Gimme the Ring !
Taehyung hendak melamar kekasihnya, Jungkook. Berhasilkah Taehyung merubah Jeon Jungkook menjadi Kim Jungkook ?
.
.
.
.
Di sebuah pusat perbelanjaan, tampak sepasang kekasih tengah menikmati kencan mereka. Tiba-tiba saja sang submisive berhenti dan membuat sang dominan kebingungan.
"Kookie, kenapa kau berhenti ?"
"Tae, coba lihat itu. Gaun pengantin itu sangat manis. Seandainya saja aku ini perempuan"
"Aku lebih suka Jeon Jungkook yang berada di dalam tubuh namja dibanding yeoja. Kau tahu ? Perempuan itu berisik. Aku tak suka"
"Dan lagi, jika kau ingin gaun itu akan kubelikan sekarang juga"
"Tch ! Bagaimana mungkin aku memakai gaun sedangkan aku ini laki-laki"
"Tapi kau itu tipe submisive, sayang"
"Aish, sudahlah lupakan saja" Jungkook menghentakkan kakinya kesal dan berjalan mendahului Taehyung
Taehyung dan Jungkook tengah berada di dalam Ferrari hitam milik Taehyung. Selama perjalanan menuju apartemen Jungkook, Taehyung terus membujuk Jungkook agar berhenti mengacuhkannya.
"Kookie, mianhae. Jangan acuhkan aku, jebal"
"..."
"Kookie.." Taehyung menghentikan mobilnya tepat di depan apartemen Jungkook
"Terima kasih tumpangannya" Jungkook berucap tanpa memandang Taehyung lalu keluar dari mobil milik Taehyung
"Apa aku salah bicara ?" gumam Taehyung entah pada siapa
.
.
.
Keesokan harinya, Jungkook ingin mengajak Taehyung untuk menemaninya mengunjungi panti asuhan. Jungkook adalah mahasiswa semester akhir jurusan psikologi, namun ia juga aktif dalam kegiatan sosial seperti ini. Jungkook mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Yobboseyo"
"Tae, apa kau sedang sibuk ?"
"Begitulah, sayang. Aku ada meeting dengan beberapa perusahaan. Ada apa ?"
"...aniya"
"Sayang, kau kenapa ?"
"Aniya, semoga meetingmu berjalan lancar" Jungkook memutuskan sambungan tanpa menunggu jawaban Taehyung
"Aku harus pergi dengan siapa ?" gumam Jungkook
.
.
Akhirnya Jungkook memutuskan untuk meminta Yoongi, sepupu jauh Taehyung untuk menemaninya berkunjung ke panti asuhan.
"Kemana anak alien itu ? Tumben sekali ia tak mau menenanimu" tanya Yoongi setelah mereka keluar dari panti asuhan
"Tae bukan tidak mau, Yoongi-hyung. Ia sedang ada rapat-"
"Itu sama saja, Kim Jungkook"
"Yak ! Kenapa hyung memanggilku seperti itu ?" Jungkook berusaha menutupi rona merah yang menjalar di pipinya
"Kau itu kan calon istri pengusaha terkenal a.k.a Kim Taeh-" ucapan Yoongi terpotong karena Jungkook membekap mulutnya
"Aku akan melepaskan hyung asal hyung berjanji untuk tidak membahas Tae lagi" Yoongi mengangguk cepat sebagai jawaban
"Hah.. Hah.." Yoongi menghirup nafas sebanyak-banyaknya
"Uhh, mianhae. Aku tak bermaksud menyakiti hyung"
"Gwenchana. Kau mau kemana sekarang ?"
"Aku ingin membelikan sesuatu untuk Tae. Menurut hyung apa yang harus kuberikan ?"
"Sesuatu ? Dalam rangka apa ?"
"Besok adalah anniversary kami yang ke-8"
"Jinja ? Aku tak menyangka kalian bisa bertahan selama ini"
"Jadi, apa yang harus kuberikan ?"
"Bagaimana kalau jaket ?"
"Ide bagus, hyung. Kajja, kita ke pusat perbelanjaan" Jungkook menarik tangan Yoongi
"Ne. Pelan-pelan saja, Jungkook"
.
.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 20 menit, Jungkook dan Yoongi tiba di sebuah pusat perbelanjaan. Mereka menuju butik yang khusus menjual berbagai macam jaket. Mata Jungkook berbinar melihat jaket yang dipamerkan di butik itu.
"Aku tak tahu harus membeli yang mana, hyung"
"Bagaimana dengan ini ?" Yoongi menunjukkan jaket kulit dengan aksen tengkorak di bagian belakang
"Uh, kurasa itu terlalu gothic untuk Tae"
"Ini ?"
"Apa jaket itu tak terlihat begitu feminin untuk Tae ?"
"Aish, jinja ! Kau cari saja sendiri. Aku tak tahu seleranya" Yoongi memilih duduk pada sofa yang disediakan di dalam butik
Jungkook mengelilingi butik dengan mata yang tak berhenti menjelajah. Setelah hampi satu jam, pilihan Jungkook jatuh pada jaket kulit yang menurutnya cocok untuk Taehyung. Ia pun segera menghampiri Yoongi yang masih nyaman dengan posisi duduknya. Jungkook menepuk pundak Yoongi pelan.
"Sudah ?"
"Hmm, sekarang tinggal mencari kertas kado dan pita" jawab Jungkook semangat
"Baiklah, kajja"
"Ne"
Jungkook dan Yoongi memasuki toko yang khusus menjual kertas kado dan pita
"Hyung, bagus yang mana ?" Jungkook menunjukkan kertas kado berwarna tosca dan peach
"Peach"
"Pitanya ?"
"Merah"
"Tapi yang ungu muda juga cantik, hyung"
"Tapi warnanya tidak cocok dengan kertas kadonya"
"Uh, baiklah. Aku ambil merah"
Sehabis membayar, Jungkook mengajak Yoongi untuk duduk di cafe favoritnya. Saat berjalan, mata Jungkook menangkap siluet seseorang yang sangat dikenalnya.
"Hyung, tadi aku seperti melihat Tae"
"Neo micheoso ?! Dia sedang rapat, Jungkook"
"Tapi aku yakin yang tadi itu Tae"
"Dia akan dicincang oleh Kim-ahjussi jika berani membolos rapat"
"...mungkin aku salah lihat"
"Jadi atau tidak makan es krimnya ?"
"Tentu saja, kajja"
Mereka mengambil tempat di meja yang biasa diduduki oleh Jungkook.
"Choco chip ice cream" ucap Yoongi
"Vanilla ice cream"
Setelah mencatat pesanan, pelayan itu pun pergi. Yoongi menepuk tangan Jungkook pelan.
"Tumben, kupikir kau suka coklat"
"Aku memang suka coklat tapi Tae lebih suka vanilla dibanding coklat"
"Lalu apa hubungannya ? Yang mau memakan es krim itu kau, bukan Taehyung"
"Aku merindukan Tae"
"Hah, permasalahan anak muda" Yoongi mengurut pangkal hidungnya
"Memangnya hyung sudah tua ?"
"Aku lebih tua dari kalian"
"Tapi kita hanya terpaut beberapa tahun"
"Tetap saja aku lebih tua"
"..."
"Jungkook ?"
"Hyung, coba lihat itu. Itu seperti Tae" Jungkook menunjuk dua orang namja yang tengah menikmati makan siang di food court seberang
"Kau yakin itu Taehyung ? Kurasa orang itu terlalu urakan untuk ukuran seorang Kim Taehyung"
"Tapi.."
"Jungkook-ah, style Taehyung berbeda dengan orang di seberang sana. Kurasa kau terlalu merindukannya"
"...mungkin hyung benar"
"Permisi, choco chip ice cream dan vanilla ice cream"
"Terima kasih" ucap Yoongi pada pelayan yang mengantarkan pesanan mereka
"Lebih baik sekarang kau makan. Siapa tahu es krim bisa mendinginkan kepalamu"
"Ne, hyung"
Mereka pun menghabiskan es krim pesanan mereka. Setelah itu, Jungkook memutuskan untuk mengunjungi apartemen Yoongi. Ia takut jika ia sendirian maka ia akan semakin merindukan kekasih aliennya itu.
"Aku pulang" ucap Yoongi saat memasuki apartemennya
"Selamat datang, hyung"
Jungkook terkejut melihat teman semasa kuliahnya berada di dalam apartemen Yoongi. Dan kalau ia tidak salah, orang itu bernama Park Jimin. Jimin adalah teman satu jurusannya yang selalu mengejarnya.
"Bukankah kau Park Jimin ?"
"Senangnya kau masih mengingatku. Apa sekarang kau mau menerima cintaku ?"
PLAK
BRUGH
DUAGH
"Beraninya kau menggoda orang lain, hah ?!" ucap Yoongi tanpa menghentikan pukulan yang ia arahkan ke tubuh Jimin
"Appo ! Ampun, hyung ! Aku hanya bercanda"
"Leluconmu tidak lucu, Tuan Park" Yoongi menghempaskan tubuhnya ke sofa
"Maafkan aku, hyung"
CUP
"Yak ! Beraninya kau menciumku tanpa izin !"
"Yoongi-hyung.." panggil Jungkook
"Aigoo, maaf mengacuhkanmu" Yoongi menarik Jungkook untuk duduk di sampingnya
"Sebenarnya apa hubungan kalian ?"
"Dia istriku" jawab Jimin cepat
"A-apa ?" mata Jungkook melebar
"Ya Tuhan" Yoongi mengurut pangkal hidungnya
"Yoongi-hyung, apa itu benar ?"
"Ugh, ya itu benar"
"Kapan kalian menikah ? Kenapa aku tak diundang ?" Jungkook mengerucutkan bibirnya
"Sekitar setahun yang lalu. Well, kami hanya mengundang beberapa orang saja. Taehyung pun awalnya tak tahu mengenai hal ini"
"Tae sudah tahu ?"
"Ya, waktu itu kami tak sengaja bertemu dan ia memaksaku untuk menceritakan semuanya"
"Oh, begitu"
"Jadi, kapan kau menyusul kami ?" tanya Jimin
"E-eh ?" rona merah menjalar di pipi bak porselen milik Jungkook
"Aigoo, kau manis sekali. Aku ingin sekali memiliki anak semanis dirimu" ucap Yoongi
"Hyung bilang apa ?" tanya Jimin
"Lupakan saja, namja yadong"
"Jadi, dimana kekasih alienmu itu ?"
"Tae sedang rapat"
"Hah, resiko menjadi seorang presidir" Jungkook mengangguk kecil
.
.
"Terima kasih sudah menemaniku, hyung. Aku pulang dulu"
"Hati-hati di jalan !" teriak Suga
"Ne"
Jungkook menyusuri jalan yang cukup gelap, wajar saja waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ia keasyikan mendengar cerita Jimin mengenai perjalanan cintanya dengan Yoongi. Tanpa sadar Jungkook menarik kedua sudut bibirnya. Seandainya saja Taehyung memiliki banyak waktu luang untuknya seperti Jimin yang selalu meluangkan waktunya untuk Yoongi, pikir Jungkook.
Tak terasa kini Jungkook telah berada di depan apartemennya, ia memasukkan password yang penuh arti untuknya.
tanggal lahir Taehyung
Jungkook melepas mantelnya, tangannya menekan saklar lampu. Ia sangat terkejut melihat Taehyung yang duduk manis di atas sofa.
"Kau sudah pulang, sayang ?" Taehyung bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Jungkook
"Kau lelah, heum ?" Taehyung memerangkap Jungkook di antara lengannya, tangan kanannya mengelus pipi chubby milik Jungkook
"Ugh, terlalu dekat" gumam Jungkook
"Kau mengatakan sesuatu, sayang ? Aku tak mendengarnya" Taehyung mempertipis jarak mereka hingga hidung mereka bersentuhan
"..."
"Aku merindukanmu, kau tahu ?" Taehyung mengelus bibir Jungkook menggunakan ibu jarinya
"..."
"Kau tidak merindukanku ?" Taehyung mengeliminasi jarak di antara mereka, bibirnya memainkan bibir plum milik Jungkook
"Mmmmhh" Jungkook memukul-mukul dada Taehyung karena kehabisan nafas
"Kau-"
"Dasar namja yadong !" Jungkook membanting pintu kamarnya menyisakan Taehyung yang terkikik geli melihat reaksi Jungkook
.
.
Sinar mentari mengintip dari celah jendela. Jungkook mengerjapkan matanya, membiasakan cahaya yang masuk ke retinanya.
"Selamat pagi, sayang"
"T-tae ? Kenapa kau bisa masuk ?"
"Kau lupa mengunci pintu kamarmu, apa kau terlalu menikmati ciuman kemarin sam-"
"Sejak kapan kau jadi yadong seperti ini ?" Taehyung terkekeh
"Tae, ada yang ingin kutanyakan"
"Apa itu ?"
"Apa kemarin kau makan siang bersama seorang namja ?"
"Ne, waeyo ?"
"Bukankah kau bilang kau ada rapat ?"
"Sehabis rapat ia mengajakku untuk makan di restaurant Jepang"
"Restaurant Jepang ? Bukan food court di mall ?"
"Aniya, jarak dari kantorku ke mall cukup jauh. Sangat membuang waktu jika aku makan siang di sana"
"Waeyo ?" lanjut Taehyung
"Aniya. Kau tidak ke kantor ?"
"Sebentar lagi" Taehyung menarik Jungkook ke dalam pelukannya
"T-taehyung" cicit Jungkook
"Jangan ganti shampoomu. Aku suka"
Mau tidak mau, Jungkook tersenyum mendengar ucapan Taehyung. Ia menenggelamkan kepalanya pada dada Taehyung. Taehyung melirik jam di atas nakas, ia menggeram pelan.
"Wae ?" Jungkook mendongak, menatap Taehyung yang memasang wajah kesal
"Aku harus bersiap"
"Mandilah. Aku akan menyiapkan sarapan untukmu"
"Ne"
"Umm, Tae.."
"Ya, sayang ?"
"Kau membawa baju ganti ?"
"Ya. Kutaruh di ruang TV. Bisakah kau ambilkan ?"
"Ne"
Jungkook mengambil bungkusan berisi setelan kemeja milik Taehyung dan meletakkannya di kamar. Setelah itu, ia melangkahkan kaki kecilnya menuju dapur miliknya yang didominasi warna krem. Tangannya dengan cekatan membuat nasi goreng kimchi kesukaan Taehyung.
"Kau sudah siap ?" tanya Jungkook saat melihat Taehyung memasuki dapur
"Ya. Nasi goreng kimchi ?"
"Ne, makanlah" Taehyung memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Bagaimana ?" tanya Jungkook
"Enak seperti biasanya"
"Tae.."
"Hmm ?"
"Apa kau akan pulang larut malam hari ini ?"
"Entahlah. Waeyo ?"
"Bisakah kau datang pukul tujuh malam ?"
"Akan kuusahakan" Taehyung meneguk jus jeruk buatan Jungkook
"Aku berangkat dulu" Taehyung mengecup singkat bibir Jungkook sebelum keluar dari apartemen Jungkook
"Hati-hati, Tae" ucap Jungkook dengan wajah memerah
Setelah Taehyung pergi, Jungkook segera membersihkan dirinya. Ia berniat membuat makan malam untuk merayakan anniversary mereka. Sekitar tiga puluh menit kemudian, Jungkook keluar dengan setelan kemeja dan celana jeans.
Jungkook memutuskan untuk berbelanja di supermarket dekat apartemennya. Kaki kecilnya melangkah menuju rak sayuran.
"Apa yang harus kumasak ?" gumam Jungkook
"Kurasa steak tidak buruk" putus Jungkook
Ia mengambil wortel, kentang, dan asparagus. Setelah itu, ia mencari daging yang menjadi bahan utama dari steak.
"Jungkook-ah ?"
"Jin-hyung.. Sedang apa ?"
"Membeli bahan untuk membuat cake. Kau mau memasak steak ?"
"Umm ya begitulah"
"Baiklah, aku pergi dulu"
Kim Seok Jin, pemuda tinggi dan berperawakan dewasa yang ditemui Jungkook adalah sepupu Jungkook. Di umurnya yang sudah mencapai 24 tahun, ia masih sendiri a.k.a single. Namun ia tak mempermasalahkan hal itu sebab ia sibuk mengurus karirnya sebagai seorang chef yang sedang menanjak.
.
.
Jungkook meletakkan belanjaanya di dapur. Ia melirik jam yang terpajang di dinding.
'Pukul 11. Terlalu cepat jika aku memasak sekarang' batin Jungkook
Jungkook memilih menonton televisi yang tengah menyajikan drama kesukaannya. Drama yang berdurasi sekitar tiga jam itu berhasil menarik Jungkook dari dunia nyata. Jungkook menghela nafas karena drama itu telah berakhir. Ia melirik jam di dinding.
'Astaga pukul dua siang !' Jungkook menepuk dahinya
Jungkook sibuk berkutat dengan masakannya. Tepat pukul enam, makanannya telah tersaji dengan indah di atas meja. Ia bergegas membersihkan diri. Selesai itu, ia membuka lemarinya namun sialnya ia tak menemukan satu pakaian pun yang pantas dikenakan. Jemarinya mencari kontak di ponsel miliknya.
"Yobboseyo" sahut suara di seberang
"Yoongi-hyung.." suara Jungkook terdengar seperti orang yang hendak menangis
"Waeyo ? Apa terjadi hal buruk padamu ?" tanya Yoongi panik
"N-ne. Aku tak tahu harus mengenakan pakaian apa untuk acara makan malam dengan Taehyung"
"Ya Tuhan ! Kau membuatku khawatir !"
"Pakaian apa yang harus kukenakan, hyung ?"
"Kaos putih tanpa lengan berbahan sifon dan padukan dengan cardigan krem"
"Baiklah. Gomawo, hyung" Jungkook memutuskan sambungan tanpa menunggu jawaban Yoongi
Setelah memastikan penampilannya cukup rapi, Jungkook berjalan menuju meja makan. Jungkook duduk manis dengan mata yang tak lepas dari jam yang melingkar di tangannya. Sudah pukul tujuh namun tak ada tanda-tanda Taehyung akan datang. Jungkook mencoba untuk berpikiran positif.
'Mungkin saja Tae masih ada klien' Jungkook meyakinkan dirinya sendiri
.
.
Taehyung memasuki apartemen Jungkook tergesa-gesa. Matanya melirik jam yang melingkar di tangannya.
'Pukul sembilan malam' batin Taehyung
Matanya memandang Jungkook miris. Jungkook menaruh kepalanya di atas meja, bibir mungilnya meniup poni yang jatuh menutupi matanya. Sekilas Taehyung bisa melihat mata Jungkook memerah karena menahan tangis.
"Jungkook-ah.."
"Tae, kupikir kau tidak akan datang" ucap Jungkook dengan nada bergetar
"Jungkook, maafkan aku. Tadi-"
Taehyung tak bisa melanjutkan ucapannya sebab tangis Jungkook telah lebih dulu pecah. Taehyung merengkuh tubuh mungil Jungkook ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Jungkook. Setelah tangis Jungkook mereda, Taehyung melonggarkan pelukannya dan menangkup pipi chubby milik Jungkook.
"Mianhae" tersirat penyesalan dalam ucapan Taehyung
"Sebagai permintaan maaf, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat" Taehyung menggamit tangan Jungkook
"Kita mau kemana ?" tanya Jungkook pelan
"Sebentar lagi kau akan tahu" Jungkook tak lagi bertanya setelah mendengar jawaban Taehyung
"Sudah sampai. Kajja" Taehyung mengulurkan tangannya dan disambut oleh Jungkook
Mata Jungkook berbinar melihat taman kota yang disulap oleh Taehyung menjadi tempat makan malam yang romantis. Keduanya duduk di meja yang dikelilingi oleh lilin sehingga menimbulkan kesan romantis. Beberapa saat kemudian, Jin datang dengan membawa dua porsi Spicy Tuna Steak. Jungkook dan Taehyung menikmati makanan buatan Jin. Tak lama kemudian Jin datang lagi namun bedanya kali ini ia datang dengan tangan kosong. Taehyung menyeritkan dahinya.
"Hyung, di mana makanan penutupnya ?"
"Mianhae. Makanan penutupnya dihabiskan oleh Jimin"
"Mwo ?!" Taehyung memukul meja cukup keras dan membuat Jungkook terlonjak kaget
"Panggil dia ke sini. Sekarang !"
"T-tae, kau tak perlu sekasar ini. Itu hanya dessert kan ?" Jungkook mencoba menenangkan Taehyung namun Taehyung sama sekali tak bergeming
Mata Taehyung berkilat marah melihat kedatangan Jimin. Jungkook bangkit dari duduknya dan memposisikan dirinya di samping Taehyung. Ia takut Taehyung melakukan sesuatu yang tak diduga.
"Beraninya kau menghabiskan dessertnya !" Taehyung mencekram kerah Jimin
"Tae, cukup ! Kenapa kau jadi emosional seperti ini ?!" Jungkook menyentakkan tangan Taehyung yang mencekram kerah Jimin
"Di dalam dessert itu ada cincin yang ingin kuberikan padamu. Aku ingin melamarmu malam ini !" teriak Taehyung frustrasi
"MWO ?! Yak ! Park Jimin pabbo ! Kembalikan cincinku !" Jungkook menarik rambut Jimin tanpa ampun hingga beberapa helai rambut Jimin tercabut
"Arghh ! Appo ! Maafkan aku !"
"Cepat keluarkan cincinnya !" Jungkook memukul tengkuk Jimin tanpa ampun
"Akan kuberikan setelah aku menerima panggilan alam" jawaban Jimin membuat Jungkook semakin murka
"Pabbo ! Kau.. Argggh, menjijikan !" Jungkook memukul Jimin di bagian manapun yang dapat dijangkaunya
"Yoongi-hyung, tolong aku" teriakan lirih milik Jimin menggema
Sementara itu, tiga namja yang menyaksikan 'penyiksaan' itu tersenyum miris melihat nasib Jimin.
Well, sepertinya Jeon Jungkook akan tetap bermarga Jeon untuk beberapa saat ke depan. Your mission is failed, Tuan Kim.
.
.
.
END
.
.
.
Fiuhhhh selesai akhirnya~
Ai coba bikin ff VKook soalnya Ai lihat banyak banget yang suka couple ini..
Ai suka VKook juga sih tapi Ai lebih suka JiKook hehehe..
Okay, tanpa berbasi-basa lagi jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca yaa..
Hargailah para author yang sudah bersusah-payah membuat ff dengan cara tidak menjadi seorang silent reader..
RnR please ? Thanks before
Love ya', all.. Mmuahhh *sebar kissue*
