19 plus 2 equal 21

Osomatsu-san © Akatsuka Fujio

Warning: OOC, typo(s), absurd, super pendek.

.

.

.

Karamatsu berdiri di ujung tebing. Yang dilihatnya kini hanya biru, hanya lautan di bawah kakinya. Lainnya berpadu dalam warna hitam, putih, dan abu-abu yang usang. Ia jauh dari kelima saudaranya, namun itu bagus, mereka tidak akan melihat biru lagi, warna yang melambangkan kesedihan itu.

"KARAMATSU!"

Si saudara biru melihat bagaimana fajar diwarnai oleh merah.

"Karamatsu-niisan!"

Bagaimana rumput abu-abu di bawah pijaknya berubah hijau.

"Kusomatsu dimana kau?!"

Bagaimana angkasa muda yang diliputi ungu.

"KARAMATSU-NIIIISAAAAN!"

Bagaimana cahaya kuning merambah tubuhnya.

"Niisan!"

Bagaimana merah muda mengelilingi merah fajar.

Tanpa ijinnya, setetes air mata jatuh. Dua tetes. Dan tetes-tetes selanjutnya.

Karamatsu berlari menuruni tebing, hendak melihat lima yang serupa dengannya. Dan ketika ia masih diberi kesempatan, topeng kerennya menutupi air mata.

"Buraza! Apakah kalian ingin ikut lari pagi bersama?" tanyanya, tanpa menatap satu dari lima pasang.

"KARAMATSU-NIISAN!" si adik matsu kuning berhambur memeluknya.

"J-Jyushimatsu."

"Jangan berpikir kami tidak tahu, Karamatsu," sang kakak matsu merah berujar, sukses membuat Karamatsu merinding, "Jangan berpikir kami membencimu ataupun warna birumu yang indah," Osomatsu menaruh tangannya di wajah si matsu biru, mengusap air mata yang lagi-lagi tidak Karamatsu sadari.

"Ouch!" Itu ulah Ichimatsu yang menendang tulang kering kaki kiri Karamatsu.

"Hey Kusomatsu, jika tidak suka, bilang secara langsung, jangan tiba-tiba meninggalkan surat wasiat karena perlakuan kurang ajar kami berlima."

Karamatsu mengangguk.

"Duh, sejak kapan kau secengeng ini," singgung si adik matsu hijau yang kemudian mengulurkan tisu pada Karamatsu, "berhenti menangis."

"Maaf," balasnya, menerima uluran tisu Choromatsu.

"Niisan," Todomatsu akhirnya bicara, "mari pulang."

Dunia tidak lagi usang bagi Karamatsu, bukan karena ia dapat melihat warna yang lain, namun karena birunya melengkapi warna-warna lain, menunjukkan bagaimana keberadaannya sebagai biru yang berguna untuk kelima saudara tersayangnya.

Karamatsu akan berusaha, untuk menjadi lebih baik, lebih kuat, dan lebih indah.

.

.

.

END

A/N: Ini pendek, tapi nanti aku bikin lagi (mungkin).