"Tap… Tap… Tap'
Langkah kaki kecil memenuhi seluruh ruangan dengan suara yang terdengar tergesa-gesa.
"Harry ! Jangan berlari !" teriak Lily dengan khawatir sambil melihat sosok Balita yang sedang berlari menuruni tangga.
"Mommy ! Bagaimana pakaian Ally ? Apa bagus ?" Tanya Harry dengan memutar tubuhnya pelan saat tiba dihadapan Lily.
"Bagus sayang, tidak seperti biasanya kamu bertanya pakaian yang sedang kamu kenakan, apa ada hal yang istimewa ?" Tanya Lily dengan heran.
Tiba-tiba Harry mengembungkan kedua pipinya dengan kesal saat mengingat perkataan seseorang.
"Ally ingin menunjukkannya pada Dlay ! Kemarin dia mengatakan jika pakaian yang dikenakan Ally selalu manis ! Ally itu tampan ! Bukan manis !" seru Harry dengan cepat dalam satu tarikan nafas.
Lily tertawa pelan.
"Apa Harry tidak suka dibilang manis ?" Tanya Lily dengan senyuman lembutnya.
"Tentu saja ! Ally itu tampan ! Bukan manis !" balas Harry dengan semangat.
Walaupun Harry memiliki wajah yang manis dan melewati kata 'Tampan' namun, tetap saja untuk nya 'Manis' adalah pujian untuk seorang anak perempuan.
"Baiklah, apa perdebatan kalian sudah selesai ? Kau tidak ingin bertemu dengan Draco, Harry ?" Tanya James sambil memakai jam tangannya.
"Apa Lucius menelponmu Honey ?" Tanya Lily dengan heran.
"Tidak, hanya saja Cissy yang menelpon dan mengatakan jika tidak sabar Harry akan berkunjung kerumahnya" jawab James sambil tersenyum lembut.
"Dady ?" panggil Harry sambil menarik ujung kemeja James dengan perlahan.
"Ada apa Harry ?" Tanya James yang kini mensejajarkan tingginya dengan Harry.
"Apa Ally boleh tidak ikut ?" Tanya Harry pelan dengan tatapan kebawah sambil memainkan kedua tangannya.
"Ada apa Harry ? Apa kamu sakit ?" Tanya James khawatir.
Harry menggeleng pelan.
"Tidak, Ally tidak sakit ! Ally tidak ingin beltemu dengan Dlay !" seru Harry dengan cepat.
James tersenyum lembut.
"Ada apa ? Apa kalian bertengkar Harry ?" Tanya James dengan heran.
"Setiap beltemu Dlay, pasti Dlay akan mengatakan jika Ally itu manis ! Ally tidak suka !" jawab Harry dengan kesal sambil mengembungkan kedua pipinya lalu melipat kedua tangannya didepan dada.
"Bukankah memang Harry manis ?" Tanya James sambil tersenyum jahil.
"Ally tidak manis !" seru Harry dengan kesal.
"James" panggil Lily sambil berkacak pinggang.
Lily tidak mengerti dengan sifat James yang selalu jahil pada siapapun bahkan pada anaknya sendiri.
Lily masih ingat saat James pernah menjahili adik angkatannya saat duduk dikuliah, James memberikannya sebuah bola, namun tak lama bola itu mengeluarkan asap dan menimbulkan sebuah suara bom.
Dan kini ia menjahili anaknya sendiri.
"Baiklah Lily ! Lets go Harry tidak ada alasan untukmu ! Sweetie" seru James sambil tersenyum jahil tak lupa mengacak rambut Harry pelan, lalu mengambil kunci mobil dan menuju garasi.
"James !"
"Dady ! Jangan melusak lambut Ally ! Dan jangan panggil Ally Sweetie !"
~Belive To Me~
Draco kembali menatap cermin dihadapannya.
"Mau sampai kapan kamu didepan cermin Draco ?" Tanya Narcissa dengan tatapan heran.
"Seorang Malfoy selalu menjaga tampilannya Mom !" jawab Draco pelan.
Disamping Narcissa Lucius tersenyum bangga pada anak tunggalnya.
Narcissi menatap kesal kearah Lucius sambil mencubit tangan Lucius kesal.
"Argh" ringis Lucius pelan.
Draco menyerit heran.
"Ada apa Dad ?" Tanya Draco bingung.
"Tenaga Mommu selalu besar seperti biasanya Draco" jawab Lucius asal.
Narcissa kembali menatap kearah Lucius dengan tatapan membunuh.
"Dad akan kebawah, mungkin saja James dan keluarganya sudah datang"
ujar Lucius pelan sekaligus berniat melarikan diri dari cubitan Narcissa yang bisa diblang tidak pelan.
Bahkan Lucius saja heran sendiri, diluar sifat anggun istrinya sendiri namun mempunyai tenaga yang cukup besar.
Draco menatap heran kearah Lucius yang meninggalkan kamarnya.
"Kamu ingin kebawah Draco ? Mungkin saja Dadmu benar, jika Harry sudah datang ?" tawar Narcissa lembut.
Draco mengangguk pelan lalu mengikuti langkah Narcissa dihadapannya.
~Belive To Me~
Kini Harry tidak lagi memasang wajah masamnya setelah dijanjikan James dan Llily untuk membelikan coklat setelah pulang dari rumah Draco.
"James, selamat datang" salam Lucius yang terdengar ramah walaupun ekspresinya terlihat dingin.
"Maaf menunggu lama Lucius, kami terjebak macet dijalan tadi" jawab James pelan.
"Lily, bagaimana kabarmu ?" Tanya Narcissa dengan senang saat melihat Llily bersama dengan Harry.
"Apa ini Harry ?" Tanya Narcissa dengan tatapan berbinar.
Lily mengangguk sambil tersenyum.
Draco yang baru saja turun karna ia harus kembali lagi kekamar saat melupakan sesuatu.
Tatapan Draco terpaku pada sosok Harry yang berbeda dari sebelumnya.
Dan Draco terdiam seketika dengan tatapan tidak percaya.
Kemeja yang biasa dimasukkan kini dikeluarkan, lengan baju yang biasa dikancing rapih kini digulung sebatas sikut, rambutnya yang bisa tertata rapih dengan gel karna rambut Harry sangat sulit disusun berubah menjadi berantakan memang sih itu hasil perbuatan James yang sering mengacak rambut Harry.
Draco masih tidak percaya dengan penampilan Harry kali ini, sesekali ia akan mengedipkan kedua matanya dan meyakinkan dirinya sendiri jika ini bukan mimpi.
'Damn it ! He is so cute !' batin Draco dengan cepat.
"Arry !" panggil Draco saat sudah ada dihadapan Harry.
"Ikut denganku !" seru Draco sambil menarik tangan Harry menuju taman keluarga Malfoy.
"Jangan menalik tangan Ally, Dlay !" protes Harry dengan kesal namun dihiraukan Draco.
Narcissa dan Lily tertawa pelan saat melihat interaksi Draco dan Harry, sedangkan Lucius dan James seketika memiliki firasat buruk.
~Belive To Me~
"Dlay ! Berhenti menalik tangan Ally !" seru Harry dengan kesal lalu menghentakkan tangan Draco dan tarikan tangan Dracopun terlepas.
"Ok, sorry" ujar Draco tanpa dosa.
"Ikut aku Arry ! Aku yakin jika kamu akan terkejut !" ujar Draco tanpa mempedulikan tatapan tajam yang diberikan Harry padanya.
Harry menghela nafasnya pelan lalu mengikuti langkah Draco yang ada dihadapannya.
"Ada apa Dla- Woah !"
Harry menatap keselilingnya dengan tatapan berbinar.
"Kau suka Arry ?" Tanya Draco pelan sambil menatap Harry yang sedang tersenyum sambil melihat keselilingnya.
"Ini sangat indah Dlay !" pekik Harry dengan senang.
Draco tersenyum saat melihat senyuman yang menghias wajah Harry, usahanya selama ini tidaklah sia-sia.
Mungkin memang Draco sempat dimarahi Lucius dan Narcissa karna selalu bermain didalam hutan yang berada dekat dengan rumahnya.
Memang hutan ini adalah hutan kesukaan Draco dan saat bermain Draco menemukan tempat yang indah, terlebih saat tempat itu diterangi langsung oleh sinar matahari.
"Telima kasih Dlay" ujar Harry sambil tersenyum manis kearah Draco.
Draco menyeringai tipis saat mendengar ucapan terima kasih dari Harry.
"Aku memberitahukan tempat ini tidak gratis Arry !" gumam Draco pelan sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada.
Seketika senyuman Harry luntur dan berubah dengan kembungan dikedua pipinya.
"Kali ini apa Dlay ?" Tanya Harry dengan kesal.
Harry tidak pernah mengerti dengan jalan pikir Draco, karna biasanya ibunya tidak pernah meminta imbalan saat memberikan sesuatu padanya termasuk Aunt Cissy sekalipun.
"Kau sudah mengambil semua coklatku saat itu ! Aku tidak membawa coklat Dlay !" seru Harry dengan kesal.
Draco terkekeh pelan saat melihat wajah Harry yang tengah memerah karena marah.
Bagaimanapun juga Draco menyukai wajah manis Harry terlebih saat Harry sedang marah.
"Aku mengambil cokalt itu karna gigimu akan rusak Arry ! jika kamu terus memakannya !" jelas Draco dengan tenang.
"Tetap saja ! Dlay mengambil semua coklat Ally !" bantah Harry tidak mau kalah.
"Baiklah Arry ! sekarang dengarkan aku !" perintah Draco pelan.
Harry masih mengembungkan wajahnya dengan kesal.
"Arry ?" panggil Draco pelan.
Harry menghela nafasnya pelan dan itu membuat Draco tersenyum senang.
"Kali ini aku tidak akan meminta coklatmu Arry, tapi kamu maukan berjanji padaku untuk selamanya bersamaku ?" Tanya Draco pelan.
Harry terdiam sebentar lalu tersenyum manis pada Draco.
"Tentu Dlay !"
Tbc ~
(Maaf jika terjadi kesalahan kata/typo dalam penulisan cerita)
~Ramalina_115~
