Yeah ini fic ke dua aku, thanks sebelumnya buat senpai-senpai yang sudah me-review my first fic. Gara-gara melamun, saya jadi teringat dengan novel yang pernah saya baca, nah fic ini terinspirasi dari sana, tapi banyak perbedaannya kok. masalahnya saya lupa judul novel sama pengarangnya, tapi nanti saya cari lagi novelnya. Yap tak perlu berbasa-basi lagi.

Disclaimer: BLEACH punya TIte Kubo

Warning: OOC banget kayaknya, TYPO'S , MAKSA bener-bener maksa, GAK JELAS yaiyalah, Dan keanehan lainnya.

Pairing: ICHIRUKI

-CHAPTER 1-

'Hoahm…' ngantuknya. Bergadang semalam ternyata berhasil membuatku mengantuk di pagi ini. Hah… kalau saja hari ini hari libur pasti aku tidak perlu bangun pagi untuk pergi ke sekolah. Inilah derita para pelajar. Berlebihan? Mungkin. Oke sudah cukup mengeluhnya, kalian pasti belum kenal siapa aku. Namaku Kuchiki Rukia, seorang gadis yang berumur 17 tahun. Sekarang aku bersekolah di SMA Karakura tepatnya kelas 2. Aku tinggal bersama nee sanku dan suaminya. Tapi sejak kejadian 'itu', sekarang aku hanya tinggal berdua dengan Hisana nee san, kakakku. Orang tua? mereka sudah meninggal sejak aku dan Hisana nee masih kecil. Kalian pasti bertanya-tanya, kejadian apa yang aku maksudkan di atas. Oke, aku akan menceritakannya sedikit.

Dulu Nee sanku berpacaran dengan pemuda tampan nan kaya raya bernamanya Byakuya Kuchiki. Mereka telah lama menjalin hubungan itu hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Tetapi sayangnya orang tua Nii sama(begitu aku menyebutnya), tidak menyetujui pernikahan itu karena aku dan hisana nee berasal dari keluarga yang kurang mampu. Nii sama tidak perduli, dia tetep ingin menikahi Hisana nee. kami akhirnya meninggalkan kota Seireitei. Karakura, itulah kota tujuan kami, disinilah kami menempuh hidup baru. Ajaibnya, pihak keluarga Nii sama tidak pernah sekalipun mencari Nii sama dan berniat membawanya pulang. Tak terasa, 5 tahun sudah kami tinggal di rumah ini, Hisana nee dan Byakuya nii sama sangat bahagia, oh jangan lupakan juga aku. Tapi semua berubah sejak hari itu. Hari yang paling tragis untuk Hisana nee.

-flashback-

"Hisana, aku berangkat dulu," ucap Byakuya

"Ya, hati-hati Byakuya sama. Rukia ayo cepat!" kata Hisana sedikit menaikan volume suaranya.

"Iya sebentar!" sahut Rukia dari dalam rumah

"Nah Hisana nee, kami berangkat dulu ya!" Seru Rukia sambil melambaikan tangannya dari dalam mobil. Hisana balas melambai.

Mobil yang dikendarai Byakuya melaju kencang hingga akhirnya tak terlihat lagi oleh mata Hisana.

-Hisana pov-

'Semoga bisa seperti ini selamanya! Hah apa yang ku fikirkan, tentu sajakan kami akan terus berbahagia seperti ini. Baiklah, saatnya membersihkan rumah.'

'Loh inikan ponselnya Byakuya sama, kenapa bisa tertinggal?'

'Tok tok tok'

'Apa? Siapa itu? Apakah Byakuya sama?'

Segera saja ku membuka pintu yang sedari tadi diketuk, mungkin Byakuya sama ingat kalau ponselnya tertinggal.

'kreak...'(a/n: bunyi pintu gimana sih?)

"Byakuya sa-

-end of Hisana pov-

ma"

"Heh bodoh, dimana Byakuya sekarang?" tanya seseorang yang tadi mengetuk pintu. Orang yang berbadan besar dan berwajah sangar. Dia tidak sendirian, dua temanya ada di samping,yang satubertubuh lebih kurus, memakai kaca mata, mempunyai rambut merah muda. sedangkan yang satu nampaknya seorang perempuan yang memiliki rambut berwarna ungu gelap.

"Hei Yammy, kurasa kau tak perlu sekeras itu padanya! Maafkan kami Nona manis." kata pemuda kurus tadi sambil mengecup punggung tangan Hisana.

"A-apa yang ingin kalian lakukan?" Kata Hisana panik

"Sudahlah, jangan berbasa basi, katakana dimana Byakuya?" kali ini giliiran perempuan itu berbicara.

"Byakuya sama tidak ada di rumah!"

"Apa kau mencoba membohongiku?" kata pemuda kurus itu seraya menampakan seringaiannya sambil mendekat pada Hisana.

"A-aku tidak berbohong!"

"Syazel! Hentikan perbuatan konyolmu itu!" seru sang perempuan

"Che… kau sangat menggangu Yoruichi!"

"Benar yang dikatakan Yoruichi sama, lagi pula Byakuya sedang tidak ada di rumah. Dengan ini kita bias menjalankan tugas kita tanpa ada halangan." kata Yammy, seringaiannya semakin mengerikan di mata Hisana.

"A-apa yang i-ingin kalian lakukan? Menjauh dari sini!"

"Menurutmu apa yang ingin kami lakukan dengan benda ini?" kata Syazel mengeluarkan sebuah pisau sambil memaikan lidahnya di pisau itu.

"Ku mohon jangan." kata Hisana sambil terus bergerak mundur

"PERCUMA!"

'Crash…'

Byakuya yang berniat mengambil ponselya mencium firasat buruk. Segera setelah dia sampai ke rumah dia menyuruh Rukia untuk tetap di mobil dan dia berlari ke dalam. Benar saja fiasatnya, dia melihat seseorang yang mencoba untuk membunuh Hisana, langsung dia berlari menuju Hisana. Sebelum pisau itu menacap di perut Hisana, pisau itu telah mengenai punggunng Byakuya yang mencoba untuk melindungi Hisana.

"Nee san, Nii sama, ada a-"

"NII SAMA!"

"Syazel bodoh! Apa yang kau lakukan? Kenapa sampai bisa salah?"

"Ma-na kutahu, orang itu tiba-tiba saja ta-tau pisau itu sudah menancap di punggungnya.

"Argh… kalau begini kita yang akan dibunuh si tua itu, cepat kabur!"

"Ada apa sebenarnya nee san!"

"Rukia cepat panggil ambulans! CEPAT!"

"I-iya Nee"

"Ti-dak perlu," kata Byakuya yang menarik pergelangan tangan Rukia.

"Byakuya sama?"

"Kurasa inilah saatnya"

"Apa maksudmu?" Tangis Hisana semakin pecah

"Hisana, maafkan aku kare- uhuk na ti-"

"Sudah! Cukup! Kau akan baik-baik saja!"

"Ku-mohon, dengarkan aku untuk yang terakhir kalinya! Hi-sana ma-afkan aku ka-rena tidak bisa menemanimu lebih lama lagi. Ru-kia?"

"Ya Nii sama"

Ma-afkan kalau selama ini sikapku selalu dingin padamu, tapi itulah caraku untuk menunjukan kasih sayangku. Dan satu hal lagi, jagalah Hisana neesanmu, buatlah dia bahagia"

"Te-tentu nii sama." kali ini tangis Rukia pun pecah

Sayonara…

Dan akhirnya Byakuya menghembusakan nafas terakhirnya. Hari itu menjadi hari berkabung bagi mereka berdua. Masih teringat jelas oleh Hisana ketika dia dia diteriaki oleh ayah Byakuya pada saat pemakaman Byakuya. Mereka semua menyalahkan Hisaa atas kematian Byakuya. Bahkan Hisana sendiri terus menyalahkan dirinya sendiri. Tapi Rukialah yang menguatkannya, Rukia juga yang telah mengatakan dengan lantang, bahwa kematian Byakuya bukan salah Nee sannya, Hisana. Tetapi karena mereka sendiri yang telah meyewa orang untuk mencoba membunuh Hisana,tetapi naas, Byakuya yang jadi korban.

-end of flashback-

Ya, 3 tahun sejak saat itu. Sekarang kami hidup normal tanpa ada ancaman keluarga Kuchiki itu. Aku sangat ingat setelah pemakaman Nii sama, orang-orang dari Kuchiki selalu meneror kami. Terus menerus hingga aku terlalu takut untuk kelua rumah. Tapi untunglah sekarang tidak lagi. Mungkin mereka sudah bosan melakukan pekerjaan tak berguna seperti itu.

"Rukia!"

"Iya Nee san, aku sudah bangun!"

-normal pov-

"Rukia sebenarnya kakak ingin bicara padamu."

"Apha ihu hee?"(apa itu Nee)

"Telan dulu makananmu!"

"Apa itu nee san?"

"Begini, sebenarnya sekarang kita sedang kesulitan ekonomi. Aku minta pendapatmu, bag aimana kalau sebagian rumah kita disewakan? Lagian kan rumah ini terlalu besar untuk kita berdua."

'Hah… bodohnya aku, kenapa aku baru tau kalau selama ini hisana nee sedang kesulitan,' batin ku

"Nee san kalau memang seperti itu kan aku bisa bekerja sambilan."

"Tidak boleh! Kau konsentrasi dengan pelajaranmu saja! Aku saja yang bekerja!"

"Iya baiklah, aku setuju dengan Nee san. Jadi bagian mana yang ingin disewakan?"

Hmm… bagaimana kalau bagian atas?"

'Apa itu berarti kamarku?'batin rukia menjerit.

"Rukia, RUKIA!" kata Hisana sediki berteriak membuyarkan lamunan adiknya.

"Ah iya, maaf. Terserah Nee san saja lah, aku setuju-setuju saja," kata Rukia mencoba ikhlas.

"Bagus, kakak sudah membuat ini. Besok kau yang pasangakan di pinggir jalan ya," kata hisana searya menyeluarkan sebuah kertas yg berisi iklan penyewaan rumah'nya'.

'Nee san pasti sudah menduga aku akan menyetujuinya. Ha.. ya sudahlah lah toh ini demi kebaikan bersama.'batin Rukia menghela nafas

"Oiya, untuk tempat tidurmu nanti kakak sudah membersihkan kamar mu, jadi ka bisa tidur disana!"

"Sankyuu Nee san." Hisana hanya mengangguk

"Tatsuki, Inoue, mau bantu aku tidak?"

"Bantu apa Rukia? Tentu aku akan membantumu!"

"Menyebarkan brosur ini," kata rukia sambil menyerahkan satu brosur kepada mereka.

"Ini kan alamat rumahmu, Kuchiki san? Kenapa rumahmu di sewakan, memang kamu mau pindah kemana?"

"Aku tidak pindah Inoue, coba kau baca brosur itu sampai selesai! Yang disewakan disitu hanya kamarku."

"Oh, tapi kenapa?"

"Nee san sedang kesulitan, apa boleh buat hanya ada cara itu sekarang."

"Baiklah, pulang sekolah nanti kita akan menyebarkan brosur ini."

Teng teng teng

"Ayo ayo kuchiki san," kata Inoue menarik-narik tangan Rukia.

"Sabar Orihime, Rukia saja tidak terburu-buru seperti itu," kata Tatsuki yang mengingatkan Orihime yang kelewat semangat. Rukia hanya tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya.

"Nah kurasa disini tepat."

"Tapi disini terlalu sepi, jarang ada orang yang lewat."

"Bagaimana kalau dekat halte."

"Ide bagus. Ayo kita kesana!"

"Nah, Inoue, kau pegangkan dulu. Aku mau mengambil lemnya."

"Oke"

'Bruum bruum… whuss'

"Woi baka, turun kamu!" teriak Rukia

'Ckiiit'

"Hn.. apa?"

"Apa? Apa kata kamu, liat baju aku basah, temanku juga dan ini karena kamu yang ngebut di jalan becek gini! Emang ini jalan punya kamu?"

"Cerewet! Bilang aja mau ganti rugi!" kata seorang pemuda sambil melemparkan uangnya pada Rukia.

"KURANG AJAR! Kamu kira aku mata duitan! Cih.. aku 'ga butuh uang kamu!" Kata Rukia melemparkan uang yang tadi.

"Dasar cewek pendek yang 'tak tau di untung!"

"APA? PENDEK KATAMU?"

BRUM…Bruuuum

"JERUUUK BODOOOOH!"

Beberapa hari berlalu setelah penyebaran brosur itu. Tetap sampai sekarang belum ada yang menyewa rumah Rukia. Bukan karena tidak ada yang berminat, tapi karena masalah harga. Banya yang terlalu menginginkan harga yang murah. Seperti ini,

"Apa? Hm… maaf tidak bias, menurut saya harga itu sudah terlalu murah. Lagi pula kamarnya besar, dijamin, anda pasti puas. Tidak mau? Hah… iya terimakasih. Ini sudah yang ke 7," keluh Hisana

"Bagaimana Nee san? Apa sudah dapat?"

"Belum Rukia, dia menawar terlalu rendah."

"Memang dia menawar berapa?"

"Dia minta setengah harga."

"Apa? Dasar tidak tau di untung, itukan sudah murah! Biar aku kasih tau dia!"

"Sudah biarkan saja."

'Kring kring kring'

"Ada telepon! Ayo angakat siapa tau-"

"Halo, ada yang bias saya bantu? Iya benar. Benarkah, iya baikalah. Terimakasih." Hisana menutup teleponnya dan langsung berteriak," RUKIA! Tadi ada orang yang menelepon, dan dia berniat untuk menyewa selama 3 bulan, dia setuju dengan harga yang kakak tawarkan. Nah cepat bereskan kamarmu! Besok pagi dia akan kesini." Hisana terlihat sangat senang, sedangkan Rukia? say good bye pada kamarnya.

'Akhirnya hari ini tiba juga, tidak ku sangaka akan seberat ini berpisah dengan kamar sendiri. Hah… good bye! Che… bisa-bisanya aku bertingkah seperti ini. Sebaiknya aku segera tidur di kamar baruku. Besokkan ada orang baru yang bakalan menempati rumah ini. Selamat tidur,' ucap rukia pada kamarnya.

-paginya-

"Motor siapa itu Nee saan?" tanya Rukia melihat sebuah motor yang tergeletak di halaman rumahnya, seingatnya dia tidak punya motor.

"Itu punya orang yang menempati rumah kita Rukia, nah itu Dia," jawab Hisana sambil mengisyaratkan agar Rukia menengok ke arah pemuda yang baru turun dari tangga.

"Hah?"

"KAMU?"

-TBC-

Saran dan kritik diperlukan. Hah iya, saya juga bingung, lebih baik pakai Aku-Kamu, Loe-Gue, atau Saya-Anda =='? Dan saya idak tau Hisana manggil Byakuya kayak gimana.

R&R Please?

Arigatou