CINTA YANG TERLAMBAT – Chapter 1
Twoshoot Fanfic.
Ino Y. Temari. Shikamaru. Chouji. Sakura. Sai.
Anime/Manga: Naruto
Rate: T
Genre: Friendship, Romance.
Warning: OOC, OTP.
Dislclaimer: Masashi Kishimoto-sensei.
.
.
.
Gadis itu menatap Ino tanpa henti. Tidak, bukan dengan tatapan yang ramah. Ia –bisa dibilang menatap Ino dengan pandangan menyelidik, penuh dengan kecurigaan. Gadis berambut pirang dengan empat buah ikatan di rambutnya. Pelindung kepala berlambangkan Negara Suna, dan benda besar yang –mungkin adalah kipas, selalu menempel di punggungnya.
Ino Yamanaka mendengus. Jengah rasanya diperhatikan secara mendalam oleh gadis sebayanya itu. Temari, tamu dari Sunagakure itu –kenapa ia selalu menghujamkan pandangan sinis terhadapku? Ino tak henti-hentinya bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Dan kemudian, setelah acara laporan selesai –yang disampaikan oleh ketua timnya –Shikamaru Nara, mereka semua bergegas bubar dari hadapan Hokage-sama.
Ino baru saja hendak memulai obrolannya dengan Chouji ketika mereka hendak berjalan melewati pintu. Chuunin gembul yang kini juga tengah beranjak dewasa itu tak lain adalah teman lama Ino. Ia, Chouji dan Shikamaru, dulunya adalah genin satu tim dibawah pengawasan Asuma Sarutobi. Dan kini, mereka semua tengah beranjak dewasa, dan kebetulan –mereka kembali sering ditugaskan untuk melaksanakan misi bersama. Sebuah kebetulan yang membangkitkan memori indah masa kecil. Dan Ino pun sangat menikmati hal itu.
"jangan terlambat, Chouji. Aku buru-buru" ucap Shikamaru menghentikan obrolan Chouji bersama Ino. Pemuda dari klan Nara itu berjalan dengan tampak tergesa, diiringi dengan gadis dari Suna yang menyebalkan itu.
"ya, aku segera kesana" jawab Chouji dengan senyuman lebarnya.
"mau kemana, sih?" Tanya Ino yang penasaran. Ia tidak dapat lagi menyembunyikan keingintahuannya atas percakapan barusan.
"Shikamaru mengajakku bertemu, biasalah, nostalgia" jawab Chouji sambil tersenyum kepada Ino. Ino mengangkat alisnya.
Nostalgia? Kenapa tidak mengajakku serta? Ino mulai merasa bingung.
"oh ya? Memangnya mau kemana? Dan –kenapa tidak mengajak aku juga?". Ah, akhirnya terlontar juga pertanyaan itu. Ino masih berpikir dan tersenyum penasaran.
"tidak, hanya ke kedai nenekku, Ino. Kau ingat, waktu kecil dulu kami suka makan cemilan di sana!"
Ah, cemilan ya? Itu ide buruk jika sedang menjalani diet! Ino sedikit merasa ragu-ragu untuk mengajukan diri ikut serta dalam pertemuan itu.
"aku juga suka cemilan!"
Chouji menatap datar Ino selama beberapa detik. Ia merasa bahwa itu adalah sebuah kebohongan kecil.
"oh, ya?"
"yeah. Aku ikut ya? Boleh kan, Chouji? Chouji kan baiiiik…" rayu Ino pada temannya itu. Berharap Chouji Akimichi mau berbaik hati dan mengajaknya serta.
"hmmm…. Boleh saja. Tapi –"
"apa?" potong Ino cepat.
"aku tidak yakin kau akan menikmatinya. Kau tahu –si Temari itu…. dia bagaikan penguntit. Mengikuti kemanapun Shikamaru pergi!"
Ah, ya, Temari. Gadis yang barusan menatapnya dengan sedikit dengki itu. Kelihatannya dia memang menyebalkan. Dan –berbakat untuk menjadi pengganggu.
"sebaiknya sebelum kau merasa kesal, urungkan saja niatmu, Ino. Lagipula, hanya acara makan cemilan. Apa asyiknya? Kau kan selalu menjaga badan dan penampilan…." Ceramah Chouji bijak. Ino tidak menyangka jika pemuda Akimichi gendut itu bisa berkata selogis itu.
"ehm. Yah….baiklah jika kau memaksa. Sampai nanti, Chouji!" tutup Ino dan melambaikan tangannya pada orang itu. Mereka berpisah untuk menuju tempat tujuan masing-masing. Dan Ino Yamanaka hanya berencana untuk pulang ke rumahnya sore itu.
.
.
.
Shikamaru tengah duduk sendirian ketika Ino menghampirinya. Sebuah percakapan singkat yang sederhana. Di tempat yang cukup sepi dan tenang. Kenapa kemarin tidak mengajakku, Shikamaru? Tanya gadis berambut pirang panjang itu. Shikamaru pun hanya menjawab sekenanya. Oh –tetapi senyuman tulus itu selalu terpancar dari wajahnya. Shikamaru yang baik, ramah, dan sekarang tumbuh menjadi pemuda yang kharismatik.
Sudah cukup lama Ino mengenalnya, bahkan pada saat-saat terberat dalam hidupnya, entah kenapa seolah-olah Shikamaru ditakdirkan untuk membantunya. Menolongnya untuk berusaha bangkit dan tegar dalam menjalani hidup, terutama setelah patah hati.
Semoga kenaikan tingkat Jouninmu tidak ada halangan, ya Shikamaru. Aku selalu berdoa yang terbaik untuk dirimu.
Sebuah ucapan tulus yang keluar dari bibirnya. Entah keberanian darimana sehingga Ino mampu untuk mengutarakan hal itu. Mungkin keberadaan Shikamaru yang terasa begitu kental di kehidupannya, di dalam hatinya. Ya –Shikamaru mulai mengisi ruang spesial itu. Ruang yang dahulu hanya diisi oleh Sasuke Uchiha.
Ino Yamanaka pun tersenyum seorang diri. Mengingat betapa manisnya senyuman pemuda itu. Shikamaru yang waktu kecil dahulu terasa menyebalkan di matanya, kini ia tidak menyangka akan merasa begitu bersimpati padanya. Ah, hari-hari Ino mungkin akan terasa lebih suram jika saja tidak ada pemuda itu. Mungkinkah ini benar-benar….cinta?
"jauhi kekasihku"
Dheg. Ino kaget setengah mati. Lamunan indahnya langsung terpecah, tercerai berai dengan sempurna ketika ia –ia mendengar suara tajam nan dingin itu. Temari, gadis dari Sunagakure yang belakangan sering muncul dan menatapnya seolah ingin membunuhnya itu.
"kau dengar kan? Jauhi Shikamaru. Dia milikku"
Dheg. Dheg. Jantung Ino serasa hendak berjoget dengan gila-gilaan. Apa? Apa? Aku tidak salah dengar, kan?
Kini Ino mendapati Temari yang hanya berjarak beberapa meter dari dirinya. Gadis itu menatapnya dengan judes. Dan Ino hanya berusaha menenangkan pikirannya, yang serasa melompat jauh ketika ia mendengar berita abnormal dari mulut Temari.
"apa? Se –sejak kapan?" Tanya Ino terbata, dengan penuh kehati-hatian.
Temari tersenyum. Terasa sedikit sinis di mata Ino.
"itu tidak penting. Bagiku, yang terpenting adalah –kau tidak boleh mendekatinya lagi. Mengerti?"
Ino menelan ludah. Pernyataan macam apa itu? Posesif sekali gadis ini. Bagaimana mungkin Shikamaru mau menjadi kekasihnya?
"Ino Yamanaka. Gadis pemilik toko bunga dari klan Yamanaka. Kau memang cantik, tapi tidak semua hal bisa kau dapatkan dengan kecantikanmu itu"
Ino menajamkan tatapannya pada mata Temari. Keduanya beradu pandang dengan cukup sengit.
"jika aku tahu kau masih mendekati kekasihku, kau akan rasakan akibatnya. Camkan itu!"
Temari pun berlalu. Menyisakan Ino yang mematung seorang diri. Tidak, ia bukannya tidak berani melawan. Hanya saja….. hanya saja semua ini terasa terlalu tiba-tiba baginya. Shikamaru…..Shikamaru sudah menjadi milik Temari? Ino menghela nafas panjang berkali-kali. Ini adalah berita yang gila. Ia harus segera memastikannya sendiri, secara langsung.
.
.
.
"Shikamaru! Shikamaru!" panggil Ino dengan sedikit tergesa. Ia sudah mencarinya kemanapun, tapi tidak juga ditemukan. Shikamaru yang kabarnya tengah naik pangkat menjadi Jounin itu seolah hilang ditelan lumpur penghisap. Hilang tanpa asap. Hilang tanpa bekas. Bahkan jejak-jejak kakinya pun dengan sempurna dihilangkan oleh angin.
Ino Yamanaka samasekali tidak punya akal mengenai kemana perginya fresh graduate Jounin itu. Ia sangat bingung. Padahal –padahal ia sedang sangat ingin bertemu pemuda klan Nara itu. Bertemu dengannya, mengucapkan selamat padanya, bercerita banyak kepadanya, dan –bertanya mengenai berita asmaranya terkait Temari.
Ino berhenti sejenak. Mengistirahatkan tubuhnya yang sedikit lelah, menghentikan sejenak pencariannya yang membuatnya kian bingung. Nafasnya yang semula tak beraturan alias terengah-engah, kini mulai mendapatkan ritme yang berirama.
Ino menoleh ke segala arah. Berharap akan menemukan sebuah titik terang. Tapi sayang, hasilnya nol. Kedua mata indahnya tak henti berharap akan menemukan sosok Shikamaru yang bergaya rambut mirip dengan Iruka-sensei itu. Tetapi yang ia dapati hanyalah kenyataan menyedihkan. Ia tidak kunjung menemukan Shikamaru. Ia tidak kunjung bertemu dengan pemuda itu.
Pencarian yang gagal.
Ino sedikit menyerah.
.
.
.
"Hm? Apa itu?" desis Temari ketika melihat sebuah karangan bunga asing terletak di meja baru milik Shikamaru. Sebuah rangkaian bunga cantik yang tertata rapi dan berkelas di atas sebuah pot porselen berwarna putih.
"oh…itu" jawab sang pemuda pada kekasihnya yang memperhatikan meja barunya. Sebagai Jounin yang baru, Shikamaru mendapat meja kerja tersendiri. Di akademi, tugas-tugas yang begitu banyak tengah menantinya. Tapi setidaknya ada sedikit kepastian yang mengatakan bahwa ia akan menjadi jounin pembimbing bagi sebuah kelompok genin yang berisikan tiga orang.
Apa? Cepat jawab! Batin Temari bertanya dengan tidak sabar. Sungguh aneh jika seorang lelaki seperti Shikamaru tertarik untuk meletakkan bunga di atas meja. Shikamaru yang ia kenal adalah pemuda yang tidak suka pada hal-hal remeh merepotkan seperti itu. Membuat meja semakin penuh saja, kira-kira begitulah pendapat Shikamaru yang diperkirakan oleh Temari.
"kalau tidak salah, Ino yang memberikannya untukku. Sepertinya ucapan selamat atau semacamnya"
Ucapan selamat? Dari Ino? Gadis Yamanaka pirang itu? Bukankah aku sudah memperingatkannya? Batin Temari bergemuruh. Realita yang baru saja ia dengar nyaris membuatnya kehilangan kesabaran. Jika saja Shikamaru tidak melarangnya untuk terus bersikap emosian, maka pasti ia sudah akan mengomel dengan panjang lebarnya.
"kenapa? Wajahmu merona!" goda Shikamaru. Ia tahu bahwa gadisnya sedang cemburu. Temari memang sedikit posesif. Merepotkan memang, tapi –menyenangkan juga memiliki pasangan seperti itu.
"tidak, tidak kenapa-kenapa!" cetus Temari sebagai respon sikap Shikamaru yang menggodanya. Sungguh sulit menahan kecemburuan seperti ini. Dan –Shikamaru memang terkadang bersikap menyebalkan. Contohnya saja, selalu meladeni Ino yang mengobrol dengannya. Tapi biar bagaimanapun, Temari selalu mencintainya. Selalu dan selalu. Ia benar-benar tengah di mabuk cinta.
"tidak perlu kau bilang pun, aku sudah tahu kau cemburu, Temari…."
Shikamaru tersenyum. Temari sedikit cemberut. Sungguh pasangan yang romantis. Saling menggoda dan membuat perasaan satu sama lainnya bergerak tak tentu arah.
Shikamaru dan Temari memang resmi sebagai sepasang kekasih. Temari yang bergaya sedikit angkuh itu awalnya hanya sering bertugas bersama Shikamaru. Tidak –awalnya adalah pertarungan mereka pada ujian Chuunin. Dan setelah itu, lama-kelamaan Shikamaru yang cerdas itu membuat pola pikir Temari berubah. Gadis itu mulai menyadari dirinya yang hanyalah wanita biasa, yang juga bisa merasakan cinta.
Shikamaru Nara memang bukanlah pemuda yang tampan. Bila dibandingkan dengan para pria Uchiha, ia kalah jauh. Namun ia memiliki posisi tersendiri yang membuatnya dikagumi oleh banyak pihak. Kecerdasannya, keterampilannya, dan penampilannya yang tenang. Shikamaru bahkan menduduki posisi yang patut dipertimbangkan untuk menjadi Hokage di masa depan. Setelah Naruto, tentunya.
Dan sangat sulit bagi Temari untuk tidak terpesona padanya. Masa bodoh dengan ketampanan, karakter dan kualitas diri dari seorang prialah yang mampu membuat hatinya takluk. Dan pilihan hatinya jatuh kepada Shikamaru. Setelah pendekatan intens tanpa tujuan romantisme, hati keduanya semakin bertaut. Dan beginilah.. meskipun Temari dari desa Suna, takdirnya selalu membuatnya berada tidak jauh dari Shikamaru di desa Konoha.
.
.
.
"Shikamaru!" Ino berteriak dengan ceria ketika hari ini ia tanpa sengaja melihat Shikamaru dari kejauhan. Ya, sudah beberapa hari ia tidak kunjung melihat batang hidung pemuda itu. Bahkan ia tidak tahu apakah rangkaian bunganya diterima oleh Shikamaru atau tidak.
"Shikamaru!" panggil Ino lagi. Ah –orang itu sudah menghilang. Rupanya langkahnya terlalu lambat untuk bisa mengejar sang Jounin muda. Akhirnya Ino yang hampir merasa hopeless itu hanya bisa berjalan dengan gontai.
Belakangan tidak ada lagi misi bersama Chouji dan Shikamaru. Ino benar-benar merasa rindu. Ia bahkan tidak lagi bisa sering melihat pemuda dengan rambut hitam terikat tinggi itu. Shikamaru bagaikan seorang makhluk elit saja, sulit untuk ditemui apalagi untuk dimintai keterangan.
Dan akhirnya langkah gontai Ino bersatu dengan nuansa lemas, terus menuntunnya untuk berjalan tanpa arah. Hanya kata hatinya yang ia ikuti. Ia saat ini hanya ingin menuju taman Konoha. Disana mungkin akan terasa sunyi karena cuaca yang agak dingin seperti ini, namun menyendiri adalah sebuah pilihan yang tepat.
Langkah Ino terhenti sesaat.
Eh? Apa aku tidak salah lihat? Ino mengucek-kucek kedua matanya. Tidak, masih sama. Itu…
Sebuah pemandangan ganjil yang memilukan. Meremas jantungnya, mengiris-iris perasaannya. Membuat nafasnya seolah sesak hingga ia tidak sanggup lagi untuk menghirup udara bebas.
Itu….. Temari dan Shikamaru.
Dan mereka….. tengah berciuman. Menautkan bibir mereka dalam sebuah kecupan manis yang berulang.
.
.
.
Ino mengeraskan rahangnya. Peristiwa semalam membuatnya merasa sakit. Sangat sakit. Kecewa. Dan kini ia merasa tengah diliputi kebencian yang mendalam.
Rambut pirangnya yang cantik bergoyang mengiringi langkah cepatnya. Dengan penuh rasa mawas diri, gadis itu pun menabrak –menyenggol seseorang dengan cukup keras, membuat seseorang yang berpapasan dengannya itu hampir terjatuh karenanya.
"oh –hei!" teriak seorang gadis. Gadis yang melangkah di sebelah jalur Ino melangkah. Itu Temari.
"kau tidak belajar tata krama atau budi pekerti ya? Ino Yamanaka?!" kata Temari dengan kesal. Ia geram karena gadis pirang itu berani menyenggolnya dengan sengaja.
Ino menunda senyuman sinisnya. Sebuah senyuman terlalu mulia baginya untuk dibagikan kepada seorang Temari. Temari yang sudah menghancurkan hatinya. Menghancurkan harapannya. Merebut cintanya yang belum bersemi dengan sempurna bersama Shikamaru Nara.
"kenapa kau tidak kunjung pulang ke desamu, Temari?"
Temari mengangkat alisnya. Cukup lancang juga si Yamanaka ini, pikirnya.
"pulanglah. Aku muak melihatmu"
Ups, sebuah kalimat pengusiran yang sangat kasar.
Temari tersenyum. Senyuman angkuh khasnya. Posturnya yang lebih tinggi dan lebih besar dari Ino membuatnya terlihat seperti gadis yang lebih kuat dan berwibawa. Berbeda dengan Ino yang selalu tampak manis dan feminim.
"kau lancang sekali, Ino. Sudah bosan hidup, eh?"
Ino masih menatap tajam gadis di hadapannya. Jika ini artinya adalah sebuah peperangan, maka ia akan segera maju. Maju dan menghajar jounin sombong bernama Temari ini.
"kau pikir aku takut padamu?" tantang Ino. Ia sudah kehabisan akal sehat. Menantang seorang jounin yang sedikit labil emosinya sebenarnya adalah ide yang buruk. Namun, peristiwa mengenaskan semalam membuatnya tidak mampu lagi berfikir jernih. Ia terlampau sakit hati. Ia terlalu kecewa.
"kau menantangku?" sahut Temari santai. Ia bersedia meladeni Ino kapan saja. Gadis lemah, batinnya angkuh.
"aku yang lebih dulu mengenal Shikamaru. Kau –kau tidak punya hak untuk menjadi kekasihnya!"
Apa? Temari merasa tergugah batinnya –tentu saja tergugah dalam konotasi negatif. Ia merasa…..mulai marah. Ya, baru mulai.
"oh….jadi kau –tidak rela, begitu?"
Tentu saja! Temari sialan. Ino mengumpat di dalam hati.
Dan kalian tebak saja, pertarungan kedua gadis itu pun dimulai. Kira-kira siapa yang akan menang?
Yap, tepat. Temari itu sudah tingkatan Jounin. Dan Ino masih seorang Chuunin. Terang saja, Ino kalah. Tapi jangan khawatir, pertarungan mereka tidak terlalu brutal kok. Hanya sekedar pertempuran antar wanita. Jika digambarkan dalam dunia manusia yang normal (bukan dunia shinobi), kira-kira setara dengan adu jotos, saling menampar, saling menjambak rambut, mengumpat, dan semacamnya. Tanpa menggunakan jurus dunia ninja sedikitpun, apalagi senjata sesederhana kunai, misalnya.
Ino pun kalah. Ia sedikit terluka –fisiknya.
Sial. Gadis itu hanya bisa meracau dalam hati kecilnya.
.
.
.
T B C
A/N:
Hai semuanyaaa…..
Salam kenal. Saya baru gabung sebagai author disini.
Ini karya pertama yang saya publish.
Bagaimana? Do you like it? Anyone?
Maaf masih banyak yang perlu diperbaiki dari tulisan saya yang ala kadarnya.
Review dari kalian saya tunggu!
Alize Indigo.
