Mendukung tim sendiri adalah sebuah kewajiban sebagai seorang kapten. Mendorong teman-temannya untuk menuju kemenangan adalah keharusan. Menarik kemampuan sang pelempar adalah tugas sang penangkap.

Semua itu hanyalah sisi baik yang harus dilakukan. Kejujuran berkedok demi tim harus dilakukan yang mengincar Koshien.

Menjadi orang paling naif dan membohongi diri sendiri.

Miyuki Kazuya bosan menjadi orang baik sepanjang hari. Dia sangat sangat bosan. Sangat ingin rasanya menghancurkan seseorang sampai dia mengalami trauma yang mematikan. Tapi dia tidak bisa melakukannya. Miyuki menahan teriakan dirinya yang jauh di sana. Teriakan yang terus menyerukan betapa nikmatnya melihat seseorang hancur. Bahkan betapa nikmatnya melihat tim sendiri kalah.

Tapi sekali lagi, Miyuki harus menjadi orang naif. Dia harus menjadi panutan dalam tim. Dia seorang kapten, pemukul keempat, dan reguler catcher. Dia harus menjadi orang baik, seorang protagonis dalam cerita seseorang.

Ini semua melelahkan. Dan bolehkan Miyuki sekali saja membuat seseorang hancur tanpa sisa?

.

.

.

.

.

Takigawa Chris Yu.

Hiburan pertama Miyuki saat pertama kali menginjak Seido. Padahal Miyuki ingin mengalahkannya secara adil. Sebagai sesama catcher dan memperebutkan posisi reguler. Tapi yang dia dapat adalah senpainya yang cedera dan mata kosong.

Miyuki menahan diri untuk tidak tertawa puas. Dia tidak boleh juga menyeringai.

Poker face.

Miyuki harus menggantikan posisi sang blasteran di tahun pertamanya. Sangat menguntungkan. Dan sangat menyebalkan.

Apakah ini artinya dewi fortuna berpihak padanya? Entahlah? Tapi seawal ini mendapat hiburan bukan hal yang buruk, Miyuki akan menikmatinya dengan senang hati.

.

.

.

Kawakami Norifumi

Mental lemah, sasaran empuk untuk dihancurkan.

Tidak, tahan dirimu Miyuki Kazuya. Dia adalah ace dari angkatanmu. Jangan memperburuk keadaan. Kalau temanmu itu hancur karenamu, bisa-bisa kau didepak dari tim ini. Biarkan tim lain yang menghancurkannya. Kau hanya perlu mendukungnya sekuat tenaga, membawa kemenangan pada tim, kemudian kalah secara terhormat. Dia dia mendapatkan mimpi horror dalam hidupnya.

Lihat kan, dia jadi takut menggunakan sinker. Biarkan saja. Kau hanya perlu menjadi orang baik dalam cerita orang lain.

Orang baik dalam versi lain.

.

.

.

Tanba Kouichirou

Ace ka? Miyuki sama sekali tidak cocok dengan orang ini. Miyuki sudah dicap sebagai orang jahat dalam cerita Tanba.

Bodoh amat sih. Kalau jadi orang jahat bisa membuat orang ini bermain baik, maka tidak masalah kan? Lagipula jadi orang jahat itu bagus lo. Mereka akan benci mengakui kalau orang jahat ini lebih kuat dan berusaha keras untuk melampauinya. Miyuki menikmati perannya.

Tapi walau sudah jadi orang jahat, kenapa permainannya masih buruk ya?

Aneh.

.

.

.

Azuma Kuyokuni

Orang ini tidak bisa kurusan kah? Perutnya sama buncitnya seperti orc. Cocok ini jadi diktator di cerita aksi.

Miyuki bahagia sih berhasil menghancurkannya bersama anak SMP yang berisik satu itu. Siapa namanya tadi? Sawamura? Lupakan dia. Miyuki tidak bisa melupakan bagaimana ekspresi kesal milik Azuma.

Menyenangkan berhasil menghancurkan si sombong yang mau memasuki dunia pro. Bagaimana rasanya dihancurkan oleh orang yang jauh lebih muda darimu?

Tapi kepuasan ini masih kurang. Miyuki ingin melihat sesuatu yang lebih hancur dari ini.

.

.

.

Pemandangan kekalahan di final Koshien musim panas benar-benar membuat Miyuki senang. Tidak, dia tidak akan menunjukkan terang-terangan. Dia ingin menyingkirkan perasaan senang ini dengan frustasi. Tapi hati kecil terus berteriak, "Nikmat sekali melihat semuanya depresi." Begitu.

Miyuki harus mempertahakan ekspresi kecewa dan depresi di depan semuanya. Dia harus menunggu sampai dia sendirian baru bisa menyeringai dan terkikik geli. Seperti berkah melihat timnya sendiri hancur.

Ah, Miyuki harus depresi, putus asa, kecewa, dan intropeksi diri.

Tapi di sini dia malah memperhatikan mereka yang ada di dalam bis menangis. Bahkan Tetsu menangis. Kapten Seido yang selalu mengekspresikan diri dengan aura panasnya itu menangis. Woah, air matanya banyak. Langka sekali melihatnya. Lukanya pasti sangat dalam, apalagi ini Koshien terakhir mereka.

Miyuki harus menutupi wajahnya sepenuhnya dengan topi dan mengambil duduk di tempat yang sekiranya tidak akan diperhatikan yang lain. Dia tidak bisa menahan senyum kecilnya.

Aduh, Miyuki harus mengendalikan dirinya. Kalau tidak, bisa-bisa dianggap gila dirinya ini.

.

.

.

Sawamura Eijun

Baru pertama kali Miyuki bisa tertawa selepas ini. Dia tidak bisa menyangkal kalau dirinya penyebab southpaw ini mengalami trauma. Terlalu mengejar kemenangan dan membuat pemain berharga Seido, sang moodmaker, matahari Seido, melempar dead ball di saat kritis. Apalagi itu mengenai kepala. Ditambah homerun saat latih tanding dengan Yakushi. Apalagi rivalnya bermain semakin bagus di depannya, mendapatkan nomor ace lagi. Saat latihan juga diberi menu latihan sendiri.

Sawamura dipastikan sangat hancur. Matanya sampai kosong selama beberapa hari. Miyuki dengar dari Kanemaru, dia di kelas jadi pendiam dan membaca buku yang berat. Sayang sekali Miyuki hanya bisa memperhatikan pemandangan ini saat di lapangan.

Sebentar, apa dia bisa tukar kamar sejenak dengan Kuramochi. Dia bilang di kamar dia juga murung terus kan?

Ini karya yang sangat besar.

Tidak boleh tidak boleh. Ini demi tim. Miyuki tidak boleh menikmati pemandangan ini. Dia kapten sekarang. Harus mengembalikan kembali semangat Sawamura. Harus adil dalam mengambil tindakan.

Ujung-ujungnya hanya Chris yang bisa mengembalikan semangat Sawamura.

Menyebalkan.

Pemandangan indah akan hilang dalam hitungan detik.

.

.

.

Hongou Masmune memang hebat. Miyuki mengakui. Dia tidak membiarkan Seido berhasil memukul, kecuali dirinya. Semuanya frustasi. Berkali-kali Miyuki menonton rekaman pertandingan hari itu. Tapi ini tidak sehancur saat Koshien musim panas tahun lalu.

Apa ya yang kurang? Padahal ini pertandingan full inning dan shut out. Seharusnya sama hancurnya. Tapi kenapa ya?

Hari itu Miyuki Kazuya berpikir sangat keras.

.

.

.

Okumura Koushuu

Anak yang mendapat julukan manusia serigala dan sekamar dengan Miyuki. Yang satu ini terus mengejarnya dan berusaha mengambil posisi reguler dari dirinya. Usaha yang bagus, bocah. Masih butuh seratus tahun lagi untukmu bisa mengalahkan Miyuki Kazuya yang hebat ini.

Miyuki sombong? Tidak, itu fakta.

Anak ini sudah menguasai Furuya Satoru, terus berada di samping Sawamura Eijun, sang ace musim panas tahun ini. Lalu bagaimana dengan Kawakami? Dia sebentar lagi akan lulus, perlu dirisaukan?

Miyuki berpikir, 'Kau pikir hanya dengan begitu kau bisa mengalahkanku? Apa kau lupa kalau aku ini adalah orang yang selalu dikejar oleh para pitcher. Bukan orang yang mengejar pitcher. Teruslah berusaha. Teruslah terpuruk.'

Dia simpan sendiri sih. Miyuki masih jaga imej menjadi senpai dan kapten yang baik.

Tapi ini menyenangkan sih. Semangat ya, kohai-kun.

.

.

.

Pemandangan paling indah dalam hidup Miyuki Kazuya.

Narumiya Mei sang raja hancur.

Lihatlah bagaimana tatapan kebencian itu. Gertakan giginya dan tangannya yang terus mengepal. Mei, harusnya kau menjaga emosimu karena tidak bisa pergi ke Koshien. Sudah waktumu untuk pensiun. Gantian dirinya yang pergi menghancurkan. Lebih baik kau duduk anteng di bangku penonton atau dari balik layar televisi sambil menikmati es serut. Tidak perlu capek-capek terkena terik panas sinar matahari kan?

Tapi lebih baik Miyuki mengatakannya langsung.

Dia menjabat tangan pria yang lebih pendek darinya ini dan berbisik pelan, "Sejak musim dimulai, kau sudah bukan ancaman lagi, Mei."

Dan sejak itu Mei semakin membenci Miyuki. Dia terus berteriak, "TUNGGU SAJA BALAS DENDAMKU, KAZUYA! SUATU HARI NANTI KAU AKAN AKAN MENYESAL!"

Ya, itu kalau Mei bisa. Miyuki akan menunggunya dengan senang hati.

.

.

.

A/N: Saya habis membaca sesuatu yang seharusnya tidak saya baca. Saya stress seharian. Jadi saya memutuskan membuat fanfic ini. Saya tidak peduli ini aneh atau bagaimana. Tapi terima kasih sudah membaca sampai sejauh ini. Saya kasih bonus di bawah.

.

.

.

Malam itu Sawamura meminta Miyuki untuk menangkap lemparannya. Hanya berdua di lapangan indoor. Sawamura melempar sesuai intruksi Miyuki. Ini adalah battery terkuat Tokyo barat sekarang. Jangan remehkan mereka.

"Miyuki -senpai, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Sawamura. Dia berhenti melempar untuk sesaat.

"Tanyakan saja."

"Jawab dengan jujur ya?"

"Iya iya, kau mau tanya apa?" Miyuki berdiri, karena melihat Sawamura seperti tidak mau melempar sejenak.

Sawamura menarik napas dalam lalu menghembuskannya dari mulut. Dia menatap lurus manik coklat Miyuki Kazuya, "Hentikan senyum palsumu itu di depanku."

Kelopak mata Miyuki agak melebar mendengar ucapan Sawamura, senyuman palsu?

"Aku tahu senyummu itu palsu. Ya, aku baru sadar setelah melawan Nanamori. Senyummu itu rasanya seperti, penuh kebohongan. Bahkan sifatmu juga. Penuh kebohongan. Setiap hari kau selalu menunjukkannya. Aku jadi kesal. Aku tidak pernah melihat Miyuki Kazuya tersenyum tulus selama ini. Ada sesuatu yang kau sembunyikan, aku merasakan itu."

Miyuki tersenyum, "Benarkah? Aku merasa ini senyumku yang seperti biasanya."

"Ya, senyum penuh kebohongan." Jawab Sawamura, dia terlihat kesal melihat senyum Miyuki, "Apa senpai merasa kesal berada di tim ini?"

"kau mengansumsikan hal itu? Tentu saja tidak. Kau ingat kan, aku masuk tim ini berkat bertemu Chris-senpai dan Rei-chan. Jadi aku sangat bersyukur berada di tim ini."

"Jadi kenapa senpai masih memasang senyum itu?" tanya Sawamura lagi. Alisnya berkerut.

Miyuki berjalan mendekati Sawamura, "Kau benar penasaran?"

"Ya," Sawamura mengangguk, "tolong jawab dengan jujur."

Langkah kaki Miyuki berhenti tepat di depan Sawamura. Jarak mereka cukup dekat, Sawamura harus sedikit mendongak menatap kakak kelasnya yang lebih tinggi empat senti. Miyuki agak menundukkan tubuhnya, menjajarkan wajahnya dengan sang pitcher, "Kau benar penasaran?" tanya Miyuki lagi memastikan, suaranya dalam dengan seringaian mengerikan dan kilat mata membunuh sekaligus mengerikan. Aura yang berbeda dari Miyuki Kazuya beberapa detik yang lalu. Sangat mengerikan.

Napas Sawamura tercekat. Tubuhnya tidak bisa digerakkan. Ada rasa takut yang menyelimutinya mendadak. Apa ini?

"Bagaimana kalau aku tunjukkan padamu senyumanku yang sebenarnya, Sawamura." Lirih Miyuki.

Insting Sawamura berteriak untuk kabur detik itu juga.