当你孤单你会想起谁?
Happy Element K.K, Nicolas Zhang
Pelajaran sudah selesai, namun Anzu masih sibuk dengan aktivitasnya.
'Persiapan Knights sudah, Ra*bits juga. Untunglah teman-teman lain juga mau membantu. Lalu...' gadis berambut pendek ini melihat-lihat daftar dari ponselnya, 'Ah, aku melupakan Sakuma-san...'
Anzu melangkahkan kakinya menuju ruang musik, guna mencari Rei.
"Permisi, Sakuma-san?"
Hening.
"Are?" Anzu kebingungan. Peti matinya terbuka begitu.
'Apa dia sudah pulang?' pikirnya. Tapi rasanya aneh jika melihat sosok Sakuma Rei pulang jam segini.
Anzu berkeliling lagi. Ia merasa Rei masih ada di sekitaran sekolah. Halaman, kelas, ruang lab, ruang latihan, rooftop, semuanya kosong.
Kosong...
Sepi...
Hening...
Anzu terdiam. Ia takut. Sepi, tidak ada orang. Ia sendirian di sekolah? Jarang sekali sekolah langsung sepi.
"Minna..." Anzu berlari, ia berusaha mencari orang lain entah siapa pun itu, asal ia tidak merasa sendirian. Ia takut.
Ia takut sendirian saja.
"Mama..."
"Aku sudah bukan mamamu lagi. Kita berpisah mulai sekarang..."
"Papa bilang dia lembur hari ini. Dia tidak pulang,"
Sendirian, ia sendirian di rumah.
"Kita sudah bukan teman lagi, Anzu..."
Ia sendirian di sekolah lamanya.
Saat ini juga, ia sendirian...
Anzu terus berlari dan tidak membuahkan hasil. Tidak ada siapa-siapa. Ia sendirian.
Anzu mulai menangis karena takut.
"Sa... Sakuma... san..."
Ia terisak, namun entah kenapa hanya nama itu yang pertama kali ia sebutkan.
Langit mulai gelap dan ia masih sendirian.
Gelap
Kosong
Sepi
Hening
Sendirian
Anzu takut. Ia hanya bisa duduk meringkuk di lorong, memeluk kedua lututnya. Ia tidak ingin pulang sekarang karena di rumah pun sedang sepi. Ibunya pergi, ayahnya kerja, dan adiknya ada acara sekolah. Ia sendirian.
"Anzu?"
Sendirian?
Anzu mengangkat wajahnya, menatap sosok yang memanggilnya.
"Anzu?"
"Sakuma-san?"
"Ara, kau menangis," katanya, "Ada apa? Ada seseorang yang menyakitimu?"
Anzu menggeleng, "Tidak, tidak ada apa-apa. Sungguh,"
"Kau berbohong,"
Ya, Anzu berbohong. Ia bohong jika ia tidak apa-apa.
Anzu memeluk Rei. Ia menangis keras. Ia merasa lega ada orang lain selain dirinya, orang yang datang juga adalah orang yang ia harapkan. Ia lega.
Rei awalnya terkejut, namun ia menghela nafas dan tersenyum tipis.
"Maaf sudah membuatmu kesepian, Anzu," katanya.
"Tidak..." Anzu menjawab di tengah isakkannya, "Aku merasa lega,"
Anzu yang menangis keras dalam pelukannya membuat Rei menyadari rapuhnya gadis itu. Ia seperti keramik yang akan retak jika dipukul, atau terjatuh dan pecah jika terkena angin.
Isakkannya mereda, pelukannya melonggar, dua mata saling bertatapan.
"Sudah tenang?" Anzu mengangguk.
"Mari kita ke ruang musik," ajak Rei, "Di sana lebih hangat."
Kedua memasuki ruang musik. Ruangan itu tetap hangat padahal jendela terbuka lebar. Angin malam yang masuk melalui jendela tidak dapat mengalahkan hangatnya ruangan itu.
"Nee, Anzu," Rei memanggilnya lembut.
"Ya?"
"Ketika kau sendirian, kau akan ingat siapa?"
Pertanyaan Rei membuat Anzu terdiam. Siapa? Siapa yang ia ingat?
Rei melangkahkan kakinya menuju jendela, membiarkan angin malam mengenai wajahnya.
"Kau suka keramaian karena kau takut sendirian?" Rei bertanya lagi. Anzu mengangguk pelan.
"Kau juga takut saat berada di dalam gelapnya malam sendirian?"
"..."
Rei menatap langit yang sepi, bintang sedang tidak muncul hari itu.
"Langit akan selalu gelap saat malam," katanya, "Manusia pun akan berpisah juga suatu hari nanti."
"..." Anzu tetap diam tidak menjawab.
"Siapapun tidak mungkin selamanya menemani, siapapun harus menghadapi kesepiannya, bahkan aku sekalipun,"
Ya, langit bisa menggelap, orang-orang akan berpisah satu sama lain. Ia takut pada sesuatu yang selalu terjadi.
"Aku selemah itu kah..." tawanya miris.
Namun Rei tidak peduli dan kembali bertanya, "Ketika kau sendirian, kau akan ingat siapa?"
Anzu masih tidak menjawabnya.
"Biarkan orang itu menemani apa yang sudah kau lalui selama ini, biarkan orang itu paham akan kesenangan dan kesedihanmu. Sehingga kau tidak akan takut lagi,"
Rasanya Rei berubah, apa karena angin di malam hari? Namun Anzu tidak peduli dengan hal itu. Ia mendekati Rei dan ikut memandang langit.
"Orang yang kuingat saat aku sendirian adalah orang yang tahu soalku," jawabnya, "Ia tahu kesenanganku, kesedihanku, Ketakutanku..."
Anzu menatap Rei, "Pada saat aku sendirian, aku akan mengingat Anda, Sakuma-san,"
Gantian Rei yang terdiam.
"Setelah pindah, bagiku kalian semua unik, termasuk Anda. Aku senang bisa bersama-sama dengan kalian. Tapi itu bukan berarti aku bisa terus bersama kalian. Ada kalanya aku sendirian. Aku takut. Saat aku sendirian di sekolah atau di rumah, bahkan saat ini pun, saya hanya ingin ditemani olehmu, Sakuma-san..."
"Anzu..."
"Aku senang dengan kalian. Undead, Trickstar, Ra*bits, Knights, Ryuseitai, Valkryie, 2Winks, Switch, MaM, fine, Akatsuki, semuanya,. Tapi saat aku sendirian, Sakuma-san orang pertama yang kuingat..."
Anzu merasa lega. Ia lega sudah menjawabnya.
Rei menarik tangan Anzu, mendekatkan wajahnya dan Anzu merasakan ada sentuhan bibir Rei di bibir mungilnya. Ciuman dari Rei.
"Saat aku sendirian, orang yang kuingat adalah kau, Anzu," katanya, "Aku mencintaimu,"
Anzu terdiam. Air matanya mengalir namun ia tersenyum. Lega, Anzu merasa lega dan tenang.
"Aku juga," jawab Anzu, "Perasaanku juga sama. Terima kasih karena sudah mengingatku saat Anda kesepian,"
Rei membalas senyumannya, "Aku juga berterima kasih padamu karena sudah mengingatku saat kau kesepian,"
Malam itu akan menjadi kenangan pertama mereka. Hari di mana Anzu merasa kesepian tidak lagi menjadi hari yang buruk dan menakutkan, karena ia sudah ada seseorang yang menemaninya.
"Ketika kau sendirian, kau akan ingat siapa?"
END
Halo semua, lama tak berjumpa. Maaf ya Yun udah lama gak update karena kuliah dan sibuk sama project fanfic baru lainnya (doakan semua cepat selesai). Fanfic ini terinspirasi dari lagunya Nicolas Zhang "dan ni ku tan~". Lagu lama sih, tapi bagus kok. Terima kasih karena sudah membaca.
