Senyum

By Nona Hitam Manis

Ooc, typo, gaje, aneh, jelek, dan lain-lain.


"Kamu tidak akan tahu seribu satu makna yang terkandung di dalam senyumannya. Yang kamu tahu dia hanya tersenyum, tidak tau apakah itu senyum kesedihan atau senang. Kau juga tidak akan tahu perasaannya, rasa itu. Karena itu dia tersenyum." Ucap seorang nenek-nenek, Gintoki menatapnya dengan pandangan aneh. Rasa takut hinggap di hati Gintoki.

"Begitu ya. Aku akan pergi. Jaa!" Gintoki segera berdiri, namun nenek buta itu menahannya.

"Pahamilah sedikit hati wanita maka kau akan mengerti arti senyumannya." Lanjut nenek itu, kemudian dia melepaskan Gintoki.

Suasana kota Edo kali ini mendung. Gintoki merutuki Kagura yang belum juga sampai. Padahal sudah sekitar 2 jam yang lalu Gintoki memintanya untuk membeli tissue toilet. Gintoki melihat langit yang mulai menumpahkan air dengan tidak tenang. Ia kembali mengingat perkataan nenek tadi tentang senyuman. Pintu kamar Gintoki terbuka dan tiba-tiba keluar seorang wanita berpakaian gaun hitam ala zaman Victoria. Rambutnya yang hitam di sanggul, tangannya memakai sarung tangan berwarna hitam pula. Gintoki menatap wanita itu kaget. Tadi pagi ia menemui wanita itu, lalu tiba-tiba nenek aneh itu mencegatnya. Wanita itu menatap Gintoki tajam sambil tersenyum, Gintoki berusaha mengartikan senyuman wanita aneh itu.

"Sudah waktunya, Sakata Gintoki." Wanita itu berucap, tangannya mengambil sebuah buku catatan dan mencoret nama Gintoki. Wanita itu lalu memegang kedua tangan Gintoki dan mengelusnya, Gintoki sudah terbujur kaku dengan mata terbuka. Wanita itu lalu menutup mata Gintoki dan membaca buku catatannya lagi. Di buku itu tertulis nama Shimura Shinpachi dan Kagura. "Tinggal yang dua lagi." Gumam wanita, ia lalu menghilang.

Di suatu tempat, Kagura tengah duduk dengan kesal, menunggu hujan segera reda. Ia di temani nenek yang bersama Gintoki tadi pagi, nenek itu lalu memejamkan matanya. "Sudah terjadi rupanya. Nyaris saja gadis ini kena." Gumam nenek itu, ia lalu menghadap Kagura.

"Sebaiknya malam ini kau menginap di rumah kenalanmu saja."

"Mengapa?"

"Agar kau selamat. Senyumannya membahayakan." Kagura memandang nenek itu bingung.