Seorang wanita berparas cantik dengan tubuh bak model tengah duduk di sebuah café pastry di pinggiran kota Seoul. Dia adalah Park Yoora. Satu minggu yang lalu, anak dari pemilik café pastry DeliCake itu baru saja menyelesaikan kuliah S3-nya di London, dan baru kemarin ia kembali ke tanah kelahirannya di Seoul. Beruntung wanita cantik itu berhasil mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai dosen di sebuah universitas terkenal di kotanya begitu lulus kuliah, dan ia akan mulai mengajar disana mulai besok. Bagian terbaiknya adalah jarak tempat kerjanya dengan kediaman Park hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit, jadi Yoora tidak perlu menyewa sebuah apartemen. Yoora dapat tinggal bersama keluarganya disana dan menghabiskan kehangatan yang nyaris tak ia dapatkan karena kuliah di London selama tiga tahun. Hal ini sungguh membuat Yoora bahagia. Namun di hari kedua ia tinggal di kediaman Park, ada satu hal yang mengganggu pikirannya. Itu adalah objek yang tengah ia tatap saat ini. Seorang pria berumur dua puluh tujuh tahun yang sedang asyik menata cake di etalase café. Itu adalah adiknya –Park Chanyeol.

Well, sebenarnya tidak ada yang salah dengan Chanyeol. Adiknya yang berbeda empat tahun dengannya itu memiliki paras yang tampan dengan rambut berwarna hitam legam dan suara bass-nya yang khas. Senyuman lebar milik adiknya itu memang terlihat bodoh di mata Yoora, tapi terkadang bisa terlihat tampan di beberapa situasi tertentu. Tubuh Chanyeol yang tinggi dan tegap seperti model juga salah satu daya tariknya, yang bisa membuat para wanita dan pria gay terpesona dalam hitungan detik. Otot-otot lengannya yang kekar itu bahkan membuatnya terlihat semakin manly, terutama ketika pria tinggi itu melipat kemejanya sampai siku lengan seperti sekarang ini. Well, Yoora tahu Chanyeol sering berolahraga karena itu juga salah satu hobinya selain membuat cake, jadi tidak aneh jika Chanyeol memiliki tubuh yang atletis. Chanyeol memang tidak pernah telanjang dada di hadapan umum, tapi Yoora bertaruh –bahkan tanpa harus bertanya langsung– para wanita dan pria gay yang menyukai Chanyeol dapat membayangkan betapa atletisnya tubuh Chanyeol jika kemejanya itu dibuka.

Chanyeol adalah tipikal pria pekerja keras dan baik hati. Sikapnya yang ramah pada semua orang membuatnya disukai siapapun, bahkan yang baru dikenal sekalipun. Dan harus Yoora akui, ia bangga memiliki Chanyeol sebagai adiknya yang bisa disukai banyak orang seperti itu. Namun kembali lagi ke masalah awal, Yoora sedikit mengkhawatirkan keadaan adiknya itu. Pasalnya di umur yang hampir tiga puluh tahun itu, Chanyeol masih belum memiliki kekasih. Bukannya ia tidak laku atau semacamnya, justru sebaliknya, pria bertelinga lebar itu sangat populer di kalangan wanita dan pria gay. Banyak yang ingin menjadi kekasihnya, tapi sampai sekarang belum ada yang memikat hatinya. Dan ini membuat Yoora sangat khawatir. Bahkan si bungsu –Jiyeon– yang masih SMP sudah memiliki kekasih, tapi Chanyeol? Yoora takut adik laki-lakinya itu jadi perjaka tua.

Hening.

Oke, itu berlebihan, Yoora akui itu. Tapi ini tetap saja membuatnya khawatir. Chanyeol benar-benar membutuhkan seorang kekasih, tak peduli itu wanita atau pria. Tapi bagaimana caranya? Apakah Yoora harus mendaftarkan Chanyeol ke biro jodoh? Tidak, itu terdengar depresi. Haruskah ia menjodohkan Chanyeol dengan salah satu adik temannya? Well, itu tidak terlalu buruk, tapi masalahnya adalah apakah Chanyeol mau dijodoh-jodohkan? Meskipun adiknya itu hampir tidak pernah menolak permintaan keluarganya, tapi ia tetap memiliki pendirian. Jika Chanyeol berkata 'tidak', maka itu memang berakhir dengan kata 'tidak'. Dan pemikiran itu berhasil membuat Yoora menghela napas panjang, begitu keras sampai terdengar oleh telinga lebar sang adik lelaki. Chanyeol-pun berjalan menghampiri Yoora dengan senyuman lebar bodohnya.

"Ada apa, Noona? Baru dua hari disini dan kau sudah merindukan London?" Yoora menatap adiknya setelah mengerjap dua kali, dan itu membuat dahi Chanyeol berkerut. "Ada yang salah?" tanya Chanyeol lagi.

"Kau tidak punya kekasih'kan?" tanya Yoora.

"Tidak."

"Mau kujodohkan dengan seseorang?"

Chanyeol tersenyum, kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak, terima kasih."

Satu hembusan napas panjang kembali terdengar dari mulut Yoora.

Well, sudah Yoora duga.

.

.

.

###

MY SILLY BROTHER

Main Casts : Byun Baekhyun & Park Chanyeol

Support Casts : Park Yoora, Byun Baekbeom, Park Jiyeon, Park Kahi

Genre : Romance, Fluff

Rate : T

Warning : Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy

Note: Gara-gara ngeliat rambut pink Baek yang ucul beudh, saya jadi pengen nulis FF fluff one-shoot. Well, hope you like it. Enjoy~

###

.

.

.

Keadaan DeliCake di hari Sabtu itu terlihat begitu ramai. Well, memang selalu seperti itu jika sudah memasuki akhir pekan. Tak hanya terkenal dengan kelezatan cake-nya, DeliCake juga digemari karena tema dan suasana café yang cocok untuk dijadikan tempat bersantai sehingga orang-orang betah berlama-lama disana. Ditambah lagi, kehadiran Chanyeol yang menjadi nilai plus DeliCake. Ketampanan dan keramahannya membuat beberapa orang menjadikan diri mereka sebagai pelanggan tetap DeliCake. Tuan dan Nyonya Park juga merasa terbantu akan kehadiran Chanyeol di café pastry mereka. Chanyeol sendiri tidak merasa keberatan karena selain ia senang membuat cake, pekerjaan Chanyeol yang seorang novelis memungkinkannya untuk bekerja di rumahnya selagi membantu kedua orangtuanya mengelola DeliCake. Tuan dan Nyonya Park menyebutnya sebagai sebuah keuntungan tersendiri.

KLING~

Bel pintu café berbunyi ketika seseorang masuk ke dalamnya. Seorang gadis berambut coklat sebahu dengan seragam SMP di tubuhnya muncul disana. Itu adalah si bungsu –Jiyeon. Ia baru saja pulang sekolah rupanya. Wajah cantiknya itu terlihat lesu ketika ia berjalan menghampiri Yoora yang tengah membantu Chanyeol di balik etalase café. Namun setelahnya sebuah senyuman manis terkembang saat Yoora memberinya segelas jus strawberry.

"Ah, tepat pada waktunya. Terima kasih, Eonnie~" ujar Jiyeon.

Tak lama setelahnya, Kahi –anak sulung keluarga Park– datang dengan kacamata hitam bertengger di atas kepalanya. Ia tersenyum pada Yoora yang juga memberinya segelas jus strawberry. Wanita yang berprofesi sebagai editor di sebuah majalah fashion di Seoul itu menghela napas panjang begitu bokongnya menyentuh kursi tepat di sebelah Jiyeon.

"Hari yang panjang, hm?" Yoora bertanya pada Kahi. Wanita yang lebih tua dua tahun darinya itu berdehem setelah menyesap jus strawberry-nya. Terlihat jelas gurat kelelahan di wajah cantik Kahi. Well, pekerjaannya sebagai editor memanglah tidak mudah, tapi sejauh ini ia masih bertahan bekerja disana.

"Ya, ada krisis di departemen seni. Para pekerja magang itu memang bodoh. Mereka sudah bekerja selama sebulan, dan masih lupa dimana meletakkan file minggu lalu? Aish." decaknya sebal. Yoora hanya tersenyum menanggapinya. Ia tahu persis Kahi adalah tipe perfeksionis tentang pekerjaan, dan berdebat dengannya soal pekerjaannya bukanlah pilihan yang bijak. Jadi, Yoora dan keluarganya lebih memilih menjadi pendengar setia saja jika Kahi mulai mengoceh soal pekerjaannya dan bawahannya yang tidak becus.

"Oppa, ayo kita makan es krim. Aku tahu kedai es krim yang enak di sekitar sini~" Seorang gadis SMA berambut coklat menggoda Chanyeol yang baru saja mengantarkan pesanan minuman dan cake-nya. Kedua temannya yang duduk di sebelahnya mengangguk semangat seraya menatap Chanyeol penuh harap agar Chanyeol mengiyakan ajakan tersebut, tapi pria tinggi itu justru melayangkan senyuman simpul yang berarti–

"Maaf, lain kali saja ya?"

Penolakan. Ya, orang-orang yang dekat dengan Chanyeol tahu arti dari senyuman simpulnya itu. Chanyeol memang selalu seperti itu jika ingin menolak ajakan seseorang. Padahal menurut Yoora sendiri, tidak ada salahnya mencoba berkencan dengan seseorang, sekalipun ia lebih muda atau lebih tua beberapa tahun. Dan melihat ketiga gadis SMA yang ditolak itu cemberut, membuat Yoora geli sendiri. Yang bisa dilakukannya hanyalah menggelengkan kepalanya karena sikap adik laki-lakinya itu, sedangkan Kahi dan Jiyeon memilih untuk tidak peduli karena –hell– itu bukanlah hal yang aneh. Jiyeon dan Kahi sudah sering melihatnya, atau lebih tepatnya, mendengar jawaban yang sama setiap kali seseorang mengajak Chanyeol berkencan. Jadi, jangankan melihat Chanyeol mengajak seseorang berkencan, mereka bahkan belum pernah mendengar Chanyeol mengiyakan ajakan kencan dari seseorang. Benar-benar ironis.

KLING~

Suara bel pintu terdengar kembali, menandakan seseorang telah memasuki café tersebut. Seorang pria tampan bermata sipit muncul di balik pintu. Senyumannya terkembang ketika Chanyeol menghampirinya dengan sebuah senyuman ramah. Yoora pikir pria itu adalah teman Chanyeol karena mereka terlihat sangat akrab. Samar-samar Yoora bisa mendengar percakapan mereka yang berjarak tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Baekbeom-ah, kau datang untuk mengambil pesanan cake milik Baekhyun?" tanya Chanyeol.

"Ya." Pria bermata sipit yang dipanggil Baekbeom itu mendengus keras. "Padahal aku sudah menyuruhnya untuk mengambil cake pesanannya sendiri, tapi dia malah menyuruhku. Dasar adik menyebalkan." decaknya.

Chanyeol terkekeh. Pria tinggi itu kemudian menoleh ke arah mobil silver milik Baekbeom yang diparkir di luar café. "Apakah Baekhyun datang kemari bersamamu?"

"Mm-hm." Baekbeom kemudian menunjuk seseorang di luar pintu café dengan dagunya, memberitahukan bahwa adik laki-lakinya tengah menunggunya di depan café.

Chanyeol mengangguk paham, kemudian tersenyum pada Baekbeom. Namun bukannya kembali ke balik etalase untuk mengambilkan strawberry short cake pesanan Baekhyun, Chanyeol justru berjalan menuju pintu café. Baekbeom yang paham akan maksud Chanyeol, hanya diam di tempatnya seraya tersenyum penuh arti. Sementara di sudut lain, Yoora yang penasaran kemana Chanyeol akan pergi, akhirnya mengintip Chanyeol di antara aktivitasnya yang mengantarkan pesanan cake ke meja pelanggan. Beruntung lokasi meja pelanggan itu dekat pintu masuk café, jadi Yoora bisa dengan jelas melihat paras adik Baekbeom.

"Hey, Baekhyunnie~" Chanyeol menyapa laki-laki berseragam SMA berambut pink yang berdiri di depan pintu café. Laki-laki yang mirip Baekbeom dengan tinggi yang agak pendek dari Baekbeom itu terkejut karena suara bass milik Chanyeol. Yoora hampir saja terkekeh melihat ekspresi lucu Baekhyun yang sepertinya sangat terkejut akan kehadiran Chanyeol tak ia sangka-sangka. Kulit wajahnya yang putih itu tiba-tiba merona, hampir menyamai warna rambutnya sendiri, dan Yoora menganggapnya manis.

"C–C–Chanyeol Hyung?" Baekhyun tergagap, pertanda ia sangat gugup saat ini. Matanyapun mulai bergerak gelisah ketika tak satupun kata mampu keluar dari bibir tipisnya. Chanyeol yang melihat itu hanya terkekeh pelan seraya mengacak rambut pink Baekhyun karena gemas. Dan tindakan Chanyeol itu memperparah warna pipi Baekhyun.

"Kenapa tidak masuk? Bukankah kau mau mengambil cake kesukaanmu?" tanya Chanyeol. Namun bukannya menjawab, laki-laki berambut pink itu justru menundukkan kepalanya dengan jemari yang sibuk sendiri bermain dengan jari lainnya. Dari gelagat Baekhyun, Yoora menebak bahwa laki-laki manis itu menyimpan rasa pada Chanyeol. Sebuah rasa suka atau cinta. Yoora pernah mempelajari hal ini ketika mengambil jurusan psikologi saat ia kuliah. Suara yang tergagap, pipi yang merona dalam hitungan detik, dan kurangnya kontak mata dengan lawan bicara adalah bentuk kegugupan karena menghadapi orang yang disukai. Dalam hati, Yoora berdecak kagum pada Chanyeol yang bahkan mampu membuat laki-laki berparas manis seperti Baekhyun menyukainya.

"Baekhyunnie, Hyung baru saja membuat es krim strawberry, dan Hyung belum tahu apakah rasanya enak atau tidak. Kau keberatan mencobanya dan beri tahu Hyung bagaimana rasanya?"

"Es krim strawberry?" Mata Baekhyun berbinar. Kegugupan seketika menghilang dari air mukanya.

Chanyeol mengangguk semangat menjawabnya. "Kau mau mencobanya?"

Kali ini Baekhyun yang mengangguk penuh semangat, membuat Chanyeol terkekeh. Yang lebih tuapun mengulurkan tangannya pada yang lebih muda, dan disambut dengan suka cita oleh yang lebih muda, disertai semburat manis di kedua pipinya. Mereka berduapun berjalan menuju lemari es dekat meja kasir dengan jemari bertautan satu sama lain dan senyuman manis di sudut bibir masing-masing. Tak mereka hiraukan aura penuh kecemburuan yang terkuar jelas dari mata beberapa pelanggan yang mengincar Chanyeol. Yoora –yang sudah selesai dengan acara mengintip sekaligus menguping pembicaraan adiknya dengan adik Baekbeom itu– segera menghampiri Jiyeon, Kahi, dan Baekbeom yang sedang asyik bercengkerama.

"Mereka dekat sekali ya?" tanya Yoora, yang dibalas dengan anggukan dari ketiganya.

"Mereka memang sudah dekat sejak Baekhyun masih berumur tujuh tahun." terang Baekbeom. Yoora cukup terkejut akan fakta itu. Ia tidak menyangka Baekhyun dan Chanyeol sudah saling mengenal selama itu. Bila dihitung-hitung, ini sudah sepuluh tahun lamanya.

"Benarkah?" tanya Yoora –sedikit tak percaya.

Baekbeom mengangguk pelan seraya memakukan pandangannya pada Baekhyun yang tengah memakan es krim strawberry dengan mata berbinar dan Chanyeol yang duduk di sampingnya dengan senyuman manis. Sebuah senyuman tercipta di sudut bibir Baekbeom karena pemandangan itu. Well, ia ingat sekali pertemuan Baekhyun dengan Chanyeol. Waktu itu adalah hari ulang tahun Baekhyun. Tuan dan Nyonya Byun terjebak macet dalam perjalanan bisnis mereka dari Busan ke Seoul, sedangkan Baekbeom tak bisa pulang cepat karena ada ujian masuk universitas sampai sore dan dirinya yang tak membawa payung di hari berhujan itu sungguh tak membantu sama sekali. Baekbeom benar-benar khawatir pada Baekhyun waktu itu. Pasalnya, Baekhyun yang baru menginjak umur tujuh tahun itu ditinggal di kediaman Byun sendirian. Padahal adiknya itu sudah menanti-nantikan pesta ulang tahunnya, tapi justru seluruh anggota keluarganya pulang terlambat hari itu.

Beruntung cake yang dipesan Baekbeom dari DeliCake datang tepat sebelum Baekhyun menangis disana sendirian. Chanyeol yang mengantarkan strawberry short cake itu ke kediaman Byun. Awalnya pria tinggi itu bingung karena tak kunjung mendapatkan respon dari orang dalam setelah ia memencet bel pintu beberapa kali. Ia bahkan tak bisa menghubungi nomor ponsel Baekbeom karena cuaca yang buruk. Chanyeol berniat untuk menunggu di depan pintu kediaman Byun sampai Baekbeom pulang selagi terus mencoba menghubungi nomor ponsel Baekbeom. Lagipula keadaan di luar masih hujan lebat, jadi Chanyeol tidak mungkin meninggalkan cake dalam kotak itu di luar rumah. Namun baru dua menit Chanyeol menunggu, tiba-tiba saja pintu kediaman Byun dibuka dari dalam. Chanyeol menoleh, dan menemukan Baekhyun kecil disana. Bocah itu cemberut tanpa mengatakan apapun pada Chanyeol meski yang lebih tinggi sudah menyapanya dengan ramah. Baekhyun hanya berkata dengan suara lirih bahwa Chanyeol boleh membawa kembali cake itu. Chanyeol terkejut tentu saja. Ia menanyakan alasannya pada Baekhyun, tapi bocah SD itu justru menggigit bibir bawahnya dengan airmata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya. Chanyeol cukup panik dibuatnya, namun ia segera memutar otaknya, dan berakhir dengan sebuah ide brilian. Pria tinggi itu membuka kotak cake di tangannya, menampilkan beberapa buah strawberry segar di atas cake tersebut. Baekbeom yang baru saja sampai di depan gerbang kediaman Byun, sempat mendengar kalimat yang Chanyeol ucapkan pada Baekhyun agar adiknya itu tidak menangis.

"Bagaimana kalau kita potong cake-nya bersama-sama? Ini hari ulang tahunmu'kan? Hyung akan merayakannya bersamamu."

Ucapan itu berhasil membuat Baekhyun tersenyum lebar setelah beberapa detik melongo. Dan percaya atau tidak, kalimat itu diucapkan oleh Chanyeol –orang yang baru ditemui Baekhyun satu menit yang lalu di depan rumahnya. Baekbeom tak pernah melupakan kejadian itu. Pria yang pernah jadi teman satu kelas Chanyeol saat SMA itu benar-benar kagum pada Chanyeol. Baekbeom tahu benar bahwa Baekhyun itu anak yang pemalu sehingga ia sulit mendapatkan teman. Ia bahkan jarang bicara –apalagi tersenyum, terutama pada orang yang baru dikenalnya, tapi hebatnya Chanyeol bisa membuatnya tersenyum di hari mereka pertama bertemu. Bahkan Baekbeom yang Hyung-nya sekalipun, sulit sekali membuat adiknya itu tersenyum. Sungguh tak ada kata yang mampu Baekbeom ucapkan saking kagumnya ia pada sosok itu. Dan sepertinya bukan hanya ia yang tidak melupakan kejadian itu. Baekhyun-pun begitu. Mungkin dari sana pulalah cinta pertama Baekhyun dimulai.

Dimulai dari ketertarikan semata, menjadi sebuah cinta.

Perasaan Baekhyun pada Chanyeol itu terlihat semakin jelas dari hari ke hari. Jika dulu saat masih kecil Baekhyun sering sekali tersenyum dan berbincang dengan Chanyeol, namun sekarang semuanya terlihat berbeda. Bahkan untuk menatap mata Chanyeol saja, Baekhyun sudah gugup setengah mati. Tentu saja perasaan Baekhyun itu terlihat jelas oleh orang-orang di sekelilingnya. Bagaimana suaranya terdengar begitu gugup ketika berhadapan dengan Chanyeol, bagaimana pipinya merona parah ketika Chanyeol mengacak rambutnya atau tersenyum manis padanya, dan bagaimana matanya bergerak gelisah hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan sederhana dari Chanyeol. Baekhyun jelas memiliki perasaan khusus pada pria yang lebih tua sepuluh tahun darinya itu, namun Chanyeol yang bodoh tentu saja tidak menyadarinya. Pria tinggi itu selalu berpikir bahwa Baekhyun selalu begitu pada semua orang, padahal tidak.

"Baekhyunnie, maukah kau menemani Hyung ke kebun strawberry hari Minggu besok?"

Pertanyaan Chanyeol itu sontak membuat Baekbeom, Jiyeon, Kahi, dan Yoora terkejut. Ya, terkejut sampai membulatkan bola mata masing-masing. Jiyeon bahkan dibuatnya menganga saking tak percayanya ia akan ucapan Oppa-nya. Well, siapapun yang mendengar hal itu, tentu saja tidak bodoh untuk mengartikannya sebagai sebuah kencan. Meskipun hanya sebuah ajakan untuk memetik strawberry di kebun strawberry, tapi jika itu keluar dari mulut Chanyeol, maka itu adalah sebuah ajakan kencan. Itu adalah pertama kalinya –dalam seumur hidup– mereka mendengar Chanyeol mengajak seseorang berkencan.

Dan orang itu adalah Byun Baekhyun.

"Apa aku boleh membawa pulang beberapa strawberry, Hyung?" tanya Baekhyun polos.

Chanyeol mengacak surai Baekhyun seraya terkekeh. "Tentu saja, Baekhyunnie. Kau boleh mengambil sebanyak yang kau mau~"

Kemudian Yoora tersentak, seolah ia baru saja mendapatkan sebuah jawaban yang ia cari selama ini. Pemandangan di hadapannya begitu jelas di matanya. Dan wanita cantik itu mengerti.

Ia tak perlu lagi menjodohkan Chanyeol dengan siapapun.

THE END

Gaje ya? Tapi mohon review kalian ya. Thanks before *bow*