He Who Talking To The Stars
(Kaisoo)
Author: sweetwind88
Pairing: Kaisoo
Cast: Jongin, Kyungsoo, Chanyeol, dan mungkin ada yang lain.
Genre: Angst, short story
Warning: Yaoi, mpreg, typo(s)
Karakter dalam cerita ini bukan punyaku, walaupun aku ingin memiliki mereka, tapi sepertinya tidak mungkin.
Jongin meninggalkan Kyungsoo demi Krystal. Tapi setelah lima tahun berlalu, Jongin menyadari bahwa yang benar-benar dia cintai adalah Kyungsoo. Tapi, Kyungsoo terlanjur sakit hati pada Jongin. Dia tidak pernah tahu di hari saat dia meninggalkan Kyungsoo, di hari itu pula Kyungsoo ingin memberi tahu sesuatu yang sangat penting padanya. Akankah Kyungsoo memaafkan Jongin dan menerimanya kembali setelah apa yang dia lakukan?
Aku tahu konsep cerita ini sudah banyak digunakan. Dan selalu begini model ceritanya. Tapi aku ingin menceritakan konsep ini menurut versiku. Ini adalah mpreg pertama, sebenarnya aku tidak paham dengan mpreg, tapi aku akan membuatnya masuk akal (menurutku) di cerita ini. Idenya berawal dari hobiku menatap Orion (rasi bintang yang sama yang disukai Kyungsoo dalam cerita ini). Selamat membaca.
Chapter 1: Betrayal
'Orion, aku sangat senang hari ini. Jongin memberikanku cincin dan kami berjanji untuk bersama selamanya. Walaupun dia bilang tidak perlu ada ikatan pernikahan diantara kami, tapi itu tidak masalah selama kami selalu bersama.'
Kyungsoo berada di balkon sekarang, Jongin mendekatinya dan membawa selimut. "Kau berbicara dengan Orionmu lagi hyung?" tanya Jongin dan melingkarkan selimut ke tubuh Kyungsoo.
"Ya, aku senang berbicara dengannya." Kata Kyungsoo dan menatap rasi bintang yang dikenal sebagai Sang Pemburu itu. "Dia selalu mendengarkan apa yang ku katakan padanya."
"Tentu saja, mereka bintang bukan sesuatu yang bisa berbicara." Pria yang lebih tinggi itu berkata dan memeluk Kyungsoo.
"Jangan bilang seperti itu! Dia selalu meresponku." Kyungsoo berkata, agak sebal dengan apa yang dikatakan Jongin tentang rasi bintang kesayangannya.
"Baiklah-baiklah, aku tidak ingin berdebat denganmu hyung. Dia memang indah. Aku suka dengan sabuknya itu." Kata Jongin, dia benar-benar tidak ingin membuat kekasihnya marah.
"Tapi aku lebih suka denganmu." Imbuh Jongin. Pipi Kyungsoo memerah. Jongin mendekatkan bibirnya ke bibir kyungsoo. Mereka berciuman dibawah sinar rembulan dan disaksikan oleh bintang, terutama Orion.
'Hai Orion, aku tahu aku tidak bisa bertemu denganmu di malam ini. Tapi aku akan memberi tahumu sesuatu yang belum ku katakan pada Jongin.'
Author's POV
Kyungsoo memarkirkan mobil di depan rumahnya dan Jongin. Dia berjalan keluar dan menatap ke atas kemudian tersenyum senang.
"Kau sudah tahu sekarang, kau ikut senang huh? Aku tidak sabar ingin memberi tahu ini pada Jongin." Dia berkata dan masih melihat ke atas. Kalau ada orang melihatnya, orang itu akan mengira kalau pria pendek dengan bibir berbentuk hati itu gila.
Kyungsoo berjalan dan menari-nari kecil ke depan pintu yang sangat besar. Saat dia ingat akan hal yang ingin diberitahukannya pada Jongin dia meletakkan tangannya di perut.
"Aku berharap dia juga merasa senang sepertiku." Pria mungil itu berkata dan melihat ke perutnya kemudian mengusapnya penuh kasih sayang. "Hey Orion, wish me luck okay." Kyungsoo menunjuk langit.
Kyungsoo mengambil kunci yang ada di saku celana. Pintu terbuka setelah terdengar suara klik dan pria mungil itu mendorong masuk. Dia langsung bisa merasakan ada sesuatu yang aneh. Lampunya memang remang, tapi dia bisa melihat dengan jelas ada pakaian yang berserakan di lantai. Setelan pertama adalah milik Jongin. Dan setelan kedua adalah setelan wanita, dress berwarna merah maroon lebih tepatnya.
Dia merasa jengkel saat Jongin meninggalkan pakaiannya di ruang tamu, tapi yang membuatnya khawatir adalah dress itu. Mata pria mungil itu melebar saat mendengar suara dari atas (kamarnya dan Jongin). Kyungsoo menaiki tangga perlahan. Di dalam otaknya dia masih menolak untuk menyimpulkan bahwa pria yang dia cintai mengkhianatinya.
Suara itu semakin jelas sekarang sehingga dengan mudah bisa ditebak itu adalah suara desahan. Jantungnya mulai berpacu. Kesenangan yang menyelimutinya tadi lenyap bagaikan angin. Otaknya menyuruhnya untuk pergi dari situ sekarang juga, menganggap dia tidak pernah melihat atau mendengar kejadian ini. Tapi tubuhnya seolah bergerak sendiri.
Dia memutar gagang pintu dan mendorongnya ke dalam. Aura seks menyelimuti ruangan itu. Erangan dan desahan berlomba-lomba masuk ke telinganya. Dia menutup mulutnya untuk mencegah teriakan kesedihan meletus keluar. Pemandangan yang dia lihat menimbulkan rasa sakit di dadanya.
Jongin, orang yang paling dia cintai, orang yang dia berikan segalanya, orang yang dia bersedia untuk mengorbankan nyawanya, telanjang bulat di ranjangnya dan bercinta dengan seorang gadis yang nota bene adalah teman Kyungsoo.
Mereka sangat bernafsu, seolah ingin memakan bibir satu sama lain sehingga tidak menyadari Kyungsoo berdiri di depan pintu, melihat dengan tatapan nanar.
"Kenapa?" Kata Kyungsoo, dia memilih untuk membuat keberadaannya disadari. Walaupun dia berkata sangat pelan, tapi suaranya yang gemetar karena perasaan marah dan kecewa cukup untuk menarik perhatian dua orang yang sedang bercinta itu.
Mereka berhenti melakukan apa yang mereka lakukan tadi dan melihat ke arah Kyungsoo yang gemetar. Sunyi seolah menyelimuti kamar yang tadinya sangat 'panas' itu. Mereka bertiga hanya diam terpaku melihat reaksi masing-masing.
"Kenapa Jongin?" Pria mungil itu bertanya lagi, kali ini dengan suara yang lebih tegar dan keras.
Jongin bergegas turun dari ranjang sampai Kyungsoo menunjuk ke arahnya.
"Jangan berani bergerak sedikitpun KIM JONGIN! Jawab pertanyaanku dari situ!"
Pria yang dipanggil dengan nama Jongin tadi duduk kembali ke ranjang dan mengusap rambutnya yang basah karena keringat dengan tangannya. Dia melihat sosok wanita yang ada di atas ranjang bersamanya, kemudian mengalihkan pandangannya ke Kyungsoo. Dia tidak menginginkan Kyungsoo tahu dengan cara seperti ini. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan memberi tahu pria mungil di depannya itu hari ini. Tapi takdir berkata lain. Kyungsoo tahu, tapi bukan dengan cara yang Jongin inginkan.
"Maafkan aku hyung, tapi aku mencintai Krystal. Aku bersumpah aku ingin memberi tahumu hari ini."
Kalimat itu berdengung di telinga Kyungsoo. Dia masih berjuang untuk tetap sadar dan mengontrol emosinya.
"Kyungsoo, maafkan aku." Kali ini Krystal yang berbicara. "Aku tidak bermaksud..emm..kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta kan? Maafkan aku, tolong jangan marah." Dia berniat untuk mengucapkan hal lain pada sosok pria yang menjadi temannya sejak sekolah menegah atas itu, tapi Jongin melihat ke arahnya dan menyuruhnya untuk tetap diam.
Jongin menatap ke arah Kyungsoo yang sekarang menunduk ke bawah. Dia berdiri dan berjalan mendekati pria mungil itu. Kyungsoo tidak bergerak sedikitpun, terukir jelas di wajahnya dia memikirkan sesuatu.
Kyungsoo masih tidak bergerak, namun saat tangan Jongin berusaha menyentuh pundaknya, dia berlari keluar dari dalam kamar dan rumah sekaligus. Dia tidak mengambil kunci mobilnya yang dia letakkan di atas meja ruang tamu tadi saat dia masuk.
Dia terus berlari tanpa arah, berlari menjauh dari tempat itu. Sudah 15 menit Kyungsoo berlari, otot kakinya mulai menjerit protes, dan setelah 5 menit tetap berlari otot kakinya tidak mau digerakkan lagi. Tapi bagaimanapun, rasa sakit di dadanya memicu energi lagi untuk berlari lebih jauh.
Kyungsoo berlari terseok-seok sambil menatap ke langit "Orion, kau melihat apa yang baru saja ku alami? Kenapa? Kenapa?" Dia berteriak, air mata membuat pandangannya kabur. Dia tetap melihat langit yang mendung. Salju mulai turun. Dia bahkan lupa membawa mantelnya.
Kyungsoo masih berlari kedinginan, dia tidak tahu kemana dia akan pergi. Pandangannya mulai kabur. Dia tidak melihat ada sebuah lamborgini hitam yang melaju kencang saat dia hendak menyebrang. Beruntung pengemudi itu sigap dan menginjak rem tepat waktunya.
Kyungsoo berdiri ketakutan di depan mobil yang hanya berjarah 40 cm darinya. Pengemudi itu bergegas keluar dari mobil dan melihat kondisi pria yang hampir ditabraknya tadi. Kyungsoo menyipitkan mata karena silaunya lampu mobil dan melihat ke sosok pengemudi yang mendekatinya.
"Chanyeol?"
"Kyungsoo, apa yang kau lakukan malam-malam di sini? Apa yang terjadi? Kenapa kau sendirian?"
Kyungsoo hampir tersenyum saat mendengar suara temannya yang khawatir akan keadaannya. Tapi rasa sesak di dadanya mencegahnya untuk tersenyum. Kyungsoo menunduk, melihat ke arah aspal. Air mata mulai mengalir lagi membasahi pipinya. Dia tidak ingin Chanyeol mengetahui kalau dia menangis.
Bagaimanapun Chanyeol tetap mengetahuinya. Dia kemudian memeluk temannya itu, tidak peduli bajunya basah karena air mata Kyungsoo. Pria yang sedari tadi kedinginan itu menerima pelukan hangat dari temannya. Dia mulai menangis dan berteriak, seolah melepaskan beban berat yang sedari tadi membuatnya sesak.
Chanyeol terdorong mundur saat dia menyadari kaki temannya itu lemas. Dia merasa kasihan pada Kyungsoo yang terus menangis di pelukannya. Chanyeol mencoba mengatakan sesuatu untuk membuat Kyungsoo lebih tenang. Kemudian dia mengelus kepala Kyungsoo.
Chanyeol mendengar suara isakkan. Bahkan pria yang sedari tadi menangis mulai sesengukkan. Chanyeol mendorongnya perlahan dari pelukannya untuk menatap wajah temannya itu.
"Nghhh..." Kyungsoo tidak ingin Chanyeol melepaskan pelukannya. Jadi Chanyeol tetap memeluknya.
"Kyungsoo, kau akan kedinginan kalau terus disini. Aku akan mengantarmu pulang." Chanyeol berkata dan mengusap punggung Kyungsoo.
Chanyeol berpikir bahwa Kyungsoo akan dengan senang hati menerima tawaran untuk mengantarnya pulang. Tapi reaksi pria mungil itu sungguh diluar dugaan. Dia langsung mendorong tubuh Chanyeol menjauh dan mencoba untuk lepas dari pelukan Chanyeol. Tapi bagaimanapun, badan Chanyeol jauh lebih kuat darinya dan rasa sakit di kepalanya membuatnya tidak bisa melepaskan diri.
"Tidak! Tidak akan pernah! Aku tidak mau kembali kerumah itu!" Kyungsoo berteriak dan mencoba memukul dada Chanyeol dengan pukulan yang sangat lemah.
"Apakah Jongin melakukan sesuatu padamu?" Chanyeol meninggikan suaranya saat membayangkan bahwa Jongin menyakiti Kyungsoo. Chanyeol merasa darahnya mendidih.
Kyungsoo hanya diam saja. "Hey! Apa yang orang itu lakukan padamu?" Chanyeol bertanya lagi.
"Chanyeol, tolong jangan bawa aku kembali ke sana. Aku mohon padamu."
"Jangan khawatir, aku tidak akan membawamu kembali ke bajingan itu. Kau bisa tinggal bersamaku." Kata Chanyeol.
"Benarkah?"
Chanyeol tersenyum dan mengusap air mata Kyungsoo dengan jari tangannya. "Tentu saja. Lagi pula di sana sangat sepi dan semua pelayan pulang kampung, karena ini sudah mendekati tahun baru."
"Oke.."
Chanyeol membuka pintu mobil untuk Kyungsoo. "Ayo, masuklah. Dingin sekali di luar sini. Kita harus pergi sebelum salju menutupi jalan. Aku tidak mau terjebak disini."
Kyungsoo mengangguk pelan, dia tidak ingin mengangguk terlalu keras dan memperburuk rasa sakit di kepalanya.
Sepanjang perjalanan ke rumah Chanyeol, Kyungsoo diam saja dia sangat lelah. Chanyeol yang memahami perasaan temannya itu memutuskan untuk diam dan tidak bertanya apapun.
Chanyeol memacu mobilnya lebih cepat. Dalam waktu 10 menit mereka sampai di depan pintu gerbang. Chanyeol memencet sebuah tombol dan gerbang yang sangat besar itu terbuka. Dia memarkirkan mobilnya di depan garasi.
Kyungsoo yang sudah sering ke rumah Chanyeol tidak merasa takjup lagi saat melihat rumah yang sangat besar, bercat putih dihiasi lampu berwarna kuning kecoklatan. Membuat rumah itu terlihat elegan. Orang tua Chanyeol tidak tinggal di sini. Mereka dan kakak perempuan Chanyeol tinggal di New York.
Chanyeol yang pertama keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Kyungsoo. Pria besar itu mengulurkan tangannya untuk membantu Kyungsoo keluar. Dia memegangi pinggang Kyungsoo untuk berjaga-jaga kalau Kyungsoo pingsan karena kelelahan.
"Chanyeol, aku baik-baik saja. Aku tidak butuh bantuanmu untuk berjalan." Kata pria mungil itu.
"Kau yakin?"
"Ya, aku tidak lemah." Setelah mendengar apa yang Kyungsoo katakan, dia melepaskan tangannya dari pinggang Kyungsoo. Kemudian Chanyeol berjalan ke pintu dan mengeluarkan kunci. Dia mempersilakan Kyungsoo masuk. Sesekali dia menoleh ke belakang untuk memastikan Kyungsoo baik-baik saja dan mengikutinya berjalan menuju ruang tamu.
"Kau sudah makan?"
"Tidak sempat.." Respon Kyungsoo sekarang sangat berlawanan dari respon Kyungsoo yang biasanya.
Chanyeol menghela nafas. "Duduklah disini, aku akan membuatkan sesuatu untuk kau makan." Dia menunjuk kursi bludru berwarna putih di depannya.
Kyungsoo mengikuti perintah Chanyeol dan duduk di atas kursi yang tentunya sangat lembut itu. Chanyeol melihat baju yang dikenakan Kyungsoo berantakan dan kurang nyaman jika digunakan untuk tidur. Kemudian dia pergi mengambil baju untuk Kyungsoo dan membuatkannya sesuatu untuk dimakan.
Chanyeol kembali dengan membawa piyama dan sepiring spageti di tangan. Dia melihat Kyungsoo menutupi wajahnya dengan bantal sofa, terdengar suara isakan lagi. Perlahan Chanyeol mendekati Kyungsoo, dia tidak ingin mengagetkan teman masa kecilnya itu. Dia duduk disamping pria yang sedang menangis dan mulai mengelus pundaknya.
Kyungsoo mengangkat kepalanya dan raut wajahnya sekarang membuat hati Chanyeol sakit. Bagaimana tidak? Air mata mengalir ke pipinya, membuat bulu mata Kyungsoo melekat basah. Butiran air mata mulai terbentuk lagi dan jatuh. Mata yang biasanya bersinar bahagia sekarang penuh dengan rasa sakit. Bibir berbentuk hati itu berwarna merah dan basah karena Kyungsoo terus menahan bibir itu dengan giginya.
Melihat orang yang dia cintai sejak dulu disakiti seperti ini, Chanyeol benar-benar ingin pergi ke rumah Jongin sekarang dan menghajarnya habis-habisan.
Dia memeluk sosok mungil di depannya. Dia mengelus punggungnya dan berkata. "Tenanglah, aku disini." Mereka tetap seperti itu beberapa saat, tidak ingin melepaskan kehangatan satu sama lain.
Saat Kyungsoo berhenti menangis Chanyeol melepaskan pelukannya. "Sudah baikan sekarang?"
Kyungsoo menghapus air mata yang masih tersisa dan mengangguk. "Ya, maaf soal tadi." Dia berusaha untuk tersenyum.
"Tidak apa. Sekarang makanlah, aku membuat spageti saus tuna untukmu." Chanyeol berkata dan mengambil sepiring spageti yang sudah dingin kemudian memberikannya ke Kyungsoo.
"Nanti setelah makan, mandi dan ganti baju oke? Aku tahu ini kebesaran untukmu." Kata Chanyeol menunjuk piyama yang dia siapkan tadi.
"Terimakasih Chanyeol.."
"Tidak masalah, sekarang makanlah sebelum makanan itu membeku." Kata Chanyeol tersenyum dan mengacak rambut Kyungsoo. Pria itu hanya mengangguk dan mulai menyantap makanan kesukaannya.
'Orion, aku merasa beruntung memiliki teman seperti Chanyeol. Dia sangat baik. Tapi apa yang harus ku lakukan sekarang?'
Setelah Kyungsoo selesai mandi dan merasa kenyang. Walaupun tidak sepenuhnya kenyang karena dia memuntahkan sebagian makanannya tadi. Piyama yang Chanyeol berikan memang kebesaran untuknya. Bajunya menutupi sampai ke atas lutut, tangannya yang mungil tidak terlihat, dan tulang clavicula terekspose. Celana yang ia kenakan lebih panjang dari kakinya. Secara keseluruhan Kyungsoo terlihat sangat imut dan mungil.
Chanyeol juga sudah mandi dan mengenakan piyama berwarna gelap (abu-abu dan celana hitam). Mereka berdua duduk di ruang tamu dan meminum coklat hangat.
"Chanyeol?"
"Hemm?"
"Aku tidak mau kembali ke Jongin."
Chanyeol melihat ke arah Kyungsoo, dia sedikit terkejut. "Kenapa tidak? Walaupun kalian jarang bertengkar. Dan kalaupun bertengkar kalian akan cepat baikan seperti tidak terjadi apapun." Kata Chanyeol. Kyungsoo hanya menunduk ke bawah dia memutar-mutar cincin yang diberikan Jongin saat hari jadi mereka.
"Tidak. Aku tidak ingin kembali ke orang itu. Dia tidak menginginkanku lagi."
"Kyungsoo, aku sangat benci mengakui ini. Tapi Jongin mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini. Dia akan melakukan apapun untukmu."
Kyungsoo mendongak mengarahkan pandangannya tepat di mata pria berambut coklat keemasan itu. "Chanyeol, Jongin meninggalkanku demi Krystal. Bukan aku yang dia cintai, tapi Krystal."
Chanyeol terkejut mendengar apa yang dikatakan Kyungsoo. Dia sangat marah, mengepalkan tangannya dan pola nafasnya menjadi tidak beraturan. Darahnya mendidih mengetahui apa yang dilakukan Jongin itu. Chanyeol merasa jijik padanya.
"Chanyeol, tenanglah. Tidak apa-apa." Kyungsoo berbisik sementara tangannya mengelus lengan Chanyeol yang berotot.
Dalam sekejap kemarahan Chanyeol saat itu hilang. Walaupun dia masih benci dengan Jongin dan ingin menghajarnya saat mereka bertemu. Chanyeol menghirup nafas panjang untuk menenangkan dirinya, kemudian dia melihat ke arah Kyungsoo.
"Aku juga ingin memberitahumu sesuatu."
Chanyeol memfokuskan perhatiannya pada Kyungsoo, dia merasa penasaran dengan apa yang akan pria mungil itu katakan. "Aku akan membantumu." Dia berkata. Kyungsoo menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya.
"Aku hamil."
~To be continue~
Terimakasih..mind to review?
