Author's note Peregangan dari kata complicated "orz—semakin suka sama hubungan kakak-adik yang always terlihat onyoe dimata saya, entah sejak kapan auto focus saya ke family. Let me crais bahagiya—
Disclaimer Vocaloid © Yamaha Corporation, Crypton Media Future, Internet, etc.
Warning typo(s), klisé, hambar, lebay-bay-bay
by parakeet headmaster
[1/30] Main.
"Mengaku saja! Semua bukti telah mengarah padamu, Orange Thief!"
"..."
Sorot lampu meja menusuk retina Rin. Disana Len duduk dengan jas hitam kebesaran milik Leon—ayahnya. Lollipop dihisapnya bak rokok, ia menunjuk Rin yang tak berdosa.
"Detective cool Len akan menghukummu!"
"Len, ini masih siang, matiin lampunya, hemat listrik."
"Pembelaanmu sudah tak berarti, Orange Thief! Apa pesan terakhirmu?"
"Balikin juga jas papa. Kasihan, nanti papa pusing nyarinya."
.
.
.
"PAPA, MAMA, RIN GARING BANGET NGGAK BISA DIAJAK MAIN!"
Len berlari meninggalkan Rin yang masih tidak mengerti dengan Len. Rin kembali mewarnai buku bergambarnya.
[2/30] Protektif.
Breaking News: Kisah Cinta Anak SD Jaman Sekarang.
"—aku sudah ciuman sama dia!"
"—nanti aku mau jadi pengantinnya, dia ganteng sih!"
"Demikian laporan saya dari sekolah dasar setempat."
Leon menganga, remote tv dalam genggamannya bergetar, kemudian jatuh ke lantai. Ia melirik putrinya—Rin, dipangkuan Lily sang istri.
"Rin! My sweet honey baby princess! Papa tak akan biarkan kamu jatuh ke tangan cowok jahanam!" Leon memeluk Rin kuat-kuat.
Jika koran lokal besok dipenuhi dengan berita anak 9 tahun koma akibat pelukan maut sang ayah, bisa dipastikan itu Rin dan Leon pelakunya.
[3/30] Obat.
Lily memandangi senja dibalik bingkai jendela kamar. Tubuhnya kini hanya berbaring lemah, demam dan flu mengalahkan Lily.
"Aku harus masak makan malam ..." gumam Lily serak. Terakhir Leon memasak, Len memeluknya dramatis dengan tampang kecut.
Cklek.
"Mama, kami pulang!" Seru Len menerjang ranjang sang mama, bersama Rin, kakaknya. Lily tersenyum, membelai kepala pirang mereka.
"... tadi main apa?" bersikeras dengan suara parau akibat flu, Lily bertanya pada kedua putra-putrinya. Hari ini daun-daun mulai berguguran dan Len langsung menarik Rin ke taman bersama sang ayah.
"Petak umpet! Mama! Jalanan jadi penuh daun!"
"Iya, warna oranye, kayak jeruk—ah, ini buat mama." Rin merogoh sakunya, memberi Lily 3 lembar daun Ginkgo, "Satu dari Rin, satu dari Len, satu lagi dari papa." Senyum Rin mengembang.
"Cepat sembuh, mama!" Pun senyum mentari Len turut menguar, lingkar biru laut dalam pelupuk Lily berkaca-kaca, penuh haru.
"... mama sudah sembuh, sayang. Dengan seluruh kekuatan cinta, mama akan berjuang masak masakan paling enak hari ini." Lily bangkit dari ranjangnya.
"JANGAN DEAR KAMU MASIH SAKIT!" Leon yang sedari tadi bergeming diambang pintu dibuat terlonjak oleh aksi nekat sang istri.
[4/30] Gagal.
"Kalau teka-teki silangnya dikirim ke pihak penerbit dan benar, bisa dapat hadiah, lho!" Leon memproklamasikan sebuah majalah bulanan dimana terdapat teka-teki silang didalamnya. Sesuai dugaan Leon, keduanya—Rin dan Len—tertarik. Lily memberi majalah tersebut dan alat tulis pada anak-anak mereka.
—tapi mungkin kedua anak itu akan kesulitan dibeberapa bagian.
"Sapaan dari murid untuk gurunya? 4 huruf." Ujar Rin dengan pensil ditangannya.
"BABI!" Len lantang.
.
.
.
"—Lily my dear, hatiku tercabik-cabik! Maafkan aku tak becus mendidik kedua buah hati kita, aku gagal sebagai orang tua! Kalau begini, lebih baik aku mati saja!" Leon hendak melompat keluar jendela.
"... suamiku, ini lantai satu."
[5/30] Suka.
Keluarga kecil Kagamine tengah duduk di ruang keluarga, buah-buahan sebagai kudapan, tontonan anak-anak di hari minggu, kehangatan gamblang membalut mereka.
"Kalau Len suka pisang, soalnya enak. Kalau Rin kenapa suka jeruk?" Len mengupas pisangnya.
"Jeruk manis, kadang asem ... tapi Rin juga suka bau jeruk."
Len mengangguk mengerti, "Kalau papa, kenapa suka mama? Mama, kenapa suka papa?" Len polos.
"..."
—tanpa diketahui, Leon merona to the max.
"Mama suka papa, soalnya papa kalian orang baik." Lily tersenyum, diikuti dengan sorakan Len dan pelukan Kagamine kecil.
—once again, tanpa diketahui, Leon hampir mimisan.
[6/30] Kakak.
Lampu kuning kecil disudut membuat temaram kamar sang adik. Diatas perkakas berbidang datar, sebuah buku bergambar telah usai terbaca, bersama kantuk yang bertiup membuat si empunya terlelap.
Len tertidur dengan masih menggenggam tangan kakaknya, Rin. Len bersikeras agar Rin tidur bersamanya malam ini—walau sudah dibacakan buku cerita, Len tetap tak mengizinkan sang kakak pergi.
Rin masih terjaga, sementara sekarang sudah pukul 10 malam. Ditatapnya wajah sang adik, tidurnya pulas, pikirnya.
"Tenang Len, papa sama mama sebentar lagi pulang. Rin pasti jagain kamu."
.
.
.
Iya ini apa-apaan bengek banget :"D pertanyaan, krisar, kritik dan saran silakan langsung lempar ke saya, nanti saya tangkep _(:'3
Kalau saya ditumpahi seember ide dan sikon yang mendukung, saya pengen banget lanjutin cerita keluarga ini. Mungkin nanti ditambahin penomoran dan ditentuin kapan kelarnya, what a great nggak konsistennya, maafin saia #dzingh
eniwei, thanks for reading!
