Prolog

Tokyo, Maret 2035

Pagi itu sebuah mobil Porsche warna biru tua menepi di depan gedung "Tsukino Lab" Kai turun dari mobil dan hendak berjalan memasuki gedung dengan agak terburu-buru.

"Ohayou Gozaimasu." kedatangan Kai langsung disambut oleh seorang security depan gedung "Tsukino Lab"

"Ohayou Gonzaimasu, Kanzaki-san." Kai balas menyapanya dengan senyum lebar.

"Bagaimana tidur Anda semalam? Saya melihat Anda baru pulang jam 1 dini hari kemarin."

"Nyenyak. Aku bahkan sampai terlambat bangun karena kebablasan. Oh, apa Shun sudah datang?"

"Ya, dia sudah berada di dalam."

"Tumben sekali." gumam Kai dengan pelan kemudian bergegas berjalan menuju sebuah pintu ruangan khusus dengan pengamanan yang terbilang ketat.

Ia segera menempelkan jarinya pada pemindai sidik jari itu kemudian masuk ke dalamnya begitu pintu terbuka dengan otomatis.

Seorang pemuda berusia sekitar 23 tahun dengan rambut putih keperakan dengan memakai jas lab terlihat berdiri memunggunginya.

"Shun, Ohayou!" Kai menyapa pemuda berambut putih keperakan tersebut sambil mengambil sebuah jas lab dari sebuah standing hanger dan mulai memakainya.

"Ohayou, Kai. Pagi yang cerah untuk lembaran hari yang baru." Pemuda itu berbalik, menampilkan senyum tipis di wajahnya.

Wajahnya boleh saja dihiasi sebuah senyuman, akan tetapi kedua mata hijau lime miliknya masih menyiratkan kesedihan.

Kesedihan.

Setiap Manusia pasti mengalami yang namanya kesedihan.

Pemuda berambut putih keperakan yang bernama Shimotsuki Shun itu rupanya masih dalam keadaan berduka.

5 hari yang lalu.

5 hari yang lalu, adalah hari dimana kekasihnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Mutsuki Hajime.

Kekasihnya mengalami kecelakaan beruntun yang melibatkan 3 mobil serta 1 truk kontainer.

Kai menghela nafasnya sembari memalingkan wajahnya.

"Apa Haru sudah putus kontak denganmu, Kai?" Shun bertanya sembari berbalik dan memunggungi Kai kembali seperti tadi.

"Putus kontak?" Kai langsung berpura-pura bingung.

Ketika pemuda berambut putih keperakan itu bertanya soal itu padanya, membuat Kai kembali teringat pada seseorang.

Seseorang yang ia sukai sewaktu masih SMA, namun belum sempat dan belum berani menyatakan perasaan suka itu padanya lantaran karena orang yang bersangkutan telah pergi ke Amerika Serikat begitu mereka telah lulus SMA.

Yayoi Haru.

Dialah orangnya.

Kai masih mengingat kata-kata pemuda itu sebelum meninggalkan bandara Narita.

"Aku janji akan selalu menelponmu selama aku disana!"

"Haru, Aku men-"

"Sudah tak ada waktu lagi! Aku berangkat! Aku akan menelponmu!"

Kai bertanya-tanya dalam hati semenjak hari itu. Sudah 4 tahun dirinya tidak bertemu Haru.

Bagaimana keadaannya disana?

Apakah dia baik-baik saja?

Bagaimana suasana kampus disana?

Apakah mempunyai banyak teman Amerika disana?

Masih banyak pertanyaan lain di dalam benaknya yang masih belum terjawab.

Haru tidak kunjung menelponnya, bahkan mengirimi e-mail saja pun tidak.

Apakah Haru sudah melupakannya?

Apakah Haru tidak ada niat untuk kembali ke Jepang meski hanya untuk liburan saja?

"...Tidak. Dia belum menelponku" jawab Kai lirih.

Pandangannya tertuju pada Sebuah tabung kaca besar berisi cairan bening terdapat sosok tubuh manusia yang berada didalam tabung penuh cairan itu. Tubuh berjenis kelamin pria berambut pirang kehijauan tanpa busana dengan kondisi kedua kelopak matanya yang masih tertutup rapat. Beberapa selang-selang kabel menempel pada tubuh dan terhubung hingga kebagian luar tabung.

Disampingnya terdapat satu tabung kaca besar lagi berisi cairan bening dengan sosok tubuh manusia berjenis kelamin pria berambut hitam dengan tanpa busana juga. Selang-selang kabel juga nampak menempel pada tubuh dan terhubung hingga kebagian luar tabung. Kedua kelopak matanya juga masih dalam keadaan tertutup rapat.

"Aku sudah tak sabar mengaktifkan robot ini dan menunjukkan pada profesor lainnya" ujar Shun seraya berjalan mendekati arah tabung, dengan perlahan mengulurkan telapak tangannya lalu mengusap-usap permukaan tabung itu.

"Shun, aku rasa jangan lakukan itu dulu." Larang pemuda berambut coklat tersebut.

"Kenapa?"

"Kau harus mengetes robotmu dulu. Bagaimana jika robotmu tiba-tiba menyerang seluruh orang-orang di lab? Kita akan segera disuruh untuk mengepak barang-barang kita serta keluar dari sini."

"Hahaha. Kau benar, Kai."