words

bleach © kubo tite
saya tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini

.

.

Suatu hari, dalam balur wewangian awal musim semi, dibenamkan selimut putih yang menutupi rangka letih, ia berbisik dalam ujung napasnya.


Kelopak bunga diujung ranting patah; definisi namanya.

Wanita dinilai dari masa lalunya dan ia tak mengerti (juga).

Ketika ia sedang menunggu dijemput—nyawa ditukar nyawa,

terkabulah harapannya.

.

.

(vice versa, malaikat penjagalnya mengantar menuju babak kehidupan berikutnya. dan akhirnya ia tahu ini adalah hukuman terindah yang pernah ditawarkan)

.

.

Malaikat itu membuka telapak tangannya, dan di sana ada suatu tempat, yang waktunya tak pernah maju lagi mundur, segalanya adalah milik penghuninya.

Ah, tetapi ia tahu kepahitan di baliknya; rapuh sekatnya, fana keberadaannya—karena seharusnya waktu tidak pernah berhenti.

Ia terima pinangan itu, meski ia tahu betul apa yang akan menjadi akhir kisah mereka.


"Maafkan aku, bila nanti aku akan membekukan waktumu. Di sini, dalam ruang kita, untuk kali pertama kurasakan kedamaian. Namun, meski tubuhku ada bersamamu, pikiranku tak dapat berhenti menebak. Dan ketika itu menjadi nyata, aku tak bisa menghentikan bagaimana dirimu akan menerima."

"Maafkan aku karena melangkah lebih dulu bersama waktu, karena jika bukan karenamu aku sudah pasti lenyap bersama dosa dan sesalku."

"Maafkan aku yang tak dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilimpahkan padaku. Seorang kakak dan istri, aku sudah gagal dua-duanya."

"Dan kepadamu, akan kutitipkan hatiku padamu—"


notes. dan diakhirilah kehidupannya, bersama air mata kasih sebagai tanda titik.