Adore You
.
.
Soongyu
.
YAOI
.
Chapter 1: First (forced) encounter~
.
.
"Mwo? Menikah?" tanya seorang namja bertubuh tinggi dan berkulit sedikit gelap itu dengan tatapan tak percaya. Ekspresi yang sangat jarang ia tunjukkan mengingat tampangnya yang lebih sering tanpa ekspresi dan membuat orang di sekitarnya takut.
"Ne, kau akan menikah Mingyu-ah" jawab seorang namja manis bermata doe itu dengan senyum lebar. Di sampingnya terdapat seorang namja lagi yang tampak seumuran dengan namja manis itu, bermata seperti musang dan bibir berbentuk hati juga berwajah sangat tampan.
"Umma! Jangan bercanda" bentak namja yang bernama Mingyu itu kesal. Tangannya sedikit menghempaskan sumpit yang sedang dipegangnya ke atas meja.
"Mingyu jaga sikapmu" tegur namja bermata musang tadi.
"Tapi appa, ada apa ini? Kenapa aku tiba-tiba disuruh menikah?" protesnya lagi.
"Kau sudah berumur 25 tahun Mingyu, sudah sepantasnya kau menikah" kata namja yang dipanggilnya umma tadi. Namja manis itu bernama Kim Jaejoong. Dan lelaki yang berada di sampingnya tadi adalah Kim Yunho, suaminya. Mereka adalah orang tua dari namja yang bernama Kim Mingyu tadi.
"Aku akan menikah, tapi tidak sekarang, umma"
"Lalu kapan?"
"Aku- aku tidak tahu, yang jelas bukan sekarang"
"Lihat? Kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu. Pokoknya kau harus menikah dengan anak teman umma"
"Shirreo! Aku akan menikah, tapi dengan pilihanku sendiri!"
"Umma tidak setuju Mingyu-ah. Lagipula umma sudah berjanji pada teman umma jauh sebelum kau lahir, jika kami mempunyai anak nanti, akan kami jodohkan"
"Umma! Kau tidak bisa memaksaku melakukan hal itu"
"Kenapa tidak? Jika kau tidak mau maka umma akan bunuh diri saja!"
"Umma! Jangan berkata seperti itu"
"Lebih baik aku bunuh diri daripada menanggung malu karena tidak bisa menepati janjiku pada sahabatku"
"Umma" lirih Mingyu pelan. Tidak percaya kenapa umma nya bisa memaksanya begini. Pernikahan itu bukan main-main. Dan lagi, Mingyu sudah memiliki kekasih yang bernama Wonwoo. Mereka sudah berhubungan selama setahun lebih.
Tetapi entah kenapa umma nya tidak pernah menyetujui hubungannya dengan Wonwoo. Sekarang dia tahu alasannya. Karena perjanjian konyol ini.
"Mingyu, kali ini saja dengarkan umma mu ne?" kata sang ayah tiba-tiba. Mungkin sudah tidak sanggup mendengarkan pertengkaran antara istri dan anaknya. Hey, istrinya bahkan mengancam akan bunuh diri! Bagaimana nasibnya kelak tanpa istri manisnya itu?
"Tapi appa, aku tidak mengenalnya"
"Maka dari itu akhir minggu ini kita akan mengadakan acara makan siang bersama. Kalian bisa berkenalan disana dan saling mengenal satu sama lain"
"Ne, umma setuju. Lagipula Soonyoung itu anak yang manis"
Mingyu menghela nafasnya kasar. Hilang sudah selera makannya.
"Terserah kalian saja" katanya sambil berdiri dan meninggalkan makanannya begitu saja tanpa tersentuh. Dia pergi menuju kamarnya lalu mengurung diri di sana.
Kedua orang tua nya hanya memandangnya pergi tanpa berniat mencegah ataupun memanggilnya balik. Bisa saja kan mereka hanya bercanda dan tiba-tiba memanggil Mingyu kembali lalu berkata 'April Mop!'
Tetapi Mingyu menepis pikiran itu jauh-jauh. Orang tuanya tidak akan sejauh itu jika hanya untuk mengerjainya. Lagipula, ini bahkan bukan bulan April. Mingyu menjatuhkan tubuhnya tengkurap di atas kasur empuknya. Berharap tidur dapat menghilangkan beban pikirannya sejenak. Tetapi sesaat setelah itu matanya kembali membuka. 'Bagaimana dengan Wonwoo?' pikirnya sedih. Dia meraih ponsel di atas nakas lalu menghubungi panggilan cepat ke nomor Wonwoo.
.
.
"Menikah? Siapa? Aku?" tanya namja berkulit susu itu dengan wajah kaget.
Demi apa orang tua nya tiba-tiba berkata bahwa dia akan dinikahkan dengan anak sahabat orang tuanya? Hey, ini bukan zamannya Siti Nurbaya kan? Dia berharap ummanya bercanda saat ini namun harapan itu pupus ketika ummanya mengangguk menjawab pertanyaannya tadi.
"Umma tidak sedang bercanda kan?"
"Tentu saja tidak" jawab namja cantik yang duduk di samping tempat tidurnya itu. "Kau akan menikah dengan Mingyu, Soonyoungie"
"Mingyu? Siapa dia?"
"Anak dari sahabat umma, Kim Jaejoong"
"Kenapa aku tidak pernah mendengar ini sebelumnya?" tanya namja itu lagi.
"Karena umma baru memberitahumu sekarang" jawab namja cantik itu dengan seringaian yang menyebalkan.
Namja berkulit putih yang bernama Soonyoung itu hanya bisa mendesah keras. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan umma nya saat ini.
Dia baru saja pulang mengajar dance dan baru saja merebahkan diri di kasur ketika umma nya datang memberitahunya kabar ini. Tubuhnya sangat lelah karena dari pagi sudah mengajar di taman kanak-kanak dan dilanjutkan dengan mengajar dance siangnya. Dia tidak butuh lelucon di saat tubuhnya lelah seperti ini.
"Umma jangan bercanda. Aku masih berumur 23 tahun. Aku belum memikirkan untuk menikah sampai usiaku setidaknya 26 nanti"
"Terlalu tua jika menikah di usia itu. Umma saja menikah di usia 20 tahun"
"Aku kan berbeda dari umma yang centil" katanya pelan. Sedikit lupa kalau umma nya yang bernama Kwon Heechul ini bisa berubah menjadi setan jika sedang marah atau tersinggung.
"MWO? Kau bilang umma apa tadi?"
"A-ani, aku tidak bilang apa-apa umma, sungguh!"
"Jadi menurutmu telinga umma yang salah?"
"Tidak umma, telinga umma baik-baik saja"
"Sepertinya umma sudah lama tidak 'membelai'mu ya, Youngie~"
"A-ani umma, a-aku tidak mengatakan apapun"
Heechul berdiri dari tempat tidur dan berjalan mendekati Soonyoung yang sedang berdiri di samping jendela. Setiap Heechul berjalan maju selangkah, dia akan mundur selangkah. Begitu seterusnya hingga punggungnya membentur jendela.
"U-umma, maafkan aku"
"Berjanjilah menjadi anak yang penurut"
"Ne! Aku janji!"
"Kalau begitu kau harus setuju untuk menikah"
"Mwo? Andwae! Aku belum mau menikah umma. Lagipula aku tidak mengenalnya. Bagaimana umma bisa menikahkanku dengan orang yang tidak kukenal?"
"Kau akan mengenalnya nanti"
"Tetap saja, aku ingin menikah dengan orang yang aku cintai umma"
"Lalu mana orang yang kau cintai itu? Bawa ke hadapan umma saat ini juga"
"U-umm, dia bahkan tidak tahu aku menyukainya" lirih namja berkulit susu itu pelan.
Heechul menghela nafasnya pelan. Dia memeluk anak satu-satunya itu dan mengelus punggungnya.
"Umma yakin, kau akan bahagia dengan Mingyu nanti. Percayalah"
"Bagaimana umma bisa yakin? Bagaimana jika aku tidak bahagia?"
"Ada umma yang akan memberi pelajaran padanya nanti. Tidak akan umma biarkan dia melukaimu. Tidak hanya umma, ada Jaejoong juga yang akan memberinya pelajaran. Percayalah, Jaejoong itu lebih mengerikan daripada umma jika sudah marah" kata Heechul sambil terkekeh pelan mengingat rupa sahabat manisnya yang bisa menjadi lebih mengerikan daripada gajah mengamuk jika sudah marah.
"A-aku, bisakah aku memikirkannya dulu?"
"Ne, pikirkanlah dulu. Tapi ingat, kau hanya punya satu pilihan Soonyoungie~"
Soonyoung mendesah keras. Kalau hanya ada satu pilihan seperti itu untuk apa umma nya memberikan waktu untuk berpikir?
"Ah, akhir minggu ini kita akan makan siang bersama keluarganya. Kau tidak melakukan apapun kan?"
"Mwo?"
"Ah, sudahlah. Pokoknya jangan kemana-mana akhir minggu ini. Jangan mencoba untuk kabur" ancam Heechul sebelum dia keluar dari kamar Soonyoung. Meninggalkan Soonyoung yang hanya bisa mengerang kesal.
.
.
Mingyu melangkahkan kakinya yang tiba-tiba terasa tertarik oleh gravitasi bumi ke restoran itu. Seolah-olah ada magnet kuat di bawah kakinya dan menahan langkahnya sejak ia turun dari mobil tadi. Appa dan umma nya berjalan berdampingan dengan wajah senang. Berbeda sekali dengan wajahnya yang semakin tertekuk dengan sempurna.
Ada aura hitam yang menyebar dari setiap pori tubuhnya dalam setiap langkah yang ia ambil. Jaejoong menyikut rusuknya pelan.
"Jangan mengeluarkan aura membunuh seperti itu. Perlihatkan wajah ramah dan sopan kepada mereka"
"Bagaimana aku bisa ramah jika dipaksa seperti ini? Lebih baik aku benar-benar membunuh seseorang daripada dipaksa menikah"
"Dan orang yang akan kau bunuh itu adalah umma jika kau menolak pernikahan ini"
Mingyu mendengus dan memutuskan untuk diam saja. Tidak akan ada habisnya jika berdebat dengan umma nya ini dan ujung-ujungnya dia akan selalu menjadi pihak yang kalah.
Mereka bertiga melangkah memasuki restoran menuju meja yang sudah terisi oleh tiga orang juga. Sepertinya itulah keluarga Kwon yang disebut ummanya tadi. Terbukti dari namja cantik yang tiba-tiba berdiri menyambut ummanya ke dalam pelukan erat.
Mereka masing-masing duduk di tempat yang disediakan. Mingyu tak menoleh sedikitpun. Dia hanya duduk lalu termenung memandangi tangannya yang saling bertaut di atas meja. Memikirkan kenapa nasibnya bisa seperti ini.
Dia sudah menghubungi Wonwoo, menjelaskan tentang masalahnya ini dan berharap Wonwoo dapat memberikan jalan keluarnya. Namun namjachingunya itu hanya terlihat pasrah dan malah menyuruh Mingyu untuk menuruti permintaan kedua orang tuanya.
Mingyu bingung. Kenapa Wonwoo tidak marah ataupun kelihatan sedih sama sekali? Dimana-mana bukankah seseorang akan merasa sedih dan kecewa jika kekasihnya akan menikah dengan orang lain? Entahlah. Mingyu pun tidak menanyakan tentang hal itu pada Wonwoo.
"-gyu"
"Mingyu!"
Suara umma nya menyadarkannya kembali ke dunia. Matanya menatap umma nya bingung, lalu beralih ke appanya.
"Perkenalkan dirimu" kata umma nya dengan senyum terpaksa. Sepertinya sedikit malu karena Mingyu melamun di tengah acara ini.
"A-ah. Kim Mingyu imnida" katanya sambil membungkukkan badan ke arah keluarga Kwon. Dia memandang lelaki yang sepertinya kepala keluarga Kwon, kalau ia tidak salah ummanya pernah bilang namanya Kwon Hangeng. Lalu dia memandang namja cantik yang menyambut ummanya tadi, dia yakin inilah yang bernama Kwon Heechul.
Terakhir pandangannya jatuh kepada namja manis di sebelah Heechul tadi. Mingyu sedikit terpaku ketika menatap namja itu. Namja itu berkulit lebih putih dari Mingyu, terlihat sangat pucat. Rambutnya berwarna blonde lembut dengan poni hampir menutupi matanya. Bahunya juga tidak sebidang bahu Mingyu yang kekar. Malah terkesan kecil dan sedikit rapuh.
Namja itu terlihat ragu ingin tersenyum atau tidak. Mingyu tiba-tiba tersadar bahwa ia sudah menatap seseorang dengan pandangan menyelidik yang begitu kentara. Mingyu mengalihkan pandangannya ke buku menu yang ada di hadapannya.
"Soonyoung, perkenalkan dirimu" kata Heechul.
Mingyu melirik dari buku menu ketika namja itu membungkukkan badannya dan memperkenalkan dirinya.
"Kwon Soonyoung imnida"
Suaranya tidak berat seperti suara namja pada umumnya. Malah terdengar sedikit halus, jauh lebih halus dari suara Mingyu yang berat.
"Baiklah, bagaimana jika kita memesan makanan saja dulu? Urusan lain sehabis makan saja, bagaimana?" tanya Hangeng.
Semua kepala kecuali Mingyu dan Soonyoung mengangguk. Mereka sibuk memesan dan bercerita satu sama lain. Appa bersama appa, dan umma bicara dengan sesama umma. Meninggalkan dua anak yang tidak berniat untuk memulai percakapan sama sekali.
Mereka berdua asyik dengan dunianya masing-masing. Di dalam ponsel lebih tepatnya. Mingyu mengirimkan pesan kepada Wonwoo, menanyakan kabarnya. Lama sekali dia menunggu tetapi Wonwoo belum juga membalas pesannya. Mingyu melirik Soonyoung sekilas dan mendapati namja itu tengah tersenyum sambil mengetik sesuatu di ponselnya.
Belum lama Mingyu memperhatikannya, makanan mereka sudah sampai. Mereka menyantap makanan itu dengan lahap mengingat ini memang sudah jam makan siang. Keempat orang dewasa disana masih asyik berbincang. Sedangkan Mingyu dan Soonyoung makan dalam hening.
"Apa kau tidak akan memakan kuning telurnya?" tanya Soonyoung tiba-tiba. Membuat Mingyu mengalihkan pandangannya dari makanannya ke arah tangan Soonyoung yang menunjuk piringnya. Terdapat kuning telur setengah matang yang sudah disisihkannya di tepi piringnya.
"Aku tidak suka telur setengah matang. Rasanya aneh" jawab Mingyu.
"Kalau begitu untukku saja"
"Huh?"
"Sayang sekali jika dibuang. Aku suka sekali kuning telur setengah matang. Rasanya malah aneh jika memakan yang sudah matang, aku tidak suka" katanya sambil menunjuk kuning telur yang matang di pinggir piringnya.
"Kalau begitu tukaran saja" kata Mingyu sambil memindahkan kuning telurnya ke piring Soonyoung dan mengambil kuning telur Soonyoung ke piringnya.
"Terima kasih" kata Soonyoung sambil melahap kuning telur itu dengan senang.
Mingyu hanya menganggukkan kepalanya acuh sambil kembali memakan makanannya.
Tak terasa semua makanan yang ada di atas meja itu sudah habis dimakan. Mingyu meneguk segelas air putih untuk membersihkan tenggorokannya. Hingga suara ayahnya terdengar.
"Bisa dimulai sekarang saja?" tanya Yunho sambil melemparkan pandangan bertanya kepada semua kepala yang ada di meja itu. Tiga kepala mengangguk sedangkan yang dua lagi hanya diam tak bergerak.
"Baiklah langsung saja ya. Alasan mengapa kita berada disini tentu sudah jelas kan? Yaitu untuk menjodohkan kedua anak kita"
Lagi-lagi dijawab dengan anggukan dari tiga kepala itu.
"Sekarang hanya tinggal jawabannya. Apa kalian setuju?" kata Yunho sambil memandang Mingyu dan Soonyoung.
Mingyu balas menatapnya lalu menatap Jaejoong yang memberikan pandangan 'awas-kalau-berani-menolak'-nya. Terakhir dia memandang Soonyoung yang ternyata juga sedang memandangnya.
"Bagaimana Mingyu?" tanya ayahnya.
Mingyu menghela nafas pelan, berusaha agar tak terdengar oleh keluarga Kwon karena takut dianggap tidak sopan.
"Aku setuju" katanya pelan.
Jaejoong memekik senang sambil memegang tangan Heechul yang juga ikut memekik senang.
"Bagaimana denganmu Youngie?" tanya Hangeng.
"A-aku juga setuju appa"
Meja itu menjadi sedikit riuh dengan pekikan dan teriakan heboh dua namja cantik itu. Sedangkan dua appa itu hanya tersenyum maklum.
"Jadi kami sudah menentukan pernikahan kalian" kata Heechul senang. Soonyoung membulatkan kedua matanya memandang Heechul kaget. Umma nya tidak mengatakan tentang ini sebelumnya.
"Kalian akan menikah bulan depan" sambung Jaejoong.
"MWO?" teriak Soonyoung dan Mingyu bersamaan.
"Aih, mereka bisa kompak begitu" kata Jaejoong.
"Mungkin mereka memang berjodoh" sambung Heechul.
"Umma! Kenapa bisa cepat sekali?" tanya Soonyoung.
Sedangkan Mingyu memicingkan matanya memandang Jaejoong, namun namja manis itu pura-pura tidak menyadari dan berbicara saja dengan Heechul. Mingyu beralih menatap appa nya dengan pandangan bertanya. Tetapi pria itu hanya mengedikkan bahunya sambil tersenyum kecil.
Mingyu menghela nafas sambil memijit pangkal hidungnya. Semuanya benar-benar membuatnya pusing. Dijodohkan seperti ini saja sudah membuatnya sakit kepala, eh sekarang umma nya malah mengatakan bahwa pernikahannya dilaksanakan bulan depan. Oh apakah masih ada kejutan mendadak lagi hari ini? Seperti Mingyu ternyata memiliki saudara kembar, mungkin?
"Untuk apa berlama-lama jika kalian saja sudah setuju?"
"Benar! Apa sebulan terlalu lama? Baiklah dua minggu lagi"
"Umma!" teriak Soonyoung kesal.
"Bagaimana Jaejoong? Dua minggu lagi sepertinya tidak masalah kan?" tanya Heechul tidak memedulikan teriakan protes dari anaknya.
"Tentu saja tidak. Aku senang jika pernikahannya dipercepat"
"Baiklah, sudah diputuskan. Dua minggu lagi dan itu final"
"Kalian tidak perlu menyiapkan apapun. Kami yang akan mengurusnya"
"Aish, kepalaku sakit" kata Soonyoung sambil memijit kepalanya.
Mingyu hanya bisa terdiam meratapi nasibnya yang benar-benar sial. Ini benar-benar tidak adil. Kenapa umma nya tega memaksanya menikahi namja yang berada di hadapannya ini? Baiklah, Soonyoung itu tidak jelek. Namun dia tidak secantik Wonwoo, setidaknya menurut Mingyu. Kulitnya sangat pucat seperti tidak pernah mendapat sinar matahari, tidak seperti Wonwoo. Dia juga tidak setinggi Wonwoo. Namja pucat itu sangat mungil. Mingyu yakin Soonyoung itu pasti hanya setinggi bahunya. Berbeda dengan Wonwoo yang hampir sama tinggi dengannya, membuatnya mudah untuk melakukan apapun tanpa harus membungkuk. Astaga pikiran macam apa ini.
"Ah Soonyoung, bukankah kau harus mengajar pukul dua ini?" tanya Heechul tiba-tiba.
Soonyoung dengan cepat melirik jam tangannya dan terkejut mendapati waktu sudah menunjukkan pukul 13.45. Dia hanya memiliki waktu lima belas menit untuk pergi ke kelas dance nya itu. Soonyoung berdiri dengan panik.
"Umma aku terlambat! Aku pergi sekarang ne" katanya sambil mengenakan jaket yang tersampir di kursinya. "A-ah, ahjumma ahjussi, senang berkenalan dengan kalian. Maaf tapi aku harus pergi" katanya sambil berpamitan pada Jaejoong dan Yunho.
"Mingyu antarkan Soonyoung" kata Jaejoong tiba-tiba.
"Mwo? Wae?" tanya Mingyu tidak setuju dengan perintah umma nya.
Jaejoong memicingkan matanya tajam membuat Mingyu lagi-lagi menghela nafas kasar. Mingyu yakin umurnya semakin berkurang beberapa tahun karena seharian ini dia banyak menghela nafas.
"Arasseo" katanya sambil berdiri dengan kunci mobil di tangannya.
"T-tidak perlu ahjumma. Aku bisa pergi sendiri"
"Tidak apa-apa, bukankah Mingyu setuju untuk mengantarmu? Pergilah sekarang atau kau akan terlambat"
Soonyoung kembali melihat jamnya dan memekik panik. Dia bergegas keluar setelah sebelumnya mengucapkan salam pada para orang tua. Mingyu melangkah dengan tenang di belakangnya.
Perjalanan menuju gedung tempat Soonyoung mengajar itu terasa sangat hening. Tidak ada suara yang keluar kecuali ketika Soonyoung memberitahu alamat gedungnya tadi. Setelah itu keduanya kembali terdiam.
Soonyoung sudah pasrah ketika jarum jamnya menunjukkan pukul dua lewat. Dia terlambat. Sungguh tidak etis jika dia sebagai pengajar bisa terlambat seperti ini. Memang sih, tidak ada yang akan memarahinya. Tetapi tetap saja dia merasa tidak enak. Terutama kepada guru-guru lain seperti Jongin dan Taemin. Walaupun mereka sudah pasti tidak akan memarahinya.
Tidak enak berlama-lama diam, akhirnya Soonyoung memutuskan untuk berbicara.
"Kenapa kau bisa setuju?"
Mingyu meliriknya sekilas lalu kembali menatap jalanan.
"Aku tidak ada pilihan. Umma mengancam akan bunuh diri jika aku tidak setuju"
"Tidak mungkin" kata Soonyoung dengan mata yang melebar. Ancaman seperti apa itu?
"Terserah kalau tidak percaya. Tetapi umma ku itu tidak pernah main-main jika sudah mengucapkan sesuatu"
"O-oh"
"Sepertinya kau akan memiliki mertua yang menyeramkan"
"Kau juga. Kau tidak tahu bagaimana umma ku jika sudah marah"
Mingyu menghela nafas lagi. Sepertinya mereka berdua sama-sama korban dari umma-umma menyeramkan.
"Perlu kau ketahui juga, aku sudah memiliki kekasih" kata Mingyu sambil melirik Soonyoung, ingin melihat bagaimana reaksi namja itu.
Tetapi sepertinya Soonyoung tidak terlalu kaget maupun kelihatan kecewa. Namja itu hanya tersenyum kecil dengan pipi bersemu.
"Aku juga sudah memiliki seseorang. Bukan kekasih sih, tetapi aku memiliki orang yang kusuka"
"Syukurlah"
"Hm"
Lalu kembali hening seperti semula. Tidak tahu lagi ingin berbicara apa.
Mobil itu berhenti tepat di depan gedung dimana Soonyoung mengajarkan dance. Soonyoung membuka seat belt nya tetapi setelah itu dia berhenti sejenak, membuat Mingyu menatapnya dengan pandangan bertanya.
"Mungkin, kita bisa mencobanya dulu saat ini. Hanya agar kedua orang tua kita tenang" kata Soonyoung.
Mingyu terdiam sejenak kemudian menganggukkan kepalanya sedikit ragu.
"Lalu kita bisa bercerai dengan damai nantinya kan" sambungnya.
Mingyu lagi-lagi mengangguk. Soonyoung tersenyum kecil lalu membuka pintu mobil. Mingyu menyaksikan Soonyoung melangkah keluar dari mobilnya menuju gedung tersebut. Pikirannya berkecamuk saat ini dan dia tiba-tiba teringat pada Wonwoo. Mingyu meraih ponselnya yang berada di dash board dan mengecek apakah ada pesan masuk.
Dia mendesah kecewa. Kemana Wonwoo? Mingyu sudah mengirimi beberapa pesan sejak tadi dan tidak ada satupun balasan darinya. Mingyu menggeser layar ponselnya dan membuka aplikasi pesan lalu mengetik sesuatu dengan cepat.
To: Wonwoo~
Wonwoo, aku akan menikah dua minggu lagiā¦
Sent.
Mingyu hanya menatap ponselnya hingga layar itu meredup. 'Sekarang apa?' desahnya pelan.
.
.
To be continued.
.
.
Hai~ ini ff Mingyu x Soonyoung pertama~
Minggat sejenak dari pair favorit aku di fandom lain karena lagi terjebak sama ke-unyu-an cabe2 Seventeen ini :')
.
Review? ;)
