My Contract Mission
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Story by Ayuzawa Uchiha
Warning : Canon, OOC, typo, dll :D
Happy Reading Minna-san
Chapter 1 : Kontrak Misi
.
.
.
Aku melompati pohon-pohon dengan cepat, misi kali ini berhasil aku selesaikan, meskipun berhasil tapi salah satu lenganku terkena kunai musuh, aku tidak tahu apa ini kunai biasa atau kunai beracun.
Aku memasuki gerbang desa Konohagakure, desa yang dulu sempat ingin kuhancurkan tapi kugagalkan niatku kerena kakakku memberitahu semua kebenarannya, saat itu pula aku berbelok dari tujuanku, aku memutuskan membela Konoha saat perang shinobi keempat dan syukurlah kami menang melawan Madara, Obito dan edo tensei pun bisa dihentikan.
"Sasuke sudah kembali," ujar salah satu shinobi yang sedang berjaga.
Aku hanya tersenyum tipis dan menganggukan kepalaku, aku melompati rumah-rumah penduduk desa, setelah kulihat tempat yang menjadi tujuanku sudah dekat, aku turun dan memutuskan berjalan kaki.
Kulihat papan bertuliskan "Rumah Sakit Konoha", aku hanya tersenyum tipis dan langsung masuk kedalam.
"Kyaaa itu Sasuke-kun, ia sangat tampan ya rasanya aku ingin menjadi istrinya," ucap salah satu perawat kepada teman-temannya.
"Tapi kudengar ia belum punya kekasih, hmm pasti beruntung perempuan yang bisa jadi kekasih dari shinobi paling tampan di Konoha.
Telingaku yang tajam mendengar pembicaraan perempuan-perempuan itu, aku hanya menunjukkan wajah datarku, sudah hal yang lumrah menurutku, walaupun begitu ucapan mereka membuat aku berpikir, apa ini saatnya aku mencari.
Akhirnya sampai juga keruangannya, aku hanya bisa tersenyum melihat nama yang tertulis dikotak yang letaknya bersebelah dengan ganggang pintu, nama yang dulu mencegahku untuk tidak pergi dari Konoha.
Aku pun mengetuk pintu berkali-kali, tapi tak ada jawaban dari dalam, mungkin ia tak ada diruangannya, aku pun menghela napas panjang, apa aku harus ke ruangan sahabatnya yang cerewet itu.
Aku pun berniat meninggalkan ruangannya, tapi tiba-tiba ia sudah dibelakangku.
"Sasuke-kun kau sudah kembali dari misi?" tanyanya dengan senyum ramahnya.
"Hn," gumamku.
"Sepertinya kau terluka, masuklah akan aku sembuhkan," ucapnya, sepertinya ia melihat luka dilengan kiriku. Aku hanya mengangguk dan mengikutinya masuk ke ruangan.
"Tumben sekali biasanya kau tak pernah dapat luka saat misi," ujarnya sembari meletakkan papan jalarnya yang ia bawa tadi diatas meja, aku pun langsung duduk di kursi yang letakknya tak jauh dari jendela.
"Aku lengah," ucapku, ia pun menyalurkan cakranya yang berwarna hijau di lengan kiriku. Aku memejamkan mataku merasakan kehangatan cakra yang ia berikan.
"Selesai, ini hanya luka biasa dan tak mengandung racun," ucapnya.
"Arigatou Sakura," ucapku.
"Dou itashimashite, Sasuke-kun." Ucapnya dengan senyum tipisnya, entah mengapa ia terlihat cantik.
Aku pun langsung berdiri dan meninggalkan ruangannya.
Aku memutuskan pergi ke kedai makanan untuk mengisi perutku.
"Paman satu lagi," ucap seseorang yang ada didalam kedai. Suara ini sepertinya aku kenal, tidak salah lagi pasti dia. Aku pun memasuki kedai dan benar dugaanku.
"Paman ramennya satu," ucapku kepada paman Teuchi.
"Pesanan akan segera tiba," ucapnya dengan antusias.
Sedangkan orang disampingku sedang memperhatikanku, aku hanya menatapnya dengan wajah biasa saja- tanpa senyuman.
"Sasuke akhirnya kau kembali, aku rindu padamu," ucapnya, ia pun memelukku, aku hanya menautkan alisku.
"Hei lepaskan baka," ucapku dengan tatapan kematian. Ia pun bergedik ngeri dan akhirnya melepaskan lengannya yang sempat memelukku.
"Bagaimana misinya?" tanyannya.
"Tidak terlalu sulit," ucapku sembari menerima ramen yang kupesan.
"Begitu ya."
Aku pun menyantap makananku, sedangkan lelaki disampingku diam, sepertinya ia sudah tahu kalau aku tidak suka berbicara pada saat makan.
Tak memerlukan waktu lama, aku sudah menyelesaikan makananku begitupun dengan lelaki berambut kuning yan berada disebelahku. Aku mengeluarkan uang dan membayar makananku dan makananya. Setelah mengucapkan terimakasih aku pun meninggalkan kedai tersebut disusul dengan sahabatku yang merupakan anak dari hokage keempat.
"Arigatou kau sudah mentraktirku, Sasuke. Pasti uangmu banyak ya," ucapnya.
"Tidak juga,"
"Seharusnya kau punya kekasih, jadi uangmu bisa kau belikan sesuatu untuk membahagiakan kekasihmu," ucapnya, aku meliriknya sekilas.
Aku berhenti sebentar menatap keatas langit, kupejamkan mataku.
"Entahlah aku belum menemukan perempuan yang tepat," ucapku.
"Kau yakin belum menemukan perempuan yang tepat? Bagaimana dengan Sakura, ku yakin dia perempuan yang sangat tepat untukmu," ujarnya, mata biru langitnya menatap mata hitamku.
Aku hanya menghela napas, entahlah aku bingung menjawab apa.
"Seharusnya kau bisa memutuskan dengan cepat, sebelum hatinya dimiliki orang lain," ucapnya dengan wajah yang serius.
"Tak semudah itu Naruto,"
"Kau yang membuatnya sulit, Sasuke. Sudah ya aku ada janji dengan seseorang." Naruto memukul pundakku, ucapannya menutup pembicaraan, ia pun langsung melompat pergi meninggalkanku.
Setahun ini memang aku tak berpikir untuk memiliki kekasih karena kepentingan desalah yang kudepankan, aku hanya ingin membalas budi kepada Konoha yang tidak memberiku hukuman mati. Tapi bukan berarti aku tak mempunyai seorang perempuan yang aku cintai, orang itulah yang dari dulu hingga sekarangyang bisa mengisi ruang dihatiku, perempuang yang menuntunku pergi menjauhi kegelapan.
"apa ini saatnya aku menyatakan perasaanku padanya," batinku.
Matahari menyinari kamarku, membuatku mengerjapkan mata berulang kali, rasanya baru tidur sebentar kenapa hari sudah menjelang pagi, aku bangun dari futon milikku menuju kamar mandi yang letaknya tak jauh dari kamarku.
Setelah selesai mandi aku langsung memasak sup tomat untuk sarapan, tidaklah susah untukku memasak karena sejak kecil aku sudah banyak belajar, ditinggalkan seorang diri membuatku mandiri dalam segala sesuatu.
Malam nanti team 7 akan berkumpul di kedai ramen, entahlah akan membahas apa, tapi pastinya aku akan bertemu dengannya. Kutatap wajahku dikaca yang letaknya diatas wastafel sembari mencuci piring yang kupakai makan tadi.
"apa kau pantas untuknya?" tanyaku pada diriku sendiri.
Malam pun tiba aku sudah berada di kedai ramen bersama guru Kakashi,s edangkan yang lainnya mungkin masih di jalan.
"Ada apa?" tanyaku pada lelaki yang tak pernah melepaskan maskernya itu.
"Ingin melihat murid-muridku saja," jawab Kakashi dengan mata yang menyipit menandakan bahwa ia sedang tersenyum.
Tak lama kemudian aku merasakan cakra seorang yang aku kenal, ku palingkan wajahku menghadap belakang dan benar akhirnya mereka datang.
Kami semua pun memesan makanan, disela-sela makan Kakashi menanyakan suatu hal yang membuatku kaget.
"Kapan kau punya kekasih, Sasuke? Padahal kau muridku yang paling tampan, tapi kau yang belum juga punya kekasih," ujarnya, aku hanya diam dan meminum tehku.
"Mungkin Sasuke-san tidak suka perempuan," ucap lelaki berwajah pucat bernama Sai, lelaki yang suka asal bicara, aku menatapnya tajam sedangkan yang lain hanya bisa tertawa.
"Jangan biarkan ia menunggu Sasuke, menunggu itu tidaklah enak," ucap guru Kakashi, matanya yang serupa dengan milikku menatapku lembut, aku hanya membalasnya dengan wajah yang mungkin sulit diartikan oleh siapapun. Kulihat seseorang yang ada disampingnya, wajahnya terlihat sedih.
"Apa benar dia menungguku?" tanyaku dalam hati. Tak tega melihat wajah itu, aku pun langsung memalingkan wajahku dan menghabiskan makananku.
Akhirnya guru Kakashi pun mengalihkan pembicaraan, ia menanyakan sejauh mana persiapan Sai dalam mengadakan resepsinya dengan Ino.
Setelah selesai makan Sai langsung pamit pulang disusul Naruto dan guru Kakashi. Sepertinya perempuan itu akan menyusul.
"Sakura bisa kita bicara sebentar?" tanyaku padanya.
"Tentu saja, ada apa Sasuke-kun?
"Tidak disini kita cari tempat lain." ucapku padanya.
Kamipun berjalan bersamaan dalam diam, tak ada satupun yang membuka pembicaraan baik dariku atau darinya. Akhirnya kami sampai di jembatan yang dibawahnya mengalir air yang jernih.
"Sasuke-kun aku jadi ingat tempat ini, dulu aku pernah memberi semangat pada Lee saat ia putus asa karena tidak bisa jadi ninja lagi," ujarnya, ia menatap air yang berada dibawah jembatan ini.
Aku yang mendengarnya hanya tersenyum, kusilangkan kedua tanganku di dada, aku juga melakukan aktivitas yang sama dengan dirinya yaitu melihat air yang ada dibawah jembatan ini, terlihat pantulan bulan yang sangat ini mungkin dikarenakan air ini sangat jernih.
"Ternyata terjadi banyak hal selama aku tidak ada," ucapku, ia pun hanya mengangguk.
"Sakura, apa ada seorang lelaki yang kau cintai?" tanyaku padanya, ku tatap mata emeraldnya yang indah.
"Kau sudah tahu jawabannya Sasuke-kun," ucapnya, ia menundukkan kepalanya tak berani menatapku.
"Apa aku orangnya?" tanyaku padanya, ia masih menundukkan wajahnya, tak ada jawaban yang terucap dari bibir tipinya.
"Jika memang benar aku orangnya, mau kah kau menjadi kekasihku?" tanyaku, entah apa yang membuatku berani mengatakan hal semacam itu, tapi yang kutahu inilah suatu kalimat yang ada dalam hatiku saat ini.
Ia menaikkan kepalanya menatapku tak percaya, ku balas dengan tatapan lembut, aku hanya ingin dia tahu bahwa rasa cintanya selama ini tak pernah sia-sia ataupun bertepuk sebelah tangan.
"Apa jawabanmu Sakura?"
Angin berhembus diantara kami berdua, rambutnya yang serupa dengan bunga Sakura itu bergerak mengikuti angin, apa yang akan dijawabnya iya atau tidak. Kami-sama jika ia ditakdirkan untukku, kumohon izinkan aku bersamanya.
"Apa kau mencintaiku Sasuke-kun?" tanyanya.
"Apa kau ragu padaku?" aku balik bertanya.
"Bukan begitu maksudku, tapi kenapa tiba-tiba begini," ujarnya, ia menundukkan kepalanya.
"Bukankah cinta itu memang datang tiba-tiba, ia tak mengetuk atau berkata permisi," ucapku, ku pegang kedua bahunya, kutatap emeraldnya dengan lembut.
"Sejak kapan, Sasuke-kun?" tanyanya lagi, aku pun menghela napas, kenapa perempuan didepannya ini tak henti-hentinya bertanya.
"Sejak malam itu kau menyatakan perasaanmu padaku, aku yang tak ingin tujuanku gagal akhirnya menyampingkan perasaan cintaku," ucapku, ia langsung memelukku erat dan menangis di dada bidangku, aku hanya bisa mengelus pucuk kepalanya dengan lembut.
"Kau jahat Sasuke-kun, kau membuatku lama menunggu,"ucapnya lagi, ia melepaskan pelukannya, dan menyilangkan kedua tanganya di dadanya, sepertinya ia kesal. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu itu.
"Sasuke-kun kau bisa tertawa?" tanyanya, ia sepertinya kaget melihatku tertawa tadi.
"Aku ini juga manusia biasa Sakura. Apa jawabanmu?"
"Tentu kau manusia, ku kira kau hanya bisa menunjukkan senyum tipis dan wajah datar andalanmu itu haha. Jawaban apa, hn?" tanyanya pura-pura tidak tahu. Aku yang mendengarnya langsung pergi meninggalkannya, ia pun mengejarku dan memeluk lengan kananku "tentu saja, aku mau."
Aku yang baru saja mandi mendengar ketukan pintu, siapa yang pagi-pagi begini kerumahku, tidak mungkin si rambut kuning itu, lalu siapa? Tanpa pikir panjang aku langsung membuka pintu dan ku lihat seorang perempuan yang tadi malam baru kutemui.
"Sasuke-kun," ucapnya. Pipinya terlihat merah dan matanya menatap ke bawah, aku mengikuti arah pandangannya dan ternyata aku masih mengunakan handuk. Pipiku pun kurasa juga merah seperti dirinya.
"Masuklah, aku ganti pakaian dulu," ucapku, pergi meninggalkannya. Salahkan ia yang datang terlalu pagi.
Tak lama kemudian aku pun menyusulnya keruang tamu tapi ternyata ia ada di dapur, ku lihat ia sedang menata makanan. Aku pun menghampirinya dan duduk di kursi makan.
"Kau yang membuatnya?" tanyaku, kulihat ada karaage dan onigiri. Ia pun mengangguk dan duduk di samping kursiku.
"Maaf ya aku datang terlalu pagi, karena kalau siang mungkin kau sudah sarapan, semoga kau suka dengan masakanku Sasuke-kun," ujarnya sembari memberikanku semangkok nasi.
"Arigatou," ucapku sambil menerima semangkok nasi darinya.
"itadakimasu," ucapnya, entah kenapa ia terlihat bahagia pagi ini.
"itadakimasu," ucapku.
Setelah selesai makan aku membantu Sakura mencuci piring bekas kami makan tadi, awalnya ia menolak untuk kubantu tapi sedikit paksaan akhirnya ia pun mau. Tak memerlukan waktu lama kami pun selesai.
"Sakura hari ini aku ingin menyampaikan laporan misi kemarin pada Hokage-sama, apa kau mau ikut?" tanyaku pada Sakura.
"Iya, lagipula hari ini aku dapat cuti dari rumah sakit." ucapnya.
Aku langsung mengambil laporan didalam kamarku, dan beranjak pergi meninggalkan rumah menuju kantor Hokage.
Di jalan Sakura banyak cerita apa saja dari hal yang tak penting pun ia ceritakan, aku hanya bisa tersenyum menanggapinya, tak ku sangka ia lebih cerewet daripada Ino, sedangkan penduduk desa yang melihat kami hanya menunjukkan wajah kaget terutama para perempuan, cepat atau lambat mereka pasti akan mengetahuinya.
Aku pun mengetuk pintu, setelah dapat izin dari orang yang didalam ruangan, kami berdua pun masuk.
"Aku ingin melaporkan misiku kemari hokage-sama," ucapku.
"Sakura, kenapa kau disini? Apa ada yang ingin kau laporkan juga?" tanya perempuan yang sudah berumur setengah abad itu.
"Tidak, sensei. Aku hanya mengantar Sasuke-kun," ucap Sakura.
"Sepertinya ada sesuatu diantara kalian berdua, apa dugaanku benar?" tanyanya pada kami berdua, kamipun hanya bisa diam tak menjawab pertanyaannya.
"Kebetulan kalian ada disini, aku ingin kalian berdua menjalankan misi ke desa iwagakure, misinya mudah hanya memata-matai ninja yang di duga berkhianat," ucapnya lagi.
"hai," ucapku dengan Sakura.
"Jika kalian berdua memiliki hubungan khusus ku harap kalian tetap profesional, dan kau uchiha-san lindungi Sakura, sampai kau menyakitinya lihat saja nanti apa yang kulakukan padamu," ucapnya.
"Kami memang sedang menjalankan hubungan hokage-sama, walaupun begitu aku akan tetap profesional dalam menjalankan misiku, terima kasih telah mengizinkanku, aku akan berusaha melindungi Sakura dan aku janji tak akan menyakitinya," ucapku, sang hokage kelima pun tersenyum mendengar ucapanku.
"Kalian boleh pergi," ucapnya, kami pun pamit tapi sebelum pergi aku memberikan laporan kepadanya.
"Ku pegang janjimu shinobi tampan." ucap Tsunade pada dirinya.
Seminggu berlalu setelah pernyataan cintaku pada Sakura. Setiap pagi ia selalu datang membawakanku sarapan, rumahku pun terlihat lebih rapi dari biasanya, inikah rasanya mempunyai kekasih.
Hari ini aku dan Sakura menjalankan misi yang diberikan Hokage-sama, kami berdua pun langsung pergi menuju desa Iwagakure, yang letaknya lumayan jauh dari Konoha mungkin sekitar 2 hari kami baru sampai.
Hari sudah menjelang malam aku memutuskan untuk beristirahat dan bermalam di hutan ini, ku nyalakan api unggun dengan menggunakan teknik api, sedangkan Sakura ia mengeluarkan bekal yang ia bawa dari rumah.
"Sasuke-kun ini," ucapnya, ia memberiku makanan, aku pun menerimanya dan mengucapkan terimakasih padanya.
Setelah makan aku memberinya arahan tentang apa yang ia lakukan dalam misi ini, untung saja otaknya pintar jadi cukup sekali menjelaskan ia pun langsung mengerti.
Ku lihat Sakura sudah mulai mengantuk, aku pun langsung menyuruhnya mendekat, ku arahkan kepalanya dipundakku.
"Tidurlah," ucapku.
"Iya." Tak memerlukan waktu lama ia pun akhirnya terlelap begitupun denganku. Ku pejamkan mataku menuju alam mimpi.
Ino berjalan menuju ruangannya, seminggu di tinggal Sakura, membuat ia bekerja dua kali lipat dari biasanya, ia pun membuka ganggang pintu dan disana sudah ada calon suaminya yang berdiri manis menghadap jendela.
"Sai, kapan kau tiba?" tanya Ino.
"Tak lama, kau terlihat lelah," ucapnya, Sai mulai mendekat dan memeluk tubuh Ino, ia mengecup pucuk kepala Ino.
"Iya, Sakura sedang menjalankan misi dengan pacarnya, jadi aku harus menggantikannya perannya," ucap Ino. Kami berdua pun duduk di sofa, Ino menyenderkan tubuhnya yang terasa lelah.
"Sepertinya kau tak suka," ucap lelaki di sampingnya.
"Bukan aku tak suka Sai, tapi sebentar lagi pernikahan kita digelar aku hanya tidak ingin jatuh sakit," ucap Ino.
"Tenang saja mereka berdua akan pulang besok, sayang. Kau akan tidur disini lagi?" tanya Sai karena ia mulai melihat Ino memejamkan matanya, Ino pun hanya mengangguk.
"Baiklah akan aku temani," ucap Sai sedangkan perempuan yang di ajak bicara sudah tertidur pulas.
"Naruto, kapan ya Sakura akan kembali, konohamaru sedang sakit dan ia hanya ingin Sakura yang menyembuhkannya?" tanya Hinata, sedangkan Naruto hanya menaikkan punggungnya.
"Entahlah Hinata-chan tapi kuharap Sakura dan Sasuke baik-baik saja, masalah Konohamaru akan ku urus, kau tak perlu khawatir," ucap Naruto. Hinata pun hanya menganggukan kepalanya.
Naruto dan Hinata berjalan keluar dari kedai yang menjual perlengkapan ninja, Hinata membeli kunai untuk diberikan kepada anak didiknya yang berhasil lolos dalam ujian chunin tahun ini.
Tak jauh dari tempatnya berjalan, Naruto dan Hinata melihak sosok yang mereka kenal, mereka berdua pun berlari mendekati mereka.
"Sasuke kenapa kau lama sekali?" tanya Naruto padaku, ia memukul pundakku, aku hanya menahan perih.
"Baka apa yang kau lakukan pada Sasuke-kun Naruto, luka dipundaknya belum sembuh," ucap Sakura, ia memarahi Naruto, terkadang aku bingung kenapa ia bisa berubah menjadi kasar kalau di depan Naruto.
"Maaf ya Sasuke, aku tak tahu," ucap Naruto, ia pun berojigi dihadapanku.
"Hn," gumamku.
"Sakura bisakah kau ketempat Konohamaru, ia sedang sakit dan ia hanya ingin kau yang menyembuhkannya," ucap Hinata.
"Baiklah aku akan kesana, Sasuke bisa kau pulang duluan. Hinata antarkan aku kerumah Konohamaru," Sakura dan Hinata pergi menuju kediaman Konohamaru.
"Sasuke aku mendapat pesan dari anbu, ia bilang jika kau sudah tiba, kau disuruh menghadap para tetua Konoha," ucap Naruto.
"Untuk apa?" tanyaku padanya mungkin saja ia tahu.
"Aku tak tahu tapi Sasuke, jika ada hal buruk beritahu aku ya," ucapnya.
Aku hanya menganggukkan kepalaku, dan pamit pergi meningalkannya.
"Entah kenapa perasaanku tak enak." batin Naruto
Aku masuk ke ruangan dan berojigi dengan Koharu Utatane dan Homura Mitokado dua nama yang merupakan tetua di konoha.
"Uchiha ada yang kami ingin sampaikan, duduklah dan dengarkan baik-baik," ucap Homura-sama padaku.
"Apa benar kau sedang menjalin hubungan dengan kunoichi itu?" tanya koharu-sama aku pun hanya menganggukan kepalaku.
"Klan terbesar di Konoha yaitu klan hyuga menginginkan Sakura menjadi menantunnya, klan tersebut berencana menikahkan Sakura dengan Neji, jadi kau tahu kan apa maksudku?" ucapnya lagi.
"Bagaimana jika aku tak memutuskan hubunganku dengan Sakura?" tanyaku pada mereka berdua.
"Kau masih terikat kontrak misi dengan Konoha, kau ingat itu bukan?" ucapnya, tanganku mulai mengepal, sharinganku pun sudah aktif.
"Kami beri waktu 2 minggu dan kau harus sudah menjawabnya," ucapnya lagi, tanpa permisi aku langsung keluar dan membanting pintu.
"Kuso."
TBC or End?
#author-note
Ea ea ea berani sekali saya mengupdate fic jelek ini :3
Makasih yang udah baca, oh ya fic ini tergantung readers apakah fic ini layak atau tidak dilanjutkan. Sok atuh diisi kolom reviewnya.
Oh ya saya termasuk masih newbie tulisan saya masih jauh dari kata sempurna, mohon kritik dan sarannya dari kalian semua. Semoga fic yang saya tulis nanti bisa lebih baik.
readers doakan ya semoga angkatan 2014 bisa lulus dengan nilai terbaik ;)
Sampai jumpa *jurusteleportase
