menepuk nepuk pundak Deidara

"A-aku bukan..."

"Aku baik. perkenalkan, dia adalah pacar ku, Ino Yamanaka" Deidara langsung memotong ucapan Ino.

"a-ap...Oh ya tuan, aku adalah pacarnya. Ino Yamanaka, salam kenal" Ino mengulurkan tangannya dan berjabat tangan. Lalu memasang wajah sinis ke arah Deidara

"Ya, salam kenal. Aku Kisame, aku adalah partner seninya. Kau tau? Biasanya Dei itu tidak pernah bawa cewek kesini. Dan betapa beruntungnya kau, cewek pertama yang datang bersama Deidara"

"Hei, Kisame. Bagaimana? Sudah di publikasikan,un?" Deidara mengangkat sebelah alisnya

"Tentu Dei, bisa lihat sendirikan ini ramai banget. Semua orang pada mengincar seni mu. Ku akui itu menaikan tingkat popularitas mu, Dei"

"Sebaiknya kita lihat detail seninya un. Aku akan berbicara dulu dengan pacarku, un" Deidara membiarkan Kisame meninggalkannya. kini mata biru itu menatap lembut pemilik mata aquamarine.

"APA YANG KAU KATAKAN PADANYA DEI-SENPAI! YAAMPUNNN"

"Maaf, tapi tolong bertindaklah seperti itu. Karena disini banyak sekali penggemarku, un. Dan kau tau? Jika aku tidak membawa seorang wanita kesini, Kisame akan menjodohkan ku. Itu konyol"

Ino tertawa, mendengar itu membuat Ino geli. Di jodohkan? Yang benar saja!

"Jadi, kau ini seniman ne Dei-senpai? Kalau begitu aku ingin melihat karya mu, boleh?" Deidara mengangguk

"Tapi tidak sekarang, un. Aku ada wawancara. Kau bisa melihat Seni Kisame jika kau mau. Ada di bagian air. Jaa nee, Ino-chan" Deidara berpamitan dengan mencubit kedua pipi Ino.

Hal itu membuat Ino tertegun, dan tentu juga menampakan rona merah di kedua pipinya. Ia memegang bekas cubitan di kedua pipinya, membuat nya tersenyum.

Ia tidak menyesal mengenal Deidara, melainkan...

ia sangat senang mengenal Deidara.

Ino melangkahkan kakinya menuju Seni Air di bagian yang tak jauh dari seni Deidara. Ia begitu takjub mendapatkan begitu banyak air yang terbentuk rapih. Ada yang seperti air mancur, ombak laut yang seakan ingin menerkam kita, dan banyak lagi. Semua seni itu di bingkai dengan beberapa seni 3D diantaranya. Jika lukisan itu disentuh, kau akan merasakan basah karena airnya benar benar nyata.

Langkah kakinya terhenti begitu mengetahui sebuah karya yang meletup letup layaknya kembang api. Ia memandang foto itu, dengan langit malam di hiasi kembang api namun meletup letup seperti sungguhan. Ini adalah karya Dei-senpai... Wah, menakjubkan

Mata aquamarine itu memandang lukisan dari atas kebawah, dan tertegun begitu mendapati tulisan yang tertera di pojok bawah

Sesuatu yang belum terucap, dan kini telah menjadi abu. Sesuatu yang ingin kau dapatkan, tetapi telah berlalu. Sesuatu yang pergi, dan tak bisa kau genggam lagi. —Deidara

Ino tersenyum kecil "Untuk Sakura ya.." kaki itu kembali melangkah, memperhatikan setiap foto yang di buat 3D milik Deidara. Ia mengernyitkan dahi, begitu mengetahui gambar yang telah di foto.

Gambar itu adalah gambar seorang wanita yang sedang duduk di ladang bunga, menghirup bunga bunga cantik yang bermekaran, tak lupa dengan semburat cahaya yang meletup letup disekeliling wanita itu.

Ino tersenyum sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Rasanya... Ia ingin menangis saat itu juga. Kalimat itu membuatnya begitu terharu, membuatnya ingin menemui pria itu, dan mengucapkan terimakasih

Sesuatu yang indah, lebih dari sekedar bunga yang di genggamnya. Sekarang kini telah bercengkrama di hati sepi sang pemuda. Dengan senyum, ku tuliskan kata kata dibalik kehadirannya —Deidara

Ia kembali melangkahkan kakinya. Dan kali ini, ia begitu terkejut. Rasanya ingin menangis. Ia ingat jelas foto itu, saat pertama kalinya Ino mengajak Deidara berkunjung ke taman bunganya. Di saat itu, Deidara membawa kamera slrnya. Ino ingat, dia meminta Deidara untuk memfotonya dengan bunga Dandelion.

Saat itu bunga dandelion berada tepat di depan mulutnya, mata Ino terpejam begitu juga dengan angin yang menerbangkan semua bunga dandelion. Foto ini adalah foto Ino sendiri, tak lupa dengan seni ledakan yang dihasilkan begitu kelopak bunga ini tertiup angin.

Ino menahan haru, menahan tangis, dan masih menutup mulutnya dengan tangan. Ino tersenyum bahagia, begitu membaca caption dari lukisan itu.

Aku menemukan gadis ku. Menemukan seseorang yang berhasil membuat ku tersenyum. Dan yang paling penting, aku menemukan seseorang yang berhasil mencerahkan hati ku. I found my Yamanaka —Deidara

"Jadi, kau sudah melihatnya ya, un" Deidara tersenyum melihat foto dan seni yang dia hasilkan.

Ino Yamanaka reflex menoleh dan mendapati Deidara

"Dei-senpai.. A-aku... Aku menyukainya. Sangat... Menyukainya. Terimakasih" Ino tersenyum dengan mengeluarkan air mata, walaupun hanya setitik tapi Deidara dapat melihatnya.

Dengan sigap, Deidara menarik Ino untuk tenggelam dalam pelukannya. Ia mempererat pelukannya. Rasanya membiarkan gadis itu terlelap didalam pelukannya sangat membuat Deidara merasa hangat. Apa Ino merasakan hal yang sama? Ya, tentu saja. Di peluk olehnya adalah kebahagiaan Ino. Dan memeluknya adalah kebahagiaan Deidara.

"Sekarang kau adalah kebahagiaan ku. Terimakasih, kau sudah mencerahkan hati ku. Karena hal paling ampuh dalam patah hati adalah..."

"sebuah pelukan. Ya, aku juga paham dengan itu. Terimakasih Dei-senpai" Ino melepaskan pelukannya dan tersenyum.

.

.

.

.

To Be Continued

[NOTE: Jangan lupa Review ya, kritik dan saran

kalian sangat berguna buat ku. FIRST DEI INO

Semoga di part ini ga mengecewakan kalian!

makin banyak Review= UPDATE KILAT! ]